webnovel

Tidak menyangka

"Halo om" sapa Rayhan saat panggilan terhubung.

"Salam dulu" jawab om Dika di seberang sana.

"Heheh assalamualaikum."

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa tumben nelpon om? Udah sampai."

"Ray udah sampai dari 1 jam yang lalu om. Ray ganggu gak?" jawab Rayhan sambil melirik ke arah Raka.

"Alhamdulillah kalo kamu udah sampai. Gimana kamu udah ketemu sama orang tua mu?

"Gini om, Ray nelpon om Dika itu mau nanya apa alamat yang om kasih itu benar. Maksud Ray apa aku gak salah masuk apartement orang."

"Ya nggak lah Ray, emangnya kenapa?"

"Yang punya apartement marah sama aku om, terus nuduh aku maling," adunya dengan suara keras.

Raka mendelik tak suka mendengar bocah yang ia sangka itu maling kini mengadu pada om nya. Secara tak langsung, anak itu mengadu seolah dirinya lah yang bersalah karena menuduh seorang remaja.

"Siapa yang berani marah pada ponakan kesayangan om, om mau bicara sama orang yang udah marahi kamu." Kata Bima seketika marah.

"Bentar om. Om bicara aja langsung sama orang nya."

Rayhan menyerahkan ponselnya pada Raka.

"Om saya mau bicara dengan anda."kata Rayhan formal.

"Heh bocah Lo siapa berani nyuruh gue, emang om Lo itu siapa sih?" Tanya Raka bingung karena di suruh bicara dengan om dari Remaja asing itu.

"Halo," kata Raka ketus dan malas.

"Lo Raka?" Tanya Dika karena suaranya sama persis dengan Raka adiknya.

"Tau dari mana nama gue, ah iya gue kan memang terkenal," jawab Raka sangat percaya diri. Dinda mendengar nya hanya bisa mengelus dada sabar menghadapi sikap suami nya.

Untung aja tampan dan kaya, kalau enggak udah Dinda tinggalin. Malu dia punya suami kayak Raka.

"Gue Dika Abang Lo," ucap Bima ketus.

"What!!" Teriak Raka membuat Rayhan tersenyum tipis ternyata mereka Benar orang tua nya.

"Gak usah bohong Lo. Entar gue aduin sama Abang gue. Kalau lo ngaku ngaku jadi abang gue."

"Terserah Lo deh Raka. Gue udah pusing menghadapi lu. Gue heran kok bisa Dinda betah sama lo, kalau gue jadi Dinda gue bakal ninggalin lo dan nyari suami yang jauh lebih tampan dan tingkahnya itu lebih dewasa gak kenakan dan penuh drama kayak lo."

"Lo tau dari mana soal Dinda, istri gue. Apa jangan jangan lo yang nyuruh bocah ini ke apartement gue terus lo mau niat jahat sama istri gue. Ngaku lo!"Tuduh Raka.

"Durhaka lo nuduh abang lo sendiri. Kalau soal Rayhan ke apartement lo karena memang gue yang nyuruh, tapi apa yang lo tuduh itu gak benar."

"Udah gak usah balas omongan gue. Gue mau nanya, Lo udah liat Rayhan kan."

"Nggak,"jawa Raka jujur ia memang belum melihat keberadaan Rayhan sedari pulang.

Raka tau namanya tapi gak tau orang nya, wajah putra nya tak ia ingat.

"Gue serius Rak," kata Bima geram.

"Gue juga serius, Rayhan belum datang."

"Cowok remaja yang ada di hadapan Lo. Lo gak kenal dia?"

Raka menatap Rayhan yang sedang menunduk memainkan jari jarinya gugup. Gugup karena ia sudah tahu kedua orang dewasa di hadapan nya ini adalah orang tua nya.

"Nggak," jawab Raka yang membuat hati Rayhan seketika sakit.

"Gue kasih tau yah, nama remaja itu, Rayhan saga febriano putra dari tuan Raka Aprilio Dhian dan adinda Nia Az-Zahra, sayangnya mereka berdua lupa sama anak sendiri," kata Dika menyindir.

"Maksud Lo?" Tanya Raka yg masih belum konek.

"Maksud gue itu Rayhan anak Lo. Masa Lo lupa sih," marah Dika pada akhirnya.

Dinda menatap Rayhan setelah mendengar kata kata dari kakak iparnya begitu juga dengan Raka.

Ada perasaan senang yang hinggap di hati mereka namun karena ke gengsian mereka lebih besar, jadi mereka tak menunjukkan reaksi apa pun yah hanya diam gitu.

"Tapi kok.."

"Kenapa lagi Raka" geram Dika.

"Kok dia udah gede?"tanya raka polos.

"Emang Lo pengen dia kecil terus gitu,"kata dika kesal karena pertanyaan bodoh dari adik nya itu.

"Ya enggak maksud gue itu, kok dia gedenya kecepatan padahal dulu dia masih kecil, lucu, imut, gempul dan enak di suruh suruh tapi sekarang ia kurus banget kek lidi,"jawab raka melihat perubahan rayhan.

"Karena Rayhan itu juga manusia sama kek elu, yah pastinya mengalami pertumbuhan sama perubahan lah mana mungkin ia akan terus kecil kek gitu. Dan juga karena Lo kelamaan ninggalin dia makanya kurus makan hati dia."

Raka terdiam mendengar kata kata terakhir dari abangnya, hatinya sakit mendengar itu, merasa jadi orang tua paling jahat dia.

"Gue pengen kalian betul betul jaga dia awas aja kalo sampe kalian nyakitin keponakan gue."

"Gak takut" kata Raka dan mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Raka menyerahkan ponsel milik Rayhan"Nih ponsel Lo" kemudian dia duduk sambil bermain game menggunakan ponsel miliknya, seakan tak peduli dengan kehadiran rayjan.

Rayhan kesal karena mereka berdua seperti tak menganggapnya, yah masa anaknya datang malah di cuekin harusnya kan peluk pelukan, bilang rindu kek, minta maaf kek udah ninggalin Rayhan lama banget tapi malah mereka sibuk sendiri.

Dengan kesal Rayhan duduk di sofa dan memakan nasi gorengnya dengan nikmat, tapi peduli juga dnegan sekitar, yang penting makan.

"Ok karena semuanya udah clear gue mau keluar dulu," kata Raka dan mengambil kunci serta jaket miliknya.

"Mau balapan Lo?" Tanya Dinda

"Gak yang, cuma mau nonton doang."

"Kalo Lo keluar malam ini, selama seminggu Lo tidur di luar," ancam Dinda tetap memainkan ponsel.

"Yang jangan gitu dong, masa Lo tega nyuruh gue tidur diluar, Lo gak kasian apa sama suami Lo yang tampan ini."

Rayhan hanya menggelengkan kepala nya melihat tingkah mereka, berasa nonton drama dia.

"Gak peduli."

"Ok fine gue gak pergi" ngalah Raka dan kembali duduk di sofa.

"Mah" panggil Rayhan. Dinda menoleh dan menatap Rayhan.

"Hmm"

"Ray capek mau tidur, kamarnya mana."

"Ada kamar tamu, tapi belum di beresin," kata Dinda mengingat di apartement ini hanya memiliki dua kamar.

"Terus Ray tidur dimana?"

"Di sofa" bukan Dinda yang menjawab tapi si papa muda Raka.

"Papa aja yang tidur di sofa, Ray gak mau."

"Yaudah sana cari tempat lain" kesal Raka.

"Ma" rengek Rayhan memanggil Dinda.

"Ikut gue" kata Dinda yang berjalan duluan, Rayhan yang disuruh pun hanya menurut saja.

Dinda membuka salah satu kamar dan masuk ke dalam diikuti Rayhan.

"Tidur disini aja dulu sampe kamar tamu diberesin."

Rayhan menaiki kasur king size itu dan langsung membaringkan tubuhnya.

Setelah Rayhan tertidur Dinda menyelimuti tubuh putranya sampai sebatas dada dan senyumnya terbit ketika melihat wajah polos putranya yg begitu ia rindukan.

"Good night son," kata Dinda dan keluar dari kamar

Bahagia? Tentu saja. Putranya telah kembali, dan ia gak akan menyianyiakan kesempatan ini.