13 Papa Kita

"Maaf pak, saya rasa anda salah orang. saya Kania bukan Aurora." ucap Kanya pada pria paruhbaya itu.

"Tidak nak saya sangat yakin bahwa kau adalah putri bungsuku yang hilang." ucap Jalal dengan yakin.

"Kau ingin kemana nak?" tanya Jalal.

"Saya ingin mencari tempat perkerjaan, permisi." ucap Kanaya yang kemudian baru saja ingin meninggalkan tempat itu tapi ada seseorang yang memeluknya erat.

"Aurora..., jangan pergi..." ucap seorang wanita yang sedang memeluk kembarannya itu.

Karena tidak tega dengan suara sedih dan sendu dari perempuan yang memeluk tadi Kania pun memutar badan dan menatap wajah wanita itu.

"Kau begaimana mungkin kita?" ucap Kanaya yang kaget melihat waniata yang berada dihadapannya memiliki wajah yang persis seperti diri sendiri hanya terdapat beberapa perbedaan kecil seperti warna rambut dan tubuh wanita itu lebih kurus dan dan pucat dari Kanaya.

"Tolong jangan tinggalkan aku..., Mama dan papa mungkin akan kembali bersama setelah kau pulang bersama kami kita akan menemui Mama dan kakak." ucap Wanita itu.

"Apa maksud mu?" tanya Kanaya yang bingung.

"Kita bicarakan dirumah saja ya, ayo nak masuk kedalam mobil biar ayah yang mengemudi." ucap Jalal pada kedua putrinya.

"Tapi pak?" ucap Kanya yang ingin protes tapi tangannya udah keburu ditarik waniata yang memiliki wajah yang hampir mirip dengannya itu dan mereka terlihat seumuran.

"Aku sangat senang sebelum aku pergi kau telah kembali....," bisikan wanita itu ditelinga Kanaya.

"Kenapa kau mengatakan seakan-akan kau ingin pergi jauh?" tanya Kanaya yang heran.

"Aku memang akan pergi jauh dan sangat jauh, kau yang akan meneruskan tugas ku ingin menyatukan keluarga kita dan menyatukan mama dan papa kita kembali. Kakak mungkin telah salah paham selama ini, kakak akan menjagamu dengan baik, jika aku pergi nanti kau akan meluruskan kesalah pahaman ini berjanji lah dan tetap lah menjadi kuat, dan tanggung dan bahagiakanlah mereka kau memilih banyak kesempatan yang baik jangan disia-siakan." ucap perempuan itu berbisik kembali.

"Nak, mungkin belum ingat. Nama Papa adalah Jalal dan yang disamping mu itu adalah Aira saudari kembaran mu, kalian hanya lebar wajah saja. Kamu juga memiliki kakak bernama Rayhan dan Mama bernama Rahmah." ucap pria yang mengaku sebagai papa itu.

"Jadi ini benar?" tanya Kanaya yang bergumam pada dirinya sendiri.

"Hemmm itulah faktanya." ucap Aira tersenyum manis dengan suara yang amat pelan.

"Mama Rahma sedang Sakit beberapa minggu yang lalu beliau menjadi korban tabrak lari dan aku...hiks..hiks..hiks....,"ucapan Kanaya yang terputus karna kemudia dia menangis mengingat kebodohan yang bukanya menemani Mamanya yang masih belum pulih malah lari ke ketempat lain karena suatu kesalah pahaman.

"Nak menyapa kau menangis, kau tahu mama mu sekarang dimana nak. Kita akan kesana menjemputnya bersama kakakmu mu nanti." ucap Jalal yang sedikit panik mengetahui tentang keadaan wanita yang dicintainya itu tidak baik-baik saja.

Kanaya hanya dapat menangis dan menganggukan kepalanya, dan Aira memeluk adik perempuan yang seperti kembarannya itu dengan penuh kasih sayang layaknya seorang saudari yang terpisah dan kembali bertemu.

"Jangan menangis, tenang lah. Bisakah kau jelaskan padaku bagaimana keadaan Mama kita sekarang?" tanya Aira yang sangat menghawatirkan keadaan mamanya itu.

Kanaya mulai mengatur napas dan menenangkan dirinya dan kemudian bercerita tentang keadaan Rahma pada Aira dan Jalal.

"Siapa yang berani-beraninya menabrak istriku, bukannya selama ini aku telah gagal menjaga keluarga ku dan anak-anak ku...?" ucap Jalal yang merasa sangat sedih dan kecewa dengan dirinya sendiri.

"Yang saya tau Mama Rahma mengalami tabrak lari sewaktu dipasar beberapa minggu yang lalu dan saya dan Uma saya yang membentuknya untuk kerumah sakit dan kemudian menghubungi pihak keluarga dan menurut Bang Ray Mama Rahma sudah tidak memiliki suami dan hanya memiliki dirinya saja karena telah berpisah dan kedua adiknya dibawah Papanya. " ucap Kanaya yang menceritakan kejadian itu pada Aira.

"Kakak telah salah paham, Papa tidak pernah ingin berpisah dari Mama tapi keadaan lah yang menekankan nya diwaktu itu...," ucap Aira dengan sendu.

"Aku juga baru mengetahui bahwa aku adalah adik dari bang Rey setelah dia melakukan tes DNA menyocokan antara rambutku dan Mama Rahma dan hasilnya membuat ku terkejut antara bahagia dan sedih. Di satu sisi aku sangat senang bertemu dengan keluarga kandung ku tapi disisi lain aku juga harus sedih karna Uma yang selama ini merawat dan mendidik ku harus menjadi sakit hati karna fakta ini, bahkan Uma tidak mau menggangguku sebagai anaknya lagi dan aku pergi kesini karna merasa tidak tau apa yang harus ku lakukan, jika aku kembali pada mama Rahma aku takut Uma Shopia akan semangkin membenci ku dan dirumah Uma Shopia pun aku telah diusir." ucap Kanaya yang menceritakan kejadian itu dengan mata berkaca-kaca.

"Mungkin kau sekarang dihadapkan dengan pilihan yang sulit tapi percayalah suatu saat nanti kedua pilihan akan menjadi wajaban yang indah, karna kau tidak perlu memilih kau hanya butuh waktu yang tepat saja dan berdoa lah pada Allah sang pembolak baik hati hambanya yang lemah." ucap Aira menasehati Kanaya.

"Kau benar selama ini Akau memang sellau di bayangi rasa takut, aku terlalu berpikir negatif tentang semua kejadian yang terjadi pada ku belakang ini." ucap Kanaya sambil menatap kedua mata kembarannya itu yang terlihat sangat mendukung nya untuk bangkit dari rasa bersalah yang mendalam.

Sementara Jalal sibuk menelpon dari tadi tidak sempat mendengar kan ceritanya kanaya secara lengkap, seperti Jalal sedang menghubungi seseorang yang sangat penting dan serius.

"Apakah beliau selalu saja seperti itu?" bisik Kanaya pada Aira.

"Iya Papa sedang merencanakan sesuatu yang besar demi melindungi kita, percayalah padaku bahwa sebenarnya papa kita itu sangat menyayangi kita dan perhatian pada kita meskipun caranya sedikit berbeda dari yang lainnya." ucap Aira dengan pelan berbisik pada Kanaya.

"Entah saat ini aku masih sependapat dengan kak Rey bahwa beliau itu memang sangat gila kerja." ucap Kanaya yang membalas ucapan Aira.

"Apakah ada hal serius yang kalian rahasiakan dari ayah putri-putri ayah yang cantik?" tanya Jalal pada kedua putrinya.

"Tidak Papa. Aku dan Aurora hanya merencanakan kejutan kecil jika kami bertemu dengan Mama dan kakak nanti, apakah Papa telah memesan tiket penerbangannya tadi?" tanya Aira.

"Iya nak kita akan berangkat 1 jam lagi bersiap-siap lah kita langsung menuju bandara dan barang-barang kita akan menyusul nanti, semoga mama kalian dan kakak kalian masih bisa memaafkan kesalahan ku yang sangat fatal ini." ucap Jalal dengan penuh penyesalan.

Kanaya sangat bingung dan merasa bersalah karena telah berburuk sangka pada papanya sendiri ternyata tadi papanya sibuk menelpon untuk memesan tiket agar mereka bisa menemui Mamanya lebih cepat bukan masalah pekerjaan atau yang lainnya.

avataravatar
Next chapter