webnovel

Misi pertama

Ran bangkit dari duduknya. Ia mengambil tasnya yang sudah cukup menjamur. Ia menekan gelangnya. Meyinarkan sebuah peta hologram 3 dimensi kecil.

"Mau kemana ?" tanya polos gadis disampingnya.

"Kamu pulang aja—"

"Aku nggak punya rumah" potongnya cepat

"Ya pulang ke rumah orang tuamu" ketus Ran. Ia melewati Fara begitu saja. Ran tidak mempedulikan walau gadis itu akan terus mengekorinya. Ia akan berperilaku profesional dengan misinya. Ia tidak mau lagi dibilang agen terbodoh.

Dalam beberapa menit Ran dapat melihat sebuah gedung tinggi berlabel musium teknologi. Mata Ran menoleh pada keramaian. Tangannya meraih lengan gadis yang masih mengekorinya. Menariknya pada gang sempit terdekat.

"Denger. Kamu tunggu disini aja ! Aku ada pekerjaan penting" tegas cowok itu. Menatap perempuan dihadapannya.

"Emang nggak bisa ikut ?" bantah gadis tersebut.

"Nggak bisa !" tegas Ran kembali. Ia menatap mohon pada gadis berbaju putih itu.

"Pokoknya aku ikut !" simpul Fara seenaknya dengan senyum yang belum pudar - pudarnya dari tempat pertama.

Ran berdecak kesal. Ia menggaruk tengkuknya.

"Tapi kamu harus ikutin perkataanku !"

Fara tersenyum. Ia memberikan kedua jempolnya dengan mantap.

Ran menyentuh gelangnya. Mengubah kedua pakaian manusia itu berubah menjadi jas rapih layaknya pekerja kantoran. "Eh ganti. Masa kayak gini sih" protes Fara tak suka dengan gaya berpakaian wanita kantoran ini.

Tanpa mempedulikannya Ran langsung meninggalkannya. Tanpa mempedulikan protesan Fara.

Mereka berdua memasuki gedung tersebut, Ran memberikan kartu namanya yang sudah dipalsukan kepada pengawas disana.

"Karyawan ?" heran pengawas tersebut melihat kartu nama itu.

Ran menganggukan kepalanya dengan santai. Semua ia lakukan dengan profesional. Pengawas wanita paruh baya tersebut pun mempersilahkan mereka berdua masuk.

Mereka memasuki lift bersama dengan seorang pria gemuk berpakaian serba hitam. Ran menekan angka 19 dengan jempolnya. Sedangkan pria gemuk disebelahnya menekan angka 18.

"Karyawan ?" tanya pria gemuk tersebut. Ran mengangguk, matanya kembali menatap pintu lift transparan itu untuk terlihat lebih tenang.

Pria gemuk itu mengerutkan keningnya. "Kartu ?" pinta pria tersebut. Ran pun memberikan kartu berbentuk kotak bergambar fotonya dan keterangan identitas yang dipalsukan berlaminating.

"Kamu ?" pria itu menunjuk Fara dengan dagunya.

Fara menoleh. Ia menelan salivanya. Entah mengapa ia menjadi tegang sendiri. Ran melirikan bola matanya pada gadis disampingnya. "Em... Dia pacar saya" jelas Ran dengan senyum canggung.

Pria itu menyipitkan matanya. Menatap kedua orang itu secara bergantian. Ran cepat - cepat merangkul Fara erat. Di sisi lain Fara hanya mematung. Entah mengapa tapi lagi - lagi dirinya merasa tegang. Jantungnya berdetak dua kali lipat dari biasanya.

"Cocok nggak, pak ?" tanya Ran pada pria paruh baya tersebut untuk meyakinkannya. "Cocok banget sih." Pria itu mengangguk - anggukan kepalanya memandang kedua pasangan tersebut.

"Tapi inget. Kalo kerja yang bener" serang pria tersebut.

Ran tersenyum canggung. Sebuah suara yang dapat ia pastikan berasal dari speaker lift terdengar pada ketiga pasang telinga. Pintu lift terbuka. Pria gemuk tersebut melangkahkan kakinya keluar dari lift. Ran masih merangkul Fara seraya melambaikan tangannya pada pria tersebut.

Sampai pintu bening tersebut tertutup dan tali yang mengikat lift itu menariknya keatas. Ran melepas rangkulan manis pada Fara tadi.

Ia menoleh pada Fara yang bungkam tertunduk disebelahnya. Yang tengah mengumpati sesuatu dipipinya, yang merah akibat rangkulan manis yang diberikan.

Ran mengalihkan pandangannya. Entah sejak kapan suasana menjadi canggung begini. "Sorry"

Speaker yang bertengger diatas kembali berbunyi. Pintu kembali bergeser dan memberi celah untuk keluar masuknya manusia.

🌠

Ran menempelkan kartunya pada scanner disamping pintu berwarna hitam yang terkunci rapat tersebut.

Mereka memasuki ruangan dengan beberapa lelaki berompi hitam berdiri tegap disamping pintu menjaga sebuah materi yang masih langka di zaman ini namun banyak di masa depan.

"Hey !" panggil salah satu lelaki tersebut.

"Kami diundang oleh manager" sahut Ran cepat.

Lelaki berompi anti peluru dengan senjata api besar di lengannya itu mendekati Ran.

"Nggak ada yang boleh masuk disin—" sebuah pukulan terlontar pada lelaki bersenjata itu. Membuatnya pingsan dengan sangat mudah.

Ran mengambil senjata itu dan menembakan masing - masing satu peluru pada leher penjaga tersebut. Ran melempar senjata berwarna hitam itu ke sembarang arah.

Ia berjalan mendekati benda hitam kecil berlapis kaca tebal. 

Langkahnya terhenti, ia menoleh pada gadis yang terdiam dan melongo. "K-Kamu. Bunuh mereka" tanya Fara polos. Bibir tipisnya bergetar mendengar suara tembakan yang masih mendengung di telinganya.

"Aku bukan orang jahat" balas Ran menepis pandangan buruk Fara.

Next chapter