1 Werewolf Girl In Love

Bismillah

"Werewolf Girl In Love"

#part_1

#by: R.D.Lestari.

Drap-drap-drap!

Langkah kaki yang beradu dengan lantai menjadi irama pembuka di pagi hari. Gadis cantik dengan rambut pirang dan sedikit bergelombang itu melangkah dengan santai menuju ruang makan yang sudah di penuhi oleh beberapa orang keluarganya.

Setiap pagi keluarga Tuan Wijaya memang selalu menyempatkan bercengkrama dan makan bersama sebelum sibuk dengan rutinitas kegiatan sehari-hari.

Pekerjaannya sebagai pengacara handal dan istrinya yang seorang dokter membuat waktu untuk berkumpul bersama keluarga sangat sedikit. Itulah mengapa pagi hari menjadi waktu yang di tunggu untuk bisa saling berbagi cerita dan kisah sehari-hari mereka.

Tuan Wijaya punya tiga orang anak yang sudah beranjak dewasa. Dua anak kembarnya, Dito dan Dita sudah bekerja di sebuah perusahaan elit di kota mereka. Sedangkan Kiara, anak bungsunya, adalah seorang mahasiswi cantik dan berbakat yang selalu menebar prestasi di sekolahnya.

Mereka memang keluarga yang di balut cinta dan kasih. Pak Wijaya selain pandai mencari uang dan koneksi, ia juga sosok suami yang humoris. Jarang sekali terucap kata-kata kasar di bibirnya hingga membuat semua anak-anaknya menjadi anak penurut dan jarang membantah. Istrinya pun, Nyonya Erika Wijaya, adalah sosok istri yang selain cantik juga pandai membagi waktu antara pekerjaan dan Ibu rumah tangga. Itulah mengapa keluarga itu di juluki keluarga harmonis dan bahagia.

***

"Pa, Kiara mau minta izin ikut camping di akhir pekan ini, boleh?" pupil gadis berlesung pipit itu membesar, menyiratkan harapan agar papanya mau memberi izin padanya.

"Minggu ini? bukankah kita juga mau holiday ke labuhan bajo? Mama sudah nyiapin hari untuk libur, Mama bela-belain, lho Ki," Mama protes mendengar ucapan anak bungsunya itu.

"Ma, ini juga dadakan untuk menyambut mahasiswa baru. Kia kan seniornya, Ma. Lagian Kia juga aktif di Mapala. Kan sayang kalau ga ikut," Kia menunduk kecewa.

"Ya sudah, Ma. Di pending aja dulu. Belum beli tiket, 'kan?" Papa memandang Kia kasihan.

"Iya, Ma. Lagian minggu ini Dita ada dinas keluar kota," Dita ikut menyela.

"Kalau Dito mah bebas, ga ada kegiatan mau main game aja,"

"Tuh, Mah, Pah, semua punya kegiatan masing-masing. Minggu ini aja Pah, bolehin, ya?" Kia menatap kedua mata orang tuanya secara bergantian.

"Papah sih, yes," Papa menyahut sembari tersenyum lebar.

"Mama?"

"Ya sudah, Mama izini. Tapi, ingat! kamu harus bisa jaga diri," Mama berdecak pinggang.

"Asikkkk! Makasih ya, Pah, Mah. Kia berangkat dulu," gadis belia itu seketika terlonjak kegirangan dan berlalu pergi tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang geleng-geleng karena tingkahnya itu.

"Dasar anak manja," sungut Nyonya Erika Wijaya yang di sambut senyuman keluarganya.

***

Semua mata memandang takjub tatkala gadis belia yang punya body aduhai itu lewat. Rok pendek diatas lutut yang di padu baju merah ketat beserta sepatu kets putih merk Nike menjadi penyempurna gaya Kiara, mahasiswi jurusan ekonomi itu.

Kulit nya yang putih dengan bulu mata lentik dan bibir yang tipis menjadikan nya salah satu mahasiswi tercantik dan banyak di kagumi kaum lelaki.

Gadis itu amat terburu-buru hingga...

Brukkk!

"Awwww!"

Gadis itu terpental dan jatuh terjengkang. Ia mengaduh kesakitan saat pantatnya yang berisi itu menyentuh lantai marmer kampusnya.

"Ma--maaf, Nona," seorang lelaki yang tak sengaja bertabrakan dengannya segera bangkit dan mengulurkan tangannya.

Awalnya Kiara ingin marah, tapi begitu melihat mata coklat yang teduh kini menatapnya, Kiara menjadi tak tega. Lelaki sederhana berkacamata itu membuatnya meredam emosi. Ia hanya tersenyum tipis karena memang tak tertarik dengan lelaki di hadapannya ini.

"Ya, tak apa. Aku permisi," Kiara segera bangkit dan mengacuhkan si lelaki, ia pun menarik kembali tangannya karena Kiara lebih memilih berlalu tanpa banyak bicara.

Lelaki itu Hadi. Mahasiswa yang baru saja masuk karena mendapat beasiswa dari sekolahnya. Ia anak seorang petani dari keluarga yang amat sederhana. Penampilannya yang cenderung seperti anak kampung membuatnya tak di acuhkan mahasiswa lain yang mayoritas anak orang kaya.

Hadi hanya melihat gadis itu dengan senyuman getir. Selain cantik dan modis, Hadi merasa gadis itu punya aura yang terpancar. Ia menyentuh dadanya , di dalam rongga tubuh nya terasa getaran yang lembut dan terasa hangat.

Gadis berparas cantik meninggalkan pesona yang amat membekas di hati Hadi. Lelaki itu mengusap kasar wajahnya. Ia tak berani berharap. Gadis itu bukan untuknya dan tak akan mungkin menjadi miliknya .

avataravatar
Next chapter