1 24 Jam Menuju Bencana

Sebuah kota besar yang indah, terlihat cantik dari atas ketinggian, kota yang terletak di pinggir pantai dari pulau besar Java, dengan luas yang besar mencapai ratusan km Menjadikannya kota besar yang ramai.

Menjadi pusat dari pemerintahan dan juga Bisnis, Kota ini adalah jantung dari kehidupan Kerajaan Muria. Sebuah kerajaan makmur yang terletak diantara dua Daratan besar.

Kerajaan yang juga terbelah oleh dua samudra, menjadikannya Kerajaan Kepulauan terbesar di Gaya. Nama sebuah planet yang indah tempat manusia hidup dan berkembang biak.

Kerajaan Muria, adalah sebuah kerajaan baru bekas tempat berdirinya kerajaan kuno yang telah ada selama ribuan Tahun yang lalu, kerajaan yang sarat dengan sejarah dan juga misteri yang melekat padanya.

Dan kini kerajaan Muria akan menghadapi krisis yang hebat, sebuah krisis yang menyebar ke seluruh umat manusia di planet Gaya.

Krisis yang lahir dari terbukannya kotak terlarang, Kotak yang menyembunyikan sebuah kejahatan yang hebat dari sebuah tempat misterius di dunia ini.

Dan kini menghitung mundur, pecahnya kejahatan itu, semua manusia di planet Gaya, bersiap menghadapi kejahatan yang tidak pernah mereka duga.

Sebuah kejahatan yang akan merubah struktur sosial, sebuah kejahatan yang akan mengikis manusia, sebuah kejahatan yang akan datang ke setiap penjuru manusia, sebuah kejahatan yang suka atau tidak akan datang kepada manusia.

###########

(24 jam Sebelum Bencana)

Di sebuah rumah bertingkat dua, di Ibukota kerajaan Muria yang bernama Jaya city. Sebuah kota metropolitan yang dihuni oleh jutaan manusia yang hidup damai di dalamnya.

Dengan lokasi yang berada di pinggir laut, menjadikan kota Jaya sebagai kota pelabuhan yang tersohor hingga ke negeri yang jauh.

Banyak kapal dagang besar dan juga kapal pesiar, yang sibuk singgah dan pergi dari kota Jaya, Hal ini lumrah adanya, karena Kerajaan Muria adalah Kerajaan Maritim terbesar di planet Gaya.

Kembali ke kota Jaya, kota metropolitan yang indah, dengan banyak gedung- gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, jalanan yang lebar dan juga rapih.

Dengan pepohonan dan juga tanaman hias, yang menghiasi setiap sudut dari kota, membuat kontras kemajuan teknologi selaras dengan alam.

########

Terdengar suara isakan dari kamar di rumah bertingkat, tepatnya sebuah kamar di lantai dua, sebuah kamar yang cukup luas, dengan hiasan yang cukup mewah, mampu menjelaskan setatus dari sang pemilik kamar.

Ruangan itu, bercat putih dengan gorden hijau yang menghiasi. Terdapat sebuah kasur yang besar di tengah kamar, yang mampu menampung 3-4 orang untuk tidur secara bersama.

Di sisi lain dari kamar, terdapat barisan rak buku yang panjang, dengan isi rak yang penuh bermacam-macam buku dari berbagai ilmu pengetahuan.

Dan tak jauh dari rak buku, ada sebuah meja belajar yang cukup besar, dengan Laptop, alat tulis, dan juga beberapa catatan yang berserakan dengan berantakan di atasnya.

Di atas meja juga terdapat Sebuah bingkai foto keluarga, yang berisikan 4 anggota keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak, yang terlihat bahagia.

Dari foto itu, samar-samar bisa diketahui bahwa merekalah pemilik dari rumah bertingkat dua ini, dengan ayah dan Ibu yang berusia akhir 40'an, seorang kakak laki-laki berusia awal 20 dan seorang adik perempuan yang manis berusia belasan tahun.

Foto itu menggambarkan senyum cerah dan bahagia dari keluarga mereka, yang baru saja diambil seminggu yang lalu saat keluarga itu berlibur.

Kembali ke atas kasur, akan terlihat tubuh seorang pemuda yang berbaring di atasnya, dengan perawakan tubuh yang kuat yang terlihat dari garis otot ramping yang terbentuk oleh latihan.

Masih ada tetesan air mata yang belum kering di pipi pemuda itu, yang meperlihatkan seberapa sedih situasi yang dia hadapi. Dengan perlahan namun pasti, bulu mata pemuda itu bergetar dan menampakan ia akan bangun dari tidurnya.

Sesaat ruangan seolah menjadi sunyi, saat mata pemuda itu terbuka, menampakan mata hitam yang dalam dengan ketegasan dan tekat yang kuat, terpancar dari sorot matanya.

Bangun dari tidurnya, tampak dengan jelas wajah dari pemuda itu, yang terlihat tampan dan juga mempesona.

Dengan bibir merah yang kecil, mata yang dalam, hidung yang mancung, bercampur menjadi satu membentuk wajah yang rupawan. Dihiasi oleh rambut ya yang hitam tebal, dengan potongan pendek yang rapih, mencerminkan seorang pemuda tampan yang baru saja berkembang.

Jay wijaya, nama pemuda tampan itu, seorang pemuda yang berusia 20 tahun, yang kini sedang mengalami tragedi yang hebat menimpa hidupnya.

Dari awal sebuah keluarga yang bahagia, Jay kini menjadi seorang pemuda yang sebatang karang, di tinggal sendiri, oleh kedua orang tua dan adiknya.

Yang telah meninggal seminggu yang lalu, akibat kecelakaan mobil yang menimpa keluarganya.

Jay masih ingat saat pagi perpisahan itu, dia dengan sigap membantu ayah dan ibunya untuk memasukan barang mereka ke dalam bagasi mobil keluarganya.

Dengan penuh ceria, adiknya yang manis tertawa dengan bahagia bercanda dengan ibunya yang cantik.

Keluarga Jay, akan melakukan perjalanan keluar kota, demi menghadiri pernikahan teman ayahnya yang berlangsung di sebuah kota yang cukup jauh.

Dengan waktu tempuh lebih dari 8 jam, menjadikan keluarganya untuk mengemas beberapa pakaian ganti, yang siap mereka gunakan saat rencana menginap keluargannya disana.

Semua barang dan keperluan sudah Jay masukan ke dalam mobil. Dan kini ia kembali ke dalam rumah untuk sarapan bersama keluarganya.

Jay tidak tahu, bahwa sarapan ini adalah sarapan terakhir yang akan keluarganya lakukan. Karena setelah pagi ini, tragedi yang mengintai siap mengakhiri semuannya.

"Ayah barang-barangnya udah Jay, masukin ke dalam bagasi, tinggal ayah cek apalagi yang kurang" suara Jay datang dari luar memasuki ke dalam rumah menuju ke ruang makan.

Jay seorang pemuda tampan, dengan fisik tinggi 185 cm, memiliki wajah yang tampan dan senyum yang ramah di wajahnya.

Berkata kepada ayahnya, yang kini sedang sarapan bersama ibh dan juga adiknya.

"Ok kamu bisa kesini Jay, ikut ayah dan ibumu untuk sarapan bersama" suara ayahnya datang dari dalam ruang makan.

Memasuki ke dalam ruang makan, ada seorang pria paruh baya yang tampan, dengan wajah yang tegas tetapi mengandung kelembutan.

Disisi pria paruh baya tampan itu, ada sosok cantik wanita dewasa, dengan kulit yang cantik dan wajah yang menawan, tersenyum lembut kepada seorang remaja cantik yang duduk dihadapannya, sedang lahap menyantap sarapan yang ia buat.

Dan Jay yang baru saja masuk ke dalam ruang makan, duduk di posisi samping remaja cantik yang berusia belasan tahun, dengan wajah yang lembut dan kulit putih seputih susu, di sandingkan dengan rambut hitam indah yang dikuncir, menjadikan siapapun yang melihat tahu dan sadar bahwa ini adalah embrio dari kecantikan yang besar.

"Makin cantik aja adik kakak ini" kata jay kepada adiknya yang sedang asik sarapan.

"Huuuu....jelas dong, itumah ga usah di tanya" kata adiknya membalas dengan bangga.

hahahah.....terdengar tawa harmonis dari keluargannya.

############

Bangun dari tempat tidurnya, Jay menuju ke kamar mandi. Melihat wajah tampannya yang kini pucat, Jay tidak bisa menghela nafas penyesalan.

Berbicara pada dirinya di depan cermin, Jay teringat perkataan orang tuannya " Untuk menjalani hidup dengan bahagia dan jangan ada penyesalan, selama itu tidak merugikan orang lain"

Memantapkan tekatnya, Jay bangkit dari kesedihan dan juga penyesalannya.

Setelah mandi dan sarapan dengan sederhana, dia berjalan menuju kamar orang tuanya, meski ia awalnya selalu ragu, karena ia masih berharap kedua orang tuannya masih hidup di kamar mereka.

Membuka pintu kamar setelah mengesampingkan keraguannya. Jay melangkah kedalam kamar orang tuannya, melihat kamar yang masih persis sama seperti sebelumnya, dia merasa nostalgia yang tidak tertahankan.

Duduk di tepi tempat tidur sambil memandang ke sekeliling kamar, Jay mulai merasa keadaan linglung, hingga waktu berlalu dan ia menjadi teringat perkataan dari ayahnya.

"Jika hal buruk terjadi pada ayah, kamu harus mengurus keluarga dan ingat buka kotak yang ayah simpan di balik brangkas, dan ambil isinya, karena itu akan membantumu ketika keadaan sulit"

Mengingat pesan ayahnya, Jay tersadar dan segera menuju brangkas ayahnya, yang tersimpan rapih di balik lemari kecil dari meja rias ibunha, membuka pasword brangkas dengan kode ulang tahun adiknya, " clack" suara brangkas terbuka.

Menampakan Sebuah peti kecil kayu yang cantik, dengan ukiran yang halus dan ada simbol matahari bersinar, mengeluarkan kotak itu, Jay kini bisa melihat lebih jelas kotak kecil itu, yang berukuran 20x10 cm, berwarna hitam kecoklatan, dan memiliki aura misterius yang terpancar.

Tapi saat kotak akan ia buka. Jay baru sadar tidak ada lubang kunci untuk membukannya. Hanya tertutup rapat dan rapih.

avataravatar
Next chapter