11 Sebelas

Ricky telah siap untuk berangkat ke LF Group Center untuk menghadiri pemilihan presdir baru. Hanya ada dua kandidat, Ricky dan paman Hans. Ricky tau kalau Hans sangat menginginkan posisinya. Namun, ia berpikir kalau hari ini bukan waktunya untuk melawan pamannya itu.

"Queen, aku berangkat yah"

Queen tidak menjawab Ricky dan hanya melihat pria itu berlalu. Queen lalu membereskan ruang tengah yang mereka pakai untuk bermain semalam.

Queen lalu ingat sesuatu. Bukankah hari ini dia berencana untuk mengambil testpack. Queen bergegas ke kamarnya, mengambil tiga testpack di laci meja yang dibelinya beberap waktu lalu.

Di dalam kamar mandi, Queen menampung urinnya, di celupkan sebuah testpack selama 30 detik. Ia mengangkatnya dan membiarkannya beberapa saat.

"Ini... Positif...", gumam Queen dengan lirih.

Ia masih tidak yakin dan mengulangi tes itu. Namun hasilnya sama, positif. Queen terdiam melamun beberapa saat. Ia paham, ia benar-benar hamil.

"Nanti, jika masih ada gejalanya, kembali ke sini yah", pasien itu segera pamit setelah Annie memberikan resep obat. Kemudian pasien berikutnya masuk.

"Silakan duduk, ada keluhan apa?"

"Kak Annie"

"Queen?"

"Hemm, aku kesini cuma mau bilang, aku sudah ambil tes"

"Benarkah? Apa hasilnya?"

"Positif"

"Positif? Apakah itu benar-benar sudah pasti?"

"Aku ulangi sampai tiga kali, hasilnya sama"

"Oh, hahaha, berarti aku sebentar lagi jadi tante dong! Queen, aku senang banget!"

"Aku kesini mau lakukan tes lengkap kak dan untuk surat keterangan sedang hamil"

"Ah, baiklah, itu lebih bagus"

"Dan kakak, jangan beritahu Ricky dulu"

"Hemm kamu tau kan kalau aku orangnya gak biaa taham diri. Tenang saja kalau soal Ricky, aku gak akan kasi tau dia. Tapi kakek dan mama, aku gak jamin, tapi aku gak akan kasi tau mereka sekarang kok"

"Terima kasih yah, kak Annie"

Akhirnya, acara pemilihan itu dibatalkan oleh kakek atas permintaan Ricky. Ricky menyakinkan kakek dan semua peserta rapat hari itu, bahwa pemilihan belum layak untuk dilakukan, mengingat antara Ricky dan Hans belum bisa memberikan harapan masa depan terhadap LFG.

"Masuk", Ricky mengizinkan seseorang yang tadi mengetuk pintu untuk masuk ke ruang kerjanya, yang tak lain adalah asistennya.

"Pak, kami mendapati nona Queen ke rumah sakit nona Annie"

Ricky lalu beranjak dan menelpon Annie.

"Kakak masih di rumah sakit?"

"Tidak, aku pulang lebih awal"

Ricky lalu memutus telponnya. Dia segera ke rumah utama. Dia mencoba menghubungi Queen namun tak tersambung sama sekali. Ricky semakin penasaran.

Ricky tiba di rumah utama dan tidak mendapati mamanya dan Annie di rumah.

"Dimana mama dan kak Annie?"

"Nyonya besar dan nona ada di dapur"

Ricky lalu ke dapur dan mendapati mamanya dan Annie sedang sibuk membuat makanan sedikit lebih banyak tidak seperti biasanya.

"Mama? Kok kalian masak banyak?"

"Ah tenang saja, kita masak kan gak berdua aja. Ada para asisten rumah yang bantu, dan ada Queen juga"

"Queen?"

Tak lama kemudian Ricky melihat Queen keluar dari ruang pendingin dengan beberapa kemasan bahan makanan.

"Queen kamu disini?"

"Kak Annie yang ajak aku kesini"

"Oh iya, Ricky, ikut mama ke perpustakaan, ada yang perlu mama bicarakan"

avataravatar