1 Pasar Malam

Angin malam yang dingin menembus ke sela-sela jendela seorang gadis yang berpengawakan sedang, berkulit putih dan rambut yang sebahu membuatnya terlihat cantik dan manis ditambah dengan lesung pipinya. Namun gadis ini jarang sekali memperlihatkan senyumnya, dia dikenal sebagai sosok yang dingin dan pendiam sehingga membuat siapapun canggung jika berhadapan dengannya gadis itu bernama Diana Tania Atmaja dan lebih sering dipanggil Ana, dia adalah siswi kelas XI di SMA Garuda menjabat sebagai wakil ketua Osis. Banyak sekali teman laki-laki yang mencoba mendekatinya namun gadis itu tak pernah menghiraukannya, dia selalu bersikap dingin pada siapapun. Mungkin hanya sesekali saja ia menampilkan senyumnya yang manisnya itu. Di kota yang sangat luas dan rumah yang cukup besar itu ia hanya tinggal bersama kakaknya Fajar Atmaja, karena kedua orang tuanya meninggal 4 Tahun lalu karena kecelakaan.

"Dek cepetlah, kakak ada meeting pagi nih" teriak Fajar

"Iya .. iya" sahutnya lalu berlari menuruni tangga

"Sarapan dulu nih cepet ya kakak tunggu di mobil"

"Aku sarapan di sekolah aja deh kak,"

"Gak, itu udah kaka siapin masa gak dimakan"

"Aku bawa aja".

"Yaudah, tapi di sekolah harus dimakan jangan sampe lupa"

"Siap"

Lalu mereka pergi bersama. Gadis itu memang dingin dan tak banyak bicara, namun berbeda jika dihadapan Fajar dan juga pada seseorang yang menurutnya sudah dekat dan dapat dipercaya. Namun sesekali ia menunjukan sikap dinginnya.

Sampailah disekolahnya.

"Thanks kak" ucapnya lalu bersalaman

"Jangan lupa dimakan tuh"

"Oke"

Fajar lalu melajukan mobil menuju kantornya. Setelah kepergian kedua orang tuanya kini Fajarlah yang membiayai semua kebutuhan adiknya. Fajar menjabat sebagai CEO diperusahan peninggalan orang tuanya.

Kini Diana sudah berada dikelasnya, duduk dikursinya dengan earphone ditelinganya yang selalu ia pakai sebelum pembelajaran dimulai. Ia terkejut karena tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya lalu ia menoleh.

"Apa?"

"Tugas udah?" Tanya Devi. Dia adalah sahabat Diana sejak kecil. Mereka sudah sangat mengenali karakter satu sama lain dan masalah satu sama lain. Karena mereka berjanji sekecil apapun masalah yang mereka hadapi mereka harus bercerita hingga tak ada satu pun rahasia diantara mereka. Berbeda dengan Diana yang sangat dingin, Devi memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Diana. Sebenarnya Diana pun dulu sama seperti Devi yang ramah, ceria dan juga humoris namun semua itu hilang setelah kejadian 4 Tahun lalu tetapi ada satu sifat lagi yang dimiliki oleh Devi yaitu kehebohannya jika menemukan sesuatu yang menurutnya itu menarik. Orang tua Diana dan Devi juga berteman dekat, dan sekarang menjadi orang tua kedua Diana. Namun tetap saja itu pasti berbeda. Devi adalah anak satu-satunya.

"Hmm" jawabnya

"Gue liat ya, soalnya gue lupa semalem ketiduran" ujar Devi. Diana menoleh menatapnya tajam.

"Hehe please ya" sambil memegang tangan Diana

"Kebiasaan lo" jawab Diana singkat lalu mengeluarkan bukunya dan memeberikannya pada Devi

"Lo emng the best pokoknya" Devi langsung menyalinnya dari buku Diana.

Jam sudan menunjukan pukul 08.45 namun belum ada guru satupun yang memasuki kelas.

"Na, yuk ke ruang osis" ajak Devi pada Diana yang sedang menangkupkan wajahnya tangannya.

"Ngapain?" jawabnya malas

"Lo gak buka grup ya?" Tanya Devi, Diana hanya mengeleng

"Kebiasaan deh lo gak pernah buka grup, kita kan mau rapat ana. Dan guru-guru pun lagi pada rapat sekarang buat acara HUT Sekolah kita bulan depan"

"Wah? Gue lupa, sorry" ucap Diana lalu beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti Devi.

Pada saat Diana dan Devi berjalan menuju ruang osis tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak Diana.

Brukkk, Diana terjatuh

"Awwwww.." ringis Diana, ia terjatuh lumayan keras.

"Sorry.. sorry" ucapnya seseorang itu dan mencoba membantu Diana bangun

"Gue bisa sendiri" jawabnya singkat dan mencoba bangun dibantu oleh Devi

"Lo punya mata gak s... loh rangga?" Devi terkejut

"Sekali lagi gue minta maaf, gue lagi buru-buru" ucap Rangga sekali lagi. Rangga adalah ketua Team basket di sekolah semua murid di sekolah sudah pasti mengenalnya terkecuali gadis itu.

"Gapapa, kita aja yang rusuh jalannya" jawab Devi

"Apaan si dev, jelas jelas dia yang nabrak" jawab Diana tak terima

"Lo gapapa?" Tanya Rangga

"Gapapa gimana, lo kalo jalan tuh liat-liat makanya"

"Sorry, kenalin gue Rangga lo Diana kan?" Rangga mengulurkan tanggannya namun tak dibalas oleh Diana, ia langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan Rangga dan Devi.

"Sorry ga dia emng suka gitu, gue duluan ya" ucap Devi lalu mengejar Diana

Rangga hanya tersenyum melihat Diana yang berlalu pergi.

"Na ... lo gak boleh gitu kali Rangga kan gak sengaja lagian dia juga udah minta maaf"

"WTF" jawabnya singkat

"Lo udah tau kan dia siapa?" Tanya Devi, Diana hanya mengangkatkan bahunya "serius lo gak tau na?" Tanya Devi sekali lagi "Rangga itu team basket di sekolah kita na, dan selama ini dia yang selalu bikin sekolah kita menang, itu cowok udah ganteng, cool, pinter, udah jelas tinggi dia kan pemain basket, trus ah pokoknya perfect banget na, kelas dia kan sebelahan sama kelas kita, masa lo gak tau sih?" Jelas Devi panjang lebar dan hanya dibalas singkat oleh Diana "WTF"

"Gue lupa, mana mungkin lo tau dia temen sekelas lo aja gak pada hafal"

Diana hanya menoleh lalu kembali memainkan ponselnya. Mereka memulai rapat yang dipimpin oleh Regi sebagai ketua osis dan membicarakan beberapa point mengenai HUT sekolah.

".... tadi gue udah konfirmasi ke guru-guru dan saran kita minggu lalu di konfirmasi soal perlombaan dan pesta itu, malah mereka ngasih kita anggaran lebih biar kita bisa meriahin acara kali ini" jelas Regi kepada semua anggota. Setelah beberapa menit Regi mengakhiri rapatnya "oke kita akhiri rapat kali ini, gue harap kalian bisa bekerja sama dengan baik. Dan jaga kesehatan kalian dan jangan lupa sama tugasnya masing-masing minggu depan kitan rapat lagi buat laporan kineja kalian" semua beranjak dari tempat itu.

"Na gue pulang duluan ya mama minta gue mampir ke toko bunga dulu, atau lo mau ikut?"

"Lain kali deh vi, gue lagi males pergi-pergian. Salam aja sama tante ya"

"Sip, eh tapi ka fajar jemput lo kan?" Tanya Devi

"Gak tau juga," jawabnya

"Lah trus lo plang sama siapa?"

"Gam...." ucapan Diana terpotong

"Sama gue aja" ucap Regi

"Gak usah makasi, gue bisa naik taksi"

"Gapapa rumah kita kan searah" jawab Regi

"Nah bagus tuh, yaudah sama regi aja na, gue duluan ya bye"

"Yuk..." ajak Regi. Mereka berjalan sejajar menuju parkiran. Saat Diana hendak masuk kedalam mobil Regi matanya berpapasan dengan mata Rangga. Rangga melihat seperti tak suka, namun Diana tak menghiraukannya lalu masuk dan mereka berlalu pergi. Diperjalanan Diana tak mengatakan sepatah kata pun " ana ?" Dianapun menoleh.

"Lo udah makan?" Tanya Regi Diana menggelengkan kepalanya "mau makan dulu?"

"Langsung pulang aja gi, gue lagi males kemana-mana" jawabnya. Sesampainya dirumah Diana

"Thanks ya gi" ucapnya langsung keluar dari mobil Regi.

"Oke, eh na... lo malem ini ada acara?" Tanya Regi dengan sangat hati-hati

"Kenapa?"

"Jalan yuk, gue denger ada pasar malem di alun-alun kota" ajak Regi

"Boleh, ajak Devi juga kalo bisa"

"Oke, gue jemput jam 7 ya"

"Gak usah, ketemuan aja disana"

"Oke"

Diana dan Regi cukup mengenali satu sama lain karena mereka satu oragnisasi. Diana juga tak begitu dingin terhadap Regi karena ia sudah menganggap nya teman.

Kak aku pergi dulu ya" pamitnya

"Jangan pulang malem-malem"

"Oke"

Diana pergi bersama Devi menuju alun-alun. Regi sudah menunggu mereka disana.

"Udah lama gi?" Tanya Devi

"Baru nyampe gue" jawabnya

Devi tahu bahwa Regi itu menyukai Diana sejak mereka bersama menjabat sebagai osis namun Diana tak menghiraukannya dan hanya menganggap Regi sebagai teman saja. Setiap kali Regi mengajak Diana pergi main pun Diana selalu mengajak Devi karena ia tak mau jika hanya berdua saja. Entah apa yang dilakukan Diana, padahal Regi adalah laki-laki baik namun ia benar-benar sama sekali tak memiliki perasaan apapun padanya.

"Lo mau es krim?" Tanya Regi

"Boleh" jawabnya "beli tiga" lanjutnya.

"Oke, kalian tunggu disini" Diana dan Devi duduk di kursi dekat kincir angin menunggu Regi yang sedang membeli es krim.

"Hai,?" Sapa Rio

"Eh sini duduk" ajak Devi. Diana sangar heran melihat kedatangan Rio yang tiba-tiba, ia melihat ke arah Devi seolah menginginkan jawaban.

"Gue yang ajak, gapapa kan?" Diana mengangguk mengiyakan

"Yang, aku tadi ketemu mama kamu" Ucap Rio dan sekali lagi membuat Diana terkejut

"Vi.. ? Udh jadian?" Tanya Diana

"Hehe iya sorry gue lupa cerita sama lo, niatnya tadi disekolah gue mau cerita sama lo karena kalo ditelpon lo pasti gak bakal angkat telpon gue, hehe" jelas Devi

"Baru kali ini gue denger lo ngomong" ucap Rio. Meskipun mereka satu kelas karena dingin dan pendiamnya Diana ia jarang sekali berbicara pada teman sekelasnya sekalipun.

"Karena lo pacar sahabat gue jadi lo gue anggep temen," ujarnya.

"Gila momen sejarah banget nih seorang Diana udah bisa ngomong" ucap Rio sambil tertawa

"Gue gak bisu" jawabnya singkat.

"Dia emng begitu yang, tapi sebenrnya hatinya baik... ya gak na" ucap Devi menyenggol tangan Diana "si Regi lama bangt beli es krim," sambungnya

"Ada regi juga? Pantes aja kamu tadi bilang kek obat nyamuk haha.. eh na lo pacaran sama si Regi?" Tanya Rio

"Enggak" jawabnya singkat

"Si Regi nya yang suka sama ana" Devi memperjelasnya. Rio hanya ber-OH ria.

"Akhirnya balik juga lo.. lama banget beli es krim" ucap Devi

"Ngantri parah dev.. loh ada Rio"

"Iya gue nemenin pujaan hati gue nih, " jawabnya sambil merangkul pundak Devi lalu tersenyum

"Kalian pacaran?" Tanya Regi. Mereka berdua hanya menjawab dengan senyuman.

Hari sudah semakin larut malam mereka sudah menaiki beberapa wahana disana, wahana terakhir yang mereka taiki adalah kincir angin, tetapi Diana tidak ikut naik karena alasan tertentu dan disana hanya Devi yang mengetahui alasan itu. Dan pada akhirnya hanya Devi dan Rio lah yang menaikinya karena Regi lebih memilih menemani Diana.

"Lo kenapa na ?" Tanya Regi

"Kenapa apa?" Diana balik bertanya

"Lo kenapa gak mau naik kincir angin? Ada trauma?"

"Ah enggak males aja" jawabnya bohong. Regi mengangguk mengerti ia tak mau menanyai Diana lebih lagi karena tak mau membuatnya merasa tak nyaman.

Setelah beberapa putaran Devi dan Rio turun dari sana. Dan mereka pulang karena sudah larut malam.

avataravatar