12 Menerima Wasiat

Setelah mendengar nama dari orang mulia di depannya untuk sesaat Jay menjadi tertegun, karena ada kesamaan nama dalam dirinya dan orang di depannya.

Setelah beberapa saat mencerna, Jay kemudian membuat sebuah pertanyaan, " Apakah Yang Mulia dan Saya satu keturunan?" tanya Jay kepada Maha Raja.

" Kamu bisa bilang begitu, Kamu adalah satu-satunya keturunan yang bertahan untuk bisa bertemu dengan Maha Raja ini" suara balasan dari Maha Raja terdengar kembali.

" Tadi Yang Mulia bilang, bahwa saya adalah keturunan satu-satunya yang bertahan maksudnya apa?" kembali tanya Jay kepada Maha Raja

" Menghela nafas sejenak.....Yang Saya maksud adalah bahwa kamu, adalah satu-satunya keturunan dari Maha Raja ini, yang masih hidup. Dengan kata lain satu-satunya yang masih ada, sisanya mereka tidak hidup" Berkata kembali kepada Jay dengan nada yang sedikitcahaya,.

" Emmmm....Saya tahu, Yang Mulia, selanjutnya jika boleh bertanya kembali, kenapa baru saya yang bisa bertemu dengan Yang Mulia?"

" Untuk jawaban pertanyaan ini, harus dikaitkan dengan takdir dan sisanya nanti kamu cari tahu sendiri, karena frekmen jiwa saya tidak cukup" jawab kembali Maha Raja kepada Jay

"Takdir yah....ya takdir memang" Jay bergumam sambil menggelengkan kepala dan tersenyum sendiri.

" Baiklah kalo begitu, sekarang kamu bisa memperkenalkan namamu kepada Maha Raja ini, bukannya tidak sopan terus berbicara tanpa memberi tahu namamu" Suara Maha Raja kembali terdengar dengan nada sedikit menasehati

" Ahhhhh....maaafkan kekasaran Saya, Yang Mulia, Perkenalkan nama Saya Jay Wijaya"

Jay memperkenalkan dirinya dengan singkat

" Ehhhhh....kamu cuma bilang begitu doang?" tanya sedikit bingung Maha Raja kepada Jay

" Emmm...saya rasa cukup Yang Mulia, singkat padat dan jelas" jawab Jay kembali kepada Maha Raja

" Ahhh....kamu anak muda sekarang tidak ada kreatifnya, pada masa Maha Raja ini memerintah dahulu kala, bahkan anak kecil pun lebih kreatif daripada kamu" menggelengkan kepala tanda sedikit menyesal

Melihat ini Jay menjadi malu sendiri, dan berpikir " ya jaman dulu, mungkin keren jaman sekarang dibilang omdo repot" kata Jay di dalam hatinya.

"Ok lah kita sudahi saja sesi perkenalan ini, mari kita masuk ke pokok bahasan" suara Maha Raja kembali terdengar di telinga Jay

Mengangguk seolah setuju, kemudian membetulkan posisi duduknya Jay mulai memperhatikan dengan lebih serius.

" Sudah lah jangan terlalu serius, Maha Raja ini sudah kenyang dengan Protokoler kerajaan, jadi kamu santai saja" suara Maha Raja membuat adi sedikit tertegun dan kesal

Apa maksudnya Maha Raja ini, dia yang ingin dengan serius mendengarkan titahnya tapi harus kecewa dengan tindakannya sendiri.

" Nah karena kamu sudah rileks mari kita mulai, ya saya sedikit dongeng....sedikit bercerita.....ehhh tunggu apa bedanya dongeng dan cerita, bukannya sama saja, ahhhh..sudahlah apapun yang Maha Raja ini katakan pasti benar" jawab Maha Raja menjawab pertanyaanya sendiri.

Melihat inj kembali Jay harus mendesah, di dalam pikirannya runtuh sudahhhhhh...Raja yang Mulia di benakku....haaaaaa.

" ehemmmmm kita kembali ke topik" melihat Jay yang tampak tercengang Maha Raja kembali ke fokusnya.

" Ok lah Jay, silakan dengaran penjelasan saya singkat, ketika Kerajaan kita Kusuma akan menghilang"

" Tunggu bukannya hancur Maha Raja?" sela Jay bertanya

" Siapa bilang hancur!!!!" jawab ketus Maha Raja

" Emmm anoo.....itu bukanya saya yang barusan bilang hancur Maha Raja" jawab Jay dengan sedikit menunduk

"Ya Maha Raja ini tahu, dan kamu bisakan diam sebentar Jay, biarkan orang tua bicara dulu, kamu mendengarkan" jawab kembali dengan nada kesal kepada Jay.

" Emmmm....baiklah....tapi jika dilihat dari wajah bukan kah kita seumuran" bergumam dengan pelan

Tapi gumaman itu terdengar sampai telingan Maha Raja " Jay...bisakah kau berhenti mendumal seperti nenek- nenek tua" sindir Maha Raja

Mengetahui bahwa gumaman dirinya terdengar dia kembali fokus sambil memasang wajah meminta maaf.

" Ya kembali ke awal sampai mana tadi.....oh ya sampai kerajaan kita menghilang, emmmmm.....jadi sebelum Kerajaan kita menghilang, Maha Raja ini, membuat wasiat dan juga kutukan, untuk saat ini kita bicara wasiat saja karena frekmen memori yang ada itu" menerangkan kepada Jay

Jay yang mendengar kemudian hanya mengangguk patuh, melihat Jay mendengarkan dengan seksama Maha Raja kembali berbicara.

" Jadi warisan itu, berisi fondasi dan dasar-dasar serta harta karun yang tak ternilai harganya, bagi kerajaan ataupun umat manusia, untuk itu Maha Raja ini memikirkan sebuah ide yang cerdas" mengharapkan pujian kepada Jay

Tapi melihat Jay yang hanya terdiam bingung, Maha Raja melanjutkan dengan sedikit penyesalan.

" Maha Raja ini menyimpan warisan kerajaan kita yang berharga, kedalam Tujuh batu Permata Hijau semesta, dengan enam di antaranya harus di jaga oleh para Dayang pilihan Maha Raja ini.

Dan tugasmu sekarang adalah menyerap semua frekmen dan kekuatan dalam batu permata semesta itu, dan sisanya ketika kamu berhasil mengumpulannya, kamu bisa kembali ke sini".

Setelah mendengar penjelasan singkat, walau sedikit bingung Jay tetap menangkap inti dari perkataan Maha Raja, yaitu dia harus mengumpulkan ke tujuh permata alam semesta yang di jaga oleh enam Dayang istanah, dan kemudian menyerap kekuatannya untuk kembali membangkitkan kejayaan dan kedamaian di planet Gaya.

Tapi pertanyaanya sekarang, bagaimana dia menemukan ke enam dayang itu, dan dimana juga dia harus mencari, planet Gaya ini begitu luas, tahun monyet dia baru bisa ketemu, gumamnya dalam pikirannya.

" Maha Raja ini tahu, apa yang kamu kawatirkan, tetapi kamu tidak usah panik, Maha Raja akan memberimu sebuah pengetahuan untuk mengetahui, dimana dan siapa Dayang kerajaan itu"

Kemudian seberkas cahaya terang terbang dari ujung jari Maha Raja, dan masuk ke dalam pikiran Jay.

Dan tak lama, sebuah pengetahuan memasuki pikiran Jay, dimana dia sekarang tahu, jika dia ingin mengetahui lokasi di mana para Dayang itu, dia hanya harus merakukan ritual tertentu, dan kemudian petunjuk itu akan datang sendiri.

" Nah untuk saat ini, sudah cukup sisanya akan Maha Raja ini beritahu, karena keterbatasan kekuatan jadi kita akhiri dulu sampai disini" kemudian Maha Raja melambaikan tangannya dan secara ajaib Jay terbungkus cahaya dan kemudian menghilang dari dalam pendopo.

" Ya nasib umat manusia ada di pundakmu Cucu....heheheeh" tawa memenuhi pendopo dimana Jay menghilang

Setelah merasa dia terbungkus oleh cahaya, tak lama Jay kembali sadar bahwa dia masih duduk di dalam ruangan kerja, tepatnya kursi untuk tamu.

Setelah menenengkan diri untuk sementara, Jay beranjak dari kursi dan keluar.

Keluar dari dalam Kamar kerja, Jay disambut oleh Eyang Darmo yang menyapanya, " Emmm Eyang berapa lama saya ada di dalam ruang kerja?" tanya Jay dengan sedikit rasa ingin tahu

" Tuan Muda ada di ruang kerja sekitar 10 menit" jawab Eyang Darmo dengan bijak

" Baikalah terima kasih Eyang, kalo begitu saya mau naik ke atas dulu" jawab Jay kepada Eyang Darmo

Eyang Darmo yang melihat kepergian Jay, sedikit bingung dengan pertanyaan awal tapi kemudian ia sadar, sebagai abdi dalam bukan tugasnya bertanya kepada majikan.

avataravatar
Next chapter