webnovel

Prolog

Kedua jari gadis bernama Fara itu menyobek ujung wadah sumpit berwarna putih. Mengeluarkan sumpit putih tersebut.

Matanya beralih pada mi ramen dimangkuk bercorak bunga sakura tersebut. Mi ramen yang masih berasap tersebut sukses membuatnya ngiler. Apalagi dimakan saat hujan deras begini.

Fara memejamkan kedua matanya. Bibirnya bergoyang mengucap kalimat do'a sebelum menyantap mi ramen tersebut. Dengan senyum mengembang ia mangayunkan sumpit putihnya dengan sumringah.  "Selamat makan!"

Tapi sebuah ketukan pintu menghentikan ayunan sumpitnya. helaian mi yang sudah terapit sumpit itu terjun bebas ke tempat asalnya.

Gadis berambut cokelat tersebut mengerucutkan mulutnya. Ia menghela napas lalu bangkit dari tempat duduknya.

Tangannya meraih knop pintu, membukanya lebar - lebar. Kakinya terangkat mundur ketika matanya mendapati dua orang pria berseragam dengan topi hitam dikepalanya.

"Fara. Kami cuma melaksanakan tugas." terang salah satu pria diantaranya.

Fara terdiam. Matanya beralih pada jalan raya yang tampak sepi. Angin dingin juga menusuk jaringan kulit lengannya yang tidak terlapisi kain.

"Ayo!" tegas pria tersebut.

Sebelum mereka mencengkram lengannya, gadis berambut cokelat dengan kunciran pita merah itu mendorong pria tersebut lalu mengambil langkah seribu menembus hujan.

Sudah hampir 3 tahun Fara hidup sendiri dikota besar ini. Gadis bernyali besar itu mengangkat kakinya dari rumah bukan tanpa alasan. Semenjak ibunya meninggal ayahnya jadi jarang pulang.

Pria paruh baya bernama Hutomo itu hanya dapat ia temukan ketika matahari terbenam hingga ayam jago berkokok.

Rumah tangga yang dulumya hangat dan berwarna kini pudar menjadi dingin. Sampai akhirnya Fara memutuskan untuk mengangkat kakinya jauh - jauh.

Fara menoleh kearah belakang. Pekikan 2 lelaki itu terus saja terdengar di kedua telinganya.

Mata Fara tertuju pada gang kecil nan gelap.

Gadis yang sudah basah kuyub itu menghentikan langkahnya. Gelap. Itulah phobianya.

Fara memejamkan matanya. Tidak ada pilihan lain. Jantungnya berdetak 2 kali lipat lebih kencang, nyalinya menguat 2 kali lipat. Telinga gadis itu menuli. Bibirnya bergetar dingin hendak beku.

"Tolong kali ini saja. Selamatkan aku" pintanya.

Suara petir menggaung di gang tersebut. Tak ada lampu jalan. Penglihatannya juga buta.

Brak !!

Gadis tersebut menabrak seseorang. Membuat gadis itu tersungkur ditanah. Menjatuhkan sebuah benda pipih dari lelaki yang ia tabrak.

Benda pipih berwarna hitam itu memancarkan sinar hologram berwarna abu - abu bercampur biru muda. Membuat kedua bola mata Fara terbuka lebar melihatnya. Sebuah sketsa kota jakarta yang hancur dan berantakan terpapar diatas benda hitam pipih tersebut.

Rintihan terdengar dari mulut Fara. Pandangannya berkunang - kunang. Kepalanya terasa pusing seperti paku yang terus dihantamkan di pelipisnya.

Sampai akhirnya kelopak mata itu membalut bola mata berwarna cokelat.

Next chapter