webnovel

CH.107 Kembali Beraktivitas

Setelah beberapa hari di dalam kamar beristirahat atas keinginan mama untuk membuatku sembuh, akhirnya aku kembali normal lagi. Seluruh tubuhku sudah baik lagi tanpa kurang sedikit apa pun. Kurasa ucapan mama benar-benar membuat diriku baik lagi.

"Sudah baik lagi tubuhmu sayang?"

"Sudah kok ma. Berkat perkataan mama dan perhatian mama kepadaku Kioku."

"Baguslah kalau begitu. Kioku kan bisa terbang ke akademi dengan cepat, mau pakai sihir Kioku saja atau mama panggilkan kereta?"

Walau keadaan tubuhku sudah membaik, bukan berarti keadaan kekuatan sihirku juga normal. Irama mana dalam diriku masih terkadang bergejolak melawan arus yang ada. Sebaiknya aku menerima tawaran mama soal kereta itu. Lagipula kalau aku tiba-tiba muncul dengan sihir ke akademi, pasti semua orang akan terkejut. Kalau aku datang dengan kereta kan pasti mereka mengerti maksud kepergianku.

"Pakai kereta saja deh ma."

"Baiklah, mama suruh orang siapkan kereta untuk Kioku. Tunggu dulu."

Dengan tidak bertele-tele mama langsung menyuruh pelayan memanggilkan kusir dan membawa kereta kuda ke depan istana. Dalam perjalanan tidak terjadi apa pun. Mungkin soal keadaan diriku mama menahannya untuk tersebar ke para rakyat. Kalau sampai tersebar keamanan mungkin tidak akan kurasakan.

Ketika sampai di akademi aku disambut, lagi. Namun yang kali ini mengejutkanku, satu isi akademi menyambutku. Mungkin mama menahan informasi ini untuk keluar ke khalayak umum, tetapi siapa yang bisa menahan informasi ini di dalam akademi.

"Nona Kioku!!"

Setelah aku keluar dari kereta, aku langsung disambut oleh Fuukou yang berlari mendapatiku lalu memelukku begitu erat. Disusul dengan Midori juga Eriana serta Hojou-senpai. Mereka berempat memeluk diriku dari segala arah membuat diriku tidak berkutik.

"Tuan putri nona Kioku darimana saja dirimu? Satu akademi khawatir kau tiba-tiba hilang lagi. Untung saja kami dapat informasi dari ratu Ekiresia bahwa kau ada di istana."

"Maafkan sudah membuat semuanya khawatir. Sekarang bisa lepaskan pelukan kalian? Ini membuatku susah bernafas."

Sekejap juga mereka langsung melepaskan pelukan mereka itu. Lalu setelah itu datang kepala sekolah juga pangeran menjengkelkan itu. Tidak bisa dipungkiri memang tindakanku yang kali ini memang terlalu sembrono. Baru saja aku bangun dari keadaanku hidup dan mati itu, sudah berani keluyuran ke sana ke mari.

"Tuan putri. Saya mengerti bahwa tuan putri punya kekuatan untuk melindungi diri tuan putri sendiri. Tetapi saya mohon dengan sangat, tolong tuan putri mementikan diri sendiri lebih lagi. Kami semua khawatir kalau ada hal buruk lain yang menimpa tuan putri. Apa tuan putri ingin ada dalam keadaan koma itu lagi?"

"Maaf kepala sekolah sudah membuat semuanya khawatir. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."

Hah~ sekarang aku merasa sangat bersalah sekali sudah melakukan keinginanku secara berlebihan. Juga karena itu aku jadi menciptakan diri lainku si Allergeia yang akhirnya secara tidak sengaja membuat tembok batasan tak terlihat untuk diriku sendiri.

"Bukan masalah selama tuan putri menyadarinya."

"Hoo, ternyata walau tindakan tuan putri Kioku mulia ingin membunuh monster ular yang luar biasa kuat itu. Namun tindakannya masih sembrono juga, benar-benar dua sifat yang berlawanan."

Namun sekarang aku merasa sedikit ingin memukul perut pangeran itu. Tidak bisa ya dia berbicara yang tidak membuat orang kesal kepadanya. Untung saja ada banyak orang di sini, kalau sepi sudah kuhajar pasti. Entah dia pangeran kerajaan lain atau bukan aku tidak peduli.

"Terserah kau deh. Sudah deh, pasti kalian semua merasa tidak tenang dengan ketidakhadiranku di antara kalian selama beberapa hari ini. Kita masuk saja dan beraktivitas lagi, aku tidak ingin membuat aktivitas terhenti karena diriku."

Setelah itu semua orang kembali ke aktivitas masing-masing yang sebelumnya mereka lakukan. Kalau tahu bahwa tindakanku mempengaruhi semua orang dan berdampak besar secara langsung aku akan menahan diri lebih lagi.

���Tuan putri nona Kioku, memang apa saja sih alasanmu tiba-tiba menghilang selama beberapa hari ini? Tidak mungkin kan hanya dengan alasan sesimpel bahwa kau sakit?"

"Sebenarnya memang benar aku sakit lagi, tetapi sebelum itu aku pergi ke Guild yang ada di pusat kota. Lalu sekalian aku mampir ke istana untuk menanyakan nama dari hadiah pemberian okaa-sama. Tetapi malah aku ditahan dan akhirnya karena bosan, aku melatih kekuatan dewiku. Setelah itu karena tubuhku tidak kuat jadinya aku disuruh beristirahat sampai baru hari ini dilepaskan. Bahkan mama sampai memberiku dua pelayan di dalam kamarku untuk mengawasi kegiatanku."

Mama terlalu cerdik, kalau aku sendirian di dalam kamar pasti aku sudah berlatih sihir lagi. Pelayan yang disuruh mama menjaga diriku juga bukan sembarang pelayan, kedua pelayan itu adalah pelayan yang bisa melakukan sihir. Secara otomatis kalau ada perubahan tekanan sihir di dalamku mereka akan langsung mengetahuinya.

Akhirnya selama beberapa hari penuh dari pagi sampai malam gerakanku dibatasi total. Palingan ketika aku sedang ingin menghirup udara segar aku dibantu oleh kedua pelayan itu untuk berada di teras. Tentu saja bukan saat malam hari karena angin malam tidak menyehatkan tubuh malah membuat tubuh menggigil.

"Wuahhh dijaga ketat ya? Ratu memang berbeda dengan mama kita, terlalu perhatian kepadaku nona Kioku."

"Ya begitulah. Hehehe, maaf sudah membuat kalian khawatir."

"Tidak begitu juga. Walau kami baru kenal Kiraibu-san baru beberapa hari, kami langsung mengerti bagaimana sifat Kiraibu-san."

Sebegitu kelihatan kah sifatku ini? Padahal aku sudah bersikap sedikit mungkin agar tindakanku tidak diketahui dan tidak dicurigai oleh orang lain. Sebaiknya lain kali aku berhati-hati lebih lagi kalau bertindak dan berucap.

"Hehehe, kalian begitu cermat. Kalau begitu ayo kita kembali ke kelas. Pelajaran masih berlangsung bukan? Jangan diam di sini saja."

"Huh? Apa karena tuan putri tidak masuk beberapa hari ini tuan putri langsung lupa akan jadwal pelajaran? Kami ini sedang istirahat bahkan barusan dimulai."

"Benarkah? Kalau begitu ayo kita ke kantin aku buatkan makanan. Sudah lama aku tidak berada di dapur untuk memasak."

Akhirnya karena aku sudah cukup kelaparan juga karena sudah tengah hari, aku memasak untuk diriku dan empat temanku. Tetapi aku baru sadar bahwa Hojou-senpai sudah mau berinteraksi dalam sekejap setelah aku mengajaknya keluar dan melihat dunia ini.

Kali ini aku memasak hanya lima porsi tidak lebih. Tidak ada si pengganggu entah kenapa, tetapi biarlah itu yang membuatku merasa tenang. Tetapi disaat yang sama kenapa aku merasa sedikit aneh kalau tidak ada dia ya? Biarin saja deh, orang mengesalkan kenapa dicari.

"Enakk!! Sudah beberapa hari ini kita tidak makan masakan nona Kioku. Ternyata masakan nona Kioku memang berbeda. Kurasa kalau dibandingkan antara nona Kioku dan Reshatous-san masih menang nona Kioku."

"Sush jangan bilang begitu, bagaimana pun juga dia lah yang seharusnya memberi makan untuk semua murid akademi. Kalau nanti semua murid akademi tidak mau makan hanya ingin masakanku kan repot akunya."

Walau sifatku yang begini-begini tidak ingin peduli kepada orang lain, tetapi aku merasa bersalah kalau ada orang yang menderita karena diriku. Secara tidak sadar insting sebagai perempuanku berjalan kalau melihat ada orang yang tersiksa karenaku.

"Hehehe benar juga. Ya sudah lah kita makan saja dulu. Kalau makannya bertele-tele bisa-bisa direbut nih sama orang lain."

Entah kenapa aku berpikir bahwa aku lah yang beruntung mempunyai teman seperti mereka. Seumur hidupku bahkan seumur hidup seluruh kepribadianku, tidak pernah sama sekali mereka mempunyai teman yang benar-benar seorang teman. Bahkan kalau ada pasti kepribadian lainku lah yang hanya memanfaatkan mereka.

Tetapi belum pernah mereka bertindak sepertiku yang mau rela berkorban untuk kebaikan orang lain. Mereka hanya mementingkan diri sendiri, mungkin yang paling mereka lindungi hanya keluarga mereka, istri dan anak-anak mereka. Jadi aneh rasanya aku mengetahui semua isi pikiran seorang laki-laki sedangkan aku seorang perempuan, walau dulunya aku juga seorang laki-laki sih yang berubah gender saat aku masih baru dilahirkan.

Oh ya ngomong-ngomong aku menyadari ada perubahan di dalam diriku setelah aku bertemu dan membiarkan Allergeia tinggal dalam diriku. Ingat bahwa sihir Kejahatan ada empat tingkat? Waktu itu aku merasakan bahwa tingkat sihir Kejahatan di dalam diriku begitu melimpah, kurasa sihir cabang Roh sudah aku kuasai. Begitu juga dengan sihir Kebenaran walau perubahannya besar, tetapi aku tidak merasakan adanya perubahan yang terlihat.

"Sudah selesai? Kalau begitu ayo kita ke kelas!"

"Yakin tuan putri ingin mengikuti pelajaran hari ini? Bukan kah tuan putri hanya bisa belajar sihir lebih lagi hanya di perpustakaan?"

"Walau begitu tujuanku masuk ke akademi ini itu untuk memperdalam tingkat sosialku. Kalian adalah teman pertamaku, tetapi tidak menutup kemungkinan aku tidak berteman dengan yang lainnya bukan?"

Bagi mereka aku pasti yakin bahwa mereka tidak ingin melepaskan keberadaanku kepada orang lain semudah itu. Ikatan aku dan mereka memang baru, tetapi begitu kuat entah kenapa. Dan sangat wajar kalau mereka menginginkan diriku terus-menerus setiap saat.

"Uhhh… benar sih, tetapi berjanjilah kepada kami kalau tuan putri nona Kioku akan tetap menjadi teman kami dan selalu bersama kami walau sudah punya teman banyak. Bagaimana setuju kan?"

"Bahkan aku menjadi sahabat kalian saja aku tidak masalah."

Punya teman seperti mereka yang sangat baik aku tidak ingin? Mimpi sekali aku bisa melepaskan mereka dengan mudah juga. Mereka lah yang mengajarkanku namanya kebahagiaan hidup. Kalau tidak ada mereka aku pasti juga tidak membuka diri.

"Hehehe, baguslah. Ingat, ucapan itu sebuah janji, kalau sampai dilanggar kami akan sangat marah lho!"

"Ahahaha iya iya aku tahu. Sudah sudah, kita sudah terlalu lama di sini. Kalau aku ketinggalan pelajaran sih tidak apa-apa, tetapi kalau kalian bisa-bisa kena hukuman juga ketinggalan materi yang diajarkan nanti."

Sebuah pertemanan tidak bisa dipaksakan, namun juga tidak bisa timbul begitu juga. Perlu kesabaran, proses, dan hati untuk bisa melatih sebuah pertemanan itu. Punya teman seperti mereka ada bukti nyata bahwa aku tidak takut lagi bahwa aku bisa melakukan hal berbahaya lain ke depannya.

Next chapter