6 Enam

Queen sedang bersih-bersih di galeri sore itu. Namun aktivitasnya terhenti saat melihat seorang wanita paruh baya menatap sebuah lukisan besar di galeri saat itu. Queen mendekati wanita itu.

"Maaf nyonya, sebentar lagi galeri akan tutup"

"Ah, maaf, aku sudah lama mencari lukisan ini. Akhirnya aku menemukannya disini. Beri waktu beberapa menit lagi untukku menatapnya"

Queen heran, itu kan lukisan milik mendiang ibunya. Siapa sebenarnya wanita ini? Mengapa dia mencari lukisan ibunya?

"Nyonya, mengapa mencari lukisan ini?"

"Aku mengenal pelukisnya"

"Nyonya mengenal ibu saya?"

"Ibumu? Kamu putrinya Luna yang melukis ini?"

"Iya, saya adalah putrinya"

Wanita itu lalu memeluk Queen. Queen hanya heran tak membalas pelukan wanita itu.

"Ternyata kamu anak perempuan yang saya cari selama ini"

"Maaf, apa hubungan nyonya dengan ibu saya?"

"Aku dan Luna teman dekat sejak SD, di kampus pun kami satu universitas, hanya saja aku kuliah di jurusan manajemen bisnis dan Luna mahasiswi jurusan seni rupa"

Wanita itu kembali memandangi lukisan ibu Queen.

"Setelah selesai kuliah, kami masih berhubungan baik. Bahkan saling menghadiri pernikahan kita. Namun setelah menikah, aku ikut suamiku ke Amerika, dan Luna tetap disini. Setelah di Amerika, aku tidak sempat bertemu dengannya lagi selama 18 tahun, hingga akhirnya aku dengar kabar kalau Luna meninggal karena sakit"

"Ibu belum pernah cerita tentang persahabatannya dengan nyonya"

"Tapi sekarang kamu sudah tau. Saya berjanji, saya akan menjaga kamu seperti anak kandung saya sendiri"

Queen dan wanita itu lalu berbalik ke arah pintu masuk ketika terdengar beberapa rombongan masuk. Ternyata itu adalah Ricky bersama dengan orang-orangnya.

"Ricky?"

Baru saja Ricky mau menyapa Queen, ia lalu terkejut dengan kehadiran wanita itu.

"Mama? Kenapa mama disini?"

"Kamu yang kenapa ada disini?"

"Mama? Nyonya ini mama kamu?"

"Iya Queen, dia Rina Lee, nyonya besar Lee"

"Mama kenapa bisa ada disini?"

"Aku lagi kunjungi lukisan temanku Luna. Dan ternyata Queen adalah anaknya Luna"

"Tante Luna teman mama itu?"

"Iya, yang sering mama ceritakan. Oh iya, kamu sendiri kenapa kesini?"

"Aku mau sampaikan ke Queen kalau dia diundang di pesta kita besok malam oleh kakek"

"Diundang oleh ayah. Apakah Queen ini gadis di artikel yang bersamamu di rumah sakit Annie?"

"Iya ma, gadis itu Queen"

Mendengar itu, mama Ricky lalu tersenyum-senyum menatap kedua sejoli itu.

"Ah, mama hampir lupa. Mama harus cepat pulang untuk siapkan makan malam. Ricky, kamu mau pulang ke rumahmu atau ke rumah utama?"

"Aku mau pulang ke rumahku ma"

"Sama Queen?"

"Ya gak lah ma, Queen punya rumah sendiri"

"Hemm, dasar, anak lelaki mama sudah dewasa rupanya"

Mama Ricky lalu melambaikan tangan pada Queen dan meninggalkan galeri saat itu.

"Mama kamu cantik, gak nyangka ibuku berteman sama wanita berkelas seperti nyonya Rina"

"Jelas mamaku cantik, aku aja cakep"

"Ish, narsis. Oh iya, soal undangan pesta?"

"Kakek minta kamu datang ke pesta di rumah utama besok malam"

"Tapi, aku gak biasa ke pesta mewah seperti itu"

"Jangan menolak, mama dan kak Annie pasti senang kamu datang. Aku gak pernah lihat mama sesenang itu setelah papa meninggal"

"Jadi, aku harus apa?"

"Besok sore aku menjemputmu disini, tidak usah bersiap apapun, gaun dan riasan aku yang siapkan"

avataravatar
Next chapter