1 Undangan

"Mey! tungguin dong"

Sekar berlari kecil sambil membawa beberapa berkas ditangannya, dengan raut wajah masam dan bibir manyun nampak kesulitan membawa tumpukkan berkas itu.

"Berkas apa tuh banyak banget ?" tanya Mesti dengan kening berkerut begitu Sekar berada disampingnya.

Sekar menghelat nafas gusar. "Biasa, Pak Anton nyuruh gue bawa ini ke ruangannya, katanya sekalian ada yang mau Dia omongin, lo temenin gua ya kesana"

"Temenin ? Aduh gue..."

"Gak ada alasan, pokoknya lo temenin gue!" selak Sekar sebelum temannya itu berkelit dengan beribu alasan untuk menolak menemaninya. "Sebentar doang kok, beneran deh, suerr!" lanjutnya sambil memamerkan dua jari damai di hadapan Mesti.Kalau sudah begini rasanya sudah sangat sulit untuk berkelit, walaupun agak malas untuk menemani Sekar sebab ruang dosen, kantin dan tempat parkir adalah tempat yang paling Dia hindari dikampus karena terlalu banyak orang disana.

"Beneran sebentar doang kan ? Soalnya gue jam satu udah harus ngajar ballet"

"Iya Mey, sebentar doang kok, takut banget deh" sahut Sekar sambil menoel pipinya.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju ruang dosen yang berada di lantai atas mereka, lebih tepatnya dilantai lima dengan Sekar yang membagi bebannya pada Mesti untuk membawa berkas.

"Mey, Mesti!" sontak keduanya gadis itu menoleh kearah sumber suara, padahal baru saja mereka ingin menaiki tangga.

"Lah... Belum pulang lo ? Perasaan tadi paling duluan keluar" ucap Sekar begitu melihat Lusi, teman sekelasnya yang ternyata masih belum pulang, padahal seingatnya Lusi adalah orang pertama yang langsung keluar kelas begitu kelas selesai bahkan sebelum dosen keluar, Gadis itu sudah keluar.

Lusi menjawab dengan gelengan lengkap dengan cengiran malu. "Gua baru inget kalo gua belum bilang sesuatu ke kalian, makanya gua balik lagi kesini"

"Bilang apa ?" Tanya Sekar penasaran.

"Nih, undangan" Lusi langsung memberikan dua lembar undangan pada Sekar dan Mesti, kedua gadis itu sontak saling menatap. "Lo mau nikah ?" tanya Sekar kembali.

"Ish enggaklah. Makanya baca dulu dong!" sewot Lusi.

Aku membaca kumpulan kata yang tertera disana lalu melihat kearah Lusi lagi. "Lo mau ngadain acara ulang tahun ?" tanyaku yang langsung di jawab Lusi dengan anggukan antusias.

Sekar tertawa seketika. "Hahahaha gila Lo ya, emang Lo masih bayi apa ya, ulang tahun pake di rayain segala, bocah banget deh!"

"Ya biarin lah. emang cuma bocah yang umurnya nambah dan boleh rayain ulang tahun ?!"

Sekar semakin tertawa, mengejek Lusi yang seperti bayi besar karena bertingkah childish untuk mengadakan pesta ulang tahun. "Kita nih udah umur dua lima Lus, mikirin tuh kapan lulus kuliah, Lo masih aja mikirin pesta ultah hahahaha"

"Ssst! Jangan gitu ah" Mesti mencoba menengahi, ia mencubit pelan pinggang Sekar agar gadis itu berhenti tertawa.

"Tapi maaf Lus, gua kayaknya gak bisa dateng" tolak Mesti dengan halus. "Tapi makasih undangannya, nanti gua kirim aja ya kadonya atau gua titipin ke Sekar"

"Yahhh kenapa Mey ? Gua padahal berharap banget Lo dateng, itung-itung sekalian perpisahan, soalnya gua kan bulan depan pindah ke Australi ikut bokap gua tugas dinas, masak Lo gak dateng"

***

"Selamat pagi, kami informasikan kepada para penumpang kalau pesawat dengan nomor 10984 telah berhasil mendarat dengan tujuan Jakarta, mohon kepada para penumpang untuk memeriksa kembali barang bawaan anda agar tidak ada yang tertinggal, Terimakasih."

Aku membuka mata takkala mendengar suara pramugari itu, melihat keluar jendela yang sudah terang menderang dengan matahari terik menyinari jan landas pesawat.

"Semua aman kan, jangan sampai ada barang yang ketinggalan" ucapku begitu melihat Anton yang sedang menarik tas dari dalam bagasi yang ada diatas tempat kami duduk.

"Iya Mas Bar, insyaallah aman semua"

Aku percaya dengan jawaban Anton, tapi entah kenapa hati ini masih belum juga bisa tenang. "Saya gak trending topik lagi, kan ?" dengan ragu aku mengajukan pertanyaan itu pada Anton.

Anton melihat padaku, kami berdua saling tatapan penuh makna. "Saya gak yakin Mas, soalnya pas tadi saya cek nama Mas Bara ada di daftar trending topik" Terpejam mataku seketika saat mendengar jawaban Anton yang jauh dari harapan, migran di kepala juga semakin terasa.

"Tapi tenang aja Mas, saya cek Mas belum sampai di urutan satu kok, kayaknya masih di urutan ketiga"

"Dimana ?"

"Maksudnya Mas ?"

"Dimana kamu liat saya jadi trending topik ?"

"Di twitter Mas, pake hastag #MasBarForOneWinner"

Anton puas banget ketika berbicara, wajahnya bahkan bahagia seolah bangga dengan apa yang baru saja dia laporkan, berbanding terbalik dengan Bara, si cowok yang menjadi buah bibir alam dunia maya.

"Mereka tau saya sampai Jakarta hari ini ?"

"Tau Mas, Pak Ahsan kemarin posting di Instagram"

Berarti sudah pasti mereka semua lagi nunggu Dia di pintu kedatangan, mana hari ini badannya seperti gak ada tulang dan kalau harus ketemu mereka yang pasti akan mengajukan banyak pertanyaan... Lebih baik menghindar!

"Hari ini saya capek banget, saya gak mau kalau sampai harus ketemu mereka dan jawab pertanyaan. Bagaimana pun caranya, kamu harus bantu saya Anton biar saya gak harus lewat jalan biasanya."

"Tapi Mas Bar..." Anton tampak gusar.

"Kenapa ?"

"Pak Ahsan suruh Mas Bar ketemu mereka, katanya paling Mas Bara di tanya seputar F..."

"Ditanya Apa ?! Pokoknya saya gak mau! Kemarin kamu kan juga dengar mereka nanya apa, iya awalnya bertanya seputar pertandingan, tapi habis itu apa... ? Mereka nanya saya sudah punya pacar belum, sudah nikah belum, sudah punya anak belum. Pokoknya awas aja ya kalau sampai saya ketemu mereka, kamu liat nanti!"

Halahhh Mas Bara nih, kalo udah katanya gak bisa di ganggu gugat. Lah terus nasib gue tuh gimana yang hanya sebagai perantara antara Pak Ahsan selaku atasan dan Mas Bara selaku Artis ? Ribet banget jadi orang ketiga diantara kedua penguasa ini.

"Iya deh Mas, nanti coba saya bicara sama Pak Ahsan"

Yaudah, mau apalagi kalau gak nurut ? Mending nurut dari pada di pecat. Otw kena amuk Pak Ahsan deh ini gue.

avataravatar
Next chapter