1 Satu

'Di mana aku? Tempat apa ini? Mengapa aku bisa berada di sini?'

Isha menatap sekeliling dengan bingung. Ia tidak mengerti bagaimana dia bisa berada di dalam kamar tersebut. Dirinya kini terbaring di atas tempat tidur berseprei putih. Langkah kaki seorang pria membuat ia ketakutan.

Seorang pria mendekat dan berdiri di hadapan Isha. Perlahan pria itu mulai membuka kemeja yang dikenakan.

Mata Isha membeliak lebar menyaksikan tubuh berotot yang proporsional di hadapannya. Baginya tubuh lelaki berkulit kecoklatan itu sangat sempurna. Diteguknya ludah tanpa sadar.

'Siapa pria ini? Apa yang akan dilakukannya padaku?' bisik Isha dalam hati.

'Apa aku bermimpi? Tapi yummy, pria ini benar-benar sempurna.'

Tidak mampu menahan diri, tangan Isha terulur menyentuh tubuh pria di hadapannya tersebut.

'Indah. Benar-benar indah. Mimpi ini sungguh terasa nyata,' ucapnya sambil berdecak pelan.

Gadis itu memekik terkejut saat pria yang tidak ia kenal tersebut tiba-tiba mencekal tangannya dan mendorongnya hingga terbaring di atas tempat tidur. Tubuh pria itu kini berada di atas tubuh mungil Isha.

"Benar-benar tidak tahu malu. Apa kau masih ingin menggodaku?" tanyanya dengan suara serak.

"A-pa? Mimpi ini ... mimpi ini terlalu nyata," gumam Isha pelan.

Pria di atas tubuhnya itu mendengkus pelan sambil tersenyum mengejek.

"Mimpi? Jadi kau menganggap ini semua hanya mimpi? Akan kubuktikan padamu bahwa ini adalah nyata."

Tanpa membuang waktu, pria itu langsung mendaratkan ciuman di bibir Isha. Sebuah ciuman penuh nafsu yang mendesak Isha untuk membuka mulutnya dan menerima ciuman panas tersebut.

'Tidak, tidak!' pekik Isha dalam hati.

'Ini bukan mimpi, semua ini adalah nyata, tapi siapa pria ini?'

Meski menyadari hal tersebut, Isha tetap tidak kuasa melawan nafsu yang kini mengendalikan dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba pria itu menghentikan ciuman dan menjauhkan diri sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Sudah kuduga, aku akhirnya bisa menaklukkanmu, dasar perempuan jalang!" ucapnya.

Isha melotot dan menatap pria berparas rupawan itu tajam. Ia segera terbangun dan melayangkan tamparan keras di wajah yang sempat dianggapnya sempurna itu.

"Kau yang memulai lebih dulu, aku bahkan tidak mengenalmu!"

Lelaki itu hanya mengusap pipinya sambil tertawa sinis. Ia lalu meraih tangan Isha dan menarik gadis itu mendekat. Mereka kini berdiri saling berhadapan dalam jarak hanya terpisah beberapa inci. Embusan napas terasa panas mengenai wajah Isha membuat jantung gadis itu berdetak lebih cepat.

"Aku adalah Ravin Ryondra. Aku adalah suamimu. Meski pernikahan kita hanyalah sandiwara, tapi kau tetap adalah istriku. Bagaimana bisa kau dengan entengnya berkata tidak mengenalku?"

Wajah Isha berjengit kesakitan. Jemari lelaki itu mencengkeram pergelangan tangannya semakin kuat seiring kata yang telah diucapkan.

"Menikah? Denganmu? Jangan menipuku. Aku bahkan idak mengenalmu."

Raut wajah pria bernama Ravin berubah geram. Kilatan mata penuh amarah itu membuat Isha semakin ketakutan.

"Kau ingin bermain-main rupanya. Apa kau ingin kembali pada kekasihmu itu? Aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

"Aku tidak tahu apa yang kaubicarakan. Yang jelas aku tidak mengenalmu!" ujar Isha memberanikan diri.

Ravin tidak menjawab. Ia sudah terbakar emosi. Bagaimana bisa Isha bahkan berkata tidak mengenal dia? Segera ditariknya gadis itu dalam pelukan dan kembali mendaratkan ciuman panas di bibir ranum tersebut.

Isha berusaha meronta dan melawan, tetapi semua sia-sia, ia justru kembali terhanyut terutama saat pria yang mengaku suaminya tersebut melakukan cumbuan mesra pada lehernya.

Ravin kemudian melepaskan Isha dan mendorong gadis itu menjauh. Isha terlihat terkejut, ia nyaris kehilangan keseimbangan. Cumbuan yang baru saja dilakukan pria itu padanya seolah masih membekas pada bibir dan lehernya.

"Kau harus ingat, Isha, bahwa kau adalah istriku!" tegas lelaki itu sekali lagi.

Ia kemudian mengambil kemejanya yang tergeletak di lantai dan bergegas keluar.

"Hei, Pria Kurang Ajar. Aku bukan istrimu. Sudah berapa kali kubilang aku tidak mengenalmu!" teriak Isha yang akhirnya berhasil mengendalikan diri. Akan tetapi, pria itu tidak peduli. Ia terus melangkah keluar meski di belakangnya Isha memaki-maki dirinya.

avataravatar