webnovel

CH.234 Duel

Entah bagaimana aku bisa sampai di sini dan bertarung melawan Shin di halaman rumahku. Intinya tiba-tiba saat aku dan Kiera ingin mengontak mereka, katanya mereka ingin membahasnya tatap muka saja, jadi datanglah mereka ke sini. Di saat itulah Shin mengajakku untuk berlatih bertarung.

Kurasa sekrupnya masih kurang satu di otaknya. Kelakuannya masih seperti orang aneh. Apa Lala masih cuek dengan Shin sampai sebegininya? Kasihan sekalian, tetapi aku kesal! Jadi kulampiaskan saja rasa kesalku menyerang Shin sekuat-kuatnya. Oh ya, tentu kami bertarung dengan pedang kayu yang tumpul, bisa bahaya kalau pedang yang kami miliki dipakai.

"Lala, kelakuan suamimu masih kayak gini, belum baikan kah kalian!?"

"Mana ada, aku sudah baikan, tetapi dianya masih begini. Entah kenapa kelakuannya masih sama."

Sudah stress kelihatannya ini Shin, masalahnya bukan di Lala ternyata. Kurasa harus diketok ajaib dulu itu otak, kembali ke dirinya yang dulu, baru kelar urusannya. Lah masalahnya begini, kalau tidak kembali ke semula, urusannya bisa sulit dan ribet nantinya. Coba saja lagi minta bantuan darurat malah diajak bertarung seperti ini?

Untung kepalaku masih dingin ini dan masih kuteladeni, hitung-hitung sebagai latihan juga karena aku hanya mengandalkan pengalamanku yang sudah ada. Nanti kalau gak ada latihannya, bisa diprotes yang baca, katanya OP kok instan.

"Kurasa otaknya perlu dibelah, dioperasi, dibenerin tuh, ditambahin sekrup yang ilang, biar tambah RUSAK! Kelakuan memang."

Kalau para pembaca protes soal novel ini ketambahan ada komedinya, salahin tuh author, suka kurang kerjaan karena kehabisan ide. Terus kalau kehabisan ide, suka nyiksa karakter juga, imbasnya semua ke aku, dasar author sialan!!

Sudah-sudah, mending aku teladeni dulu Shin yang satu ini dan kukembalikan ke semula keadaannya. Kalau tidak bisa-bisa otakku ikut hilang sekrup gara-gara mencari sekrup buatnya. Lagipula sekrup dibuang-buang sih, kurang kerjaan memang nih orang yang satu ini.

"Sabar-sabar sayang, jangan marah-marah dulu, nanti bisa ketularan Shin rusaknya."

"Oke, sabar. Kemari kau Shin, lambat bener jadi orang katanya ngajak tarung."

"Yeahhh!! Tarung!!"

Judulnya duel, isinya ungkapan kesalku, ujung-ujungnya jadi tarung gak ada gunanya. Kadang-kadang suka kelakuan memang itu author satu. Mohon bantuan para pembaca ya, spam komen atau chat ke author suruh ganti nih kelakuan satu. Secepatnya setelah baca ini ya! Lontong (tolong)!!

"<<Heaven Creation Magic: Angel's Fall.>>"

"Tunggu, sialan, di tengah-tengah seperti ini malah menggunakan sihir sekuat ini. KiDan!!"

Tiba-tiba saja Shin malah mengeluarkan sihir yang besarnya minta ampun, dan kalau sampai mengenai tanah, bisa hancur tuh rumahku. Tentu saja aku menangkalnya sebelum terlambat dengan sihir penetralisirku. Juga sihirku kupersingkat waktu bekerjanya walau itu nantinya akan membebani diriku oleh prosesnya yang kupotong.

Shin memang sudah hampir gila kelihatannya, bisa-bisanya membahayakan dirinya sendiri, teman, bahkan keluarganya. Kalau dia menjatuhkan sihir yang memanggil patung sebesar seperempat kota ini di sini, semuanya akan hancur rata pasti. Lagipula sihir dari mana itu, seharusnya sihirnya realitis, bukan seperti ini.

"Lala!! Suamimu stress La!! Bawa ke rumah sakit buruan, sebelum terlambat!!"

"Ehhh, tapi aku gak bisa nyetir…."

Suka nambah kerjaan orang memang mereka berdua. Niatnya minta bantuan, malah ngasih bantuan. Lain kali kuhindari aja kontak dengan mereka sebelum masalah soal Shin benar-benar selesai. Malas juga lama-lama ketemu Shin dalam kondisi seperti ini.

Mau dibilang jahat, ya bagaimana juga, tetapi demi kebaikan kita semua, ini jalan paling baik. Shin kelakuannya memang sudah tidak bisa dikontrol lagi, semakin lama semakin aneh yang ada. Mau nyalahin siapa pun juga gak bisa, paling nyalahin author yang ngetik semua ini.

"Ya sudah, pesen taksi atau gimana gitu, kan bisa juga."

"Gak salah juga sih, ya udah nanti deh gampang."

"Dilakuin, bukan gampang doang!"

Gampang sih memang gampang, tapi kalau gak dilakuin ya sama aja percuma. Pasangan suami istri ini memang paling jago membuat diriku kesal, ingin kuteriak mengeluarkan rasa kesalku ini. Hah~ biarkan waktu yang menjawab dan aku tidak ingin kesabaranku habis hanya karena mereka. Bisa-bisa susah masalahnya kalau kesabaranku diuji lebih lagi oleh mereka.

Rasanya mereka memang sengaja begitu loh untuk membuat diriku kesal entah alasannya apa. Ingin tahu, tapi mana bisa, ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan melihat rekaman CCTV. Mulai dari mana saja aku tidak tahu, lihat CCTV malahan tak berguna sama sekali.

"Haeh~ jadi ini mau lanjut bertarung atau gak nih? Namun beneran deh, kalau kejadiannya sama kayak tadi, aku malas bener."

"Ohh yeah, lanjut!! <<Mist Creation Magic: Blinding.>>"

Nah begini dong baru benar, pakai sihir kok berbahaya amat hanya buat bertarung latihan. Memang perlu dimarahi dulu baru bisa, otaknya benar-benar konslet. Namun sihir apa ini, semacam kabut begitu? Ingin mau bertarung dengan cara sembunyi-sembunyi?

Benar saja sih, lama-lama kabut ini membuatku tidak bisa melihat apa pun di jarak lebih dari 2 meter. Intinya jarak pandanganku benar-benar dikurangi dan aku tidak bisa melihat Shin dari mana… tapi boong. Guna apa kacamataku di desain untuk punya pandangan ini itu kalau hanya disimpan dan tidak dipergunakan.

"Cara licik ya? Namun kau lupa Shin kacamataku bisa melihat hawa panas dari tubuhmu."

"Aku belum selesai. <<Heat Creation Magic: Distortion.>>"

Wah, wah, sekarang dia membuat kabut ini menjadi semakin panas menyerupai suhu tubuhnya. Tentu saja itu membuatku tidak bisa membedakan mana Shin dan mana kabut. Bagus, tetapi masih kurang. Sebenarnya aku ingin mengalahkannya tanpa sihir, tetapi sejak pertarungan ini dimulai, tidak ada larangan untuk kedua belah pihak main sihir satu sama lain.

Kalau mau dibilang sihir itu kartu AS buat para penyihir yang juga melengkapi sebagai pertarung jarak dekat atau jarak jauh. Sebenarnya jadi penyihir saja sudah membantu banyak, tetapi ya begitulah, tidak banyak orang yang punya kualifikasi jadi penyihir. Teori tentang mana di dalam tubuh manusia saja belum ditemukan, tentu kecuali Shin yang mendedikasikan dirinya sejak dulu dalam urusan sihir dan mana.

"Kalau main sihir, maka aku juga bisa. Aeterfu."

Dengan mendorong kabut yang ada dengan angin yang cukup kuat, aku kembali mendapatkan pandanganku yang semula. Ternyata licik juga, di saat itu aku tidak bisa menemukan Shin di mana pun. Kemana sebenarnya dia menghilang? Biarkan aku cek dengan kacamataku.

"Terlalu lambat."

"Wa- Kai!!"

Entah dari mana, tiba-tiba Shin ada di belakang diriku tanpa ada jejak kaki sedikit pun. Terkejut karena Shin yang muncul dengan sembunyi-sembunyi itu, aku hanya bisa mengeluarkan sihir yang membuat gelombang tekanan daripadaku keluar. Itu memberikan sentakan kepada Shin untuk terbang menjauh dariku secara paksa.

Hebat juga Shin ini, kalau aku terlambat sedetik atau dua detik saja, aku pasti tidak bisa menghindari serangannya. Kalau tadi dia tidak menyorakan apa pun, aku tidak akan bisa menyadari keberadaannya. Namun sebenarnya dari mana Shin? Aku tidak mendengarnya menggunakan sihir apa pun.

"Kuhh, yang begitu saja masih belum bisa ya? Kau memang kuat Sin, sihirmu sangat efisien dan cepat sekali penggunaannya."

"Tidak, tidak, kau mendapatiku dengan baik, hanya saja kesalahanmu itu di menyorakan sesuatu sesaat sebelum kau menyerangku. Sebenarnya dari mana dirimu? Aku benar-benar tidak mendapati keberadaanmu di sekitarku."

"Humm, aku beri tahu atau tidak ya? Aku masih belum mau menyelesaikan pertarungan ini. Jadi kita selesaikan dulu dan bahas soal itu nanti."

"Haishhh, ya sudahlah, lanjutkan dulu."

Baru saja bicara lanjut saja dulu, tiba-tiba Shin sudah ada di dekatku dalam dua detik padahal jarak antara kami tadi ada 10 meter lebih. Teleportasi? Bukan, apa ini kemampuan tubuhnya? Tidak, tidak, mana mungkin manusia dapat berlari sejauh 10 meter dalam dua detik. Setidaknya butuh waktu tiga atau empat kali lipat untuk bisa.

Namun kalau begitu apakah ini sihir? Kalau memang benar, dari mana asalnya? Aku tidak mendengar dia mengucapkan rapalan apa pun tadi. Ini sungguh membingungkanku. Tunggu, kenapa aku berpikir terlalu banyak padahal dia sudah di depanku. Aghh, terlambat aku bereaksi.

"Guaghh. Cepatnya… kau luar biasa Shin. Kurasa kekuatan kita memang seimbang, kita bisa saling menekan satu sama lain jika ingin."

"Tidak, aku bisa mendapatimu karena kau lengah dan tidak tahu apa kondisiku sekarang ini dan caraku. Buatmu yang observan, kekurangan informasi sama saja kalah bukan?"

"Kau mendapatiku sampai sebegitunya ya? Memang benar sih, aku tidak akan bertarung sampai tahu seberapa kemampuan lawanku."

Dan karena aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara Shin melakukan itu, aku tidak bisa melawan balik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa aku sadari. Kecepatan berpikir otakku dan kecepatan serangan Shin tidak imbang, aku terlalu lambat menyadari dan menghindar atau melawan balik.

Karena terpental begitu jauh, aku sampai menatap tembok dan sedikit merasa kesakitan. Tentu, sebelum aku menyentuh tembok, lagi-lagi aku menggunakan sihir yang bersifat angin untuk mengurangi dampak dari benturan. Bisa repot walau aku bisa sihir penyembuhan.

Bodohnya aku, karena aku dan Shin bertarung di rumahku sendiri, aku lupa bahwa masih ada Feliha yang di dalam rumah. Tepat di saat aku terpental itu, Feliha melihatku dari kejauhan. Tentu saja Feliha langsung lari mendapatiku.

"Papa!!!"

"Ugh, Feliha, ada apa sayang?"

Feliha yang berlari mendapatkanku langsung saja menyelam memelukku. Aku sekarang tidak bisa membandingkan, lebih sakit mana Feliha memelukku atau aku menatap tembok yang benturannya kukurangi dampaknya.

Namun saat aku sedang memikirkan itu, aku tiba-tiba tersadar oleh wajah Feliha yang cemberut itu. Salahku juga sih bertarung dengan Shin, apalagi Feliha paling tidak suka aku bertarung. Bukan karena bertarungnya, tetapi kalau aku terlukanya. Mungkin dia tidak ingin kehilangan orang yang disayanginya dengan sepenuhnya.

"Papa bodoh, bodoh!!"

"Ehh, kenapa Feliha berkata begitu?"

"Lagi-lagi papa membiarkan papa tersakiti lagi!! Feliha tidak suka!! Hmp!!"

"Ehhh… Feliha papa bisa jelaskan kok, jangan marah ya…?"

Repot sudah urusannya kalau begini.

Next chapter