14 Membingungkan

"Nak coba kau cari adik mu,kenapa belakangan ini dia tidak pernah mengunjungi kita?" tanya Rahma dengan khawatir.

"Iyah ma....., Ray akan bertanya langsung Bu Shopia, Rey izin berangkat dulu ya kalau gitu," jawab Ray.

Rey kemudian mencium tangan mamanya, lalu pergi setelah mengucapkan salam. Ada suatu hal yang mencegah Ray meneruskan langkahnya.

"Tidak mungkin bagaimana papa mengetahui tempat ini, aku telah berusaha menghindar agar mama tidak kembali bersedih. Aku harus pergi menyembunyikan mama secepatnya." ucap Ray yang kemudian kembali masuk kedalam rumah.

"Papa lihat itu tadi adalah kak Rey tapi mengapa dia pergi dengan terburu-buru?" tanya Kanaya yang menatap heran kearah Aira.

"Ayo kita susul kak Ray, aku merasakan bahwa mungkin kakak Rey merencanakan sesuatu hal yang serius!" ucap Aira.

"Ayo!" ucap Kanaya kemudian bergegas pergi.

"kaa...kak..., ma...maa...!" teriakan Aira.

"Bang Ray....., Ma..., Mama...., jangan pergi...." ucap Kanaya berteriak kencang tapi Ray keburu memasuki mobil dan kemudian meninggalkannya dengan kecepatan rata-rata.

"Kita harus mengejar mereka, tapi dimana Papa?" gerutu Aira.

"iya.... sepetinya Papa telah mengejar mobil Bang Ray." ucap Kanya yakin karna melihat mobil yang tadi mereka kendarai menghilang.

"Iya kita harus segera mengejar mereka sebelum kita kehilangan jejak, Papa membawa handphoneku yang tidak sengaja tertinggal di mobil tadi kita bisa melacak keberadaan mereka melalui ponselnya mu!" ucap Aira dengan tegas.

"Ketemu...," ucap Aira.

"Lalu gimana cara kita menyusul mereka?" tanya Kanaya khawatir.

"Kita akan meminta bantuan sahabat ku Arkan, sini ponsel mu Akau akan langsung memintanya untuk membantu kita!" ucap Aira yang menyadari bahwa sahabatnya arka sedang berada di daerah yang sama dengan mereka karna urusan bisnis.

Aira langsung menghubungi Arka sampai 3 kali tapi tidak juga dijawab, sambil panggilan kelima baru kemudian terdengar suara bas Arkan.

"Hallo?" ucapan Arka yang terdengar bingung.

"Asalamuaaikum. Hay Arka, ini aku Aira. Tolong bantulah aku sekarang aku dalam masalah yang serius!" ucap Aira yang hampir menangis.

"Aira? dimana kau sekarang jangan bersedih aku akan segera datang." ucap Arkan yang khawatir keadaan Aira.

"Aku kirimkan lokasinya, kau datanglah secepatnya mungkin!" ucap Aira yang kemudian memutuskan sambungan.

"Aira kau baik-baik saja kan?" ucap Arka dengan panik tapi panggilan telah diputuskan secara sepihak oleh Aira.

Setelah mendapat pesan letak lokasi yang dikirimkan oleh Aira. Arka langsing menuju ke tempat lokasi itu dengan kecepatan rata-rata yang membuatnya sampai hanya dengan waktu 15 menit dengan jarak tempuh 15 km.

"Dimana kau Aira?" ucap Arkan dengan panik.

"Aku disini!" ucap Aira yang baru saja muncul dari belakan Arka bersama dengan Kanaya.

"Kau baik-baik saja kan??" ucap Arkan yang memutar tubuh Aira untuk memastikan bahwa sahabanya itu baik-baik saja.

"Hemmmm.... ", ucap Kanya yang menyadarkan Aira dan Arka yang terlihat seperti pasangan baru berjumpa kembali itu.

"Hemm aku baik-baik saja Arka, kenalkan dia Aurora Kembaran ku yang dulu pernah ku ceritakan," ucap Aira pada Arkan.

"Wow kalian terlihat hampir mirip hanya berbeda warna rambut dan tinggi badan saja?" ucap Arkan yang merasa kagum.

"Sekarang bukan waktu kagum. Ayo masuk ke mobil mu dan bantu kami untuk mengejar mobil papa dan kak Ray, aku takut terjadi suatu hal yang membuat ku merasa sangat bersalah." ucap Aira dengan mata yang telah berkaca-kaca.

"Jangan menagis, Ayo kita pergi!" ucap Arkan yang telah menarik tangan Aira untuk pergi masuk kedalam mobilnya duduk didepan dan Kanya hanya mengikuti masuk ke mobil dan duduk dikursi penumpang.

"Mereka menuju kearah perumahan yang dekat dengan lokasi pantai." ucap Aira dengan panik.

"Sabarlah Aira kita pasti bisa mengejar mereka!, kau Jang terlalu panik." ucap Kanaya menengkan.

"Iya kita pasti bisa menyusul mereka tenanglah." ucap Arkan yang kemudian menambahkan kecepatan mobil.

"Kita telah sampai, mengapa ayah berhenti disini ya?" ucap Aira yang merasa bingung.

Mereka bertiga kemudia keluar dari mobil dan berjalan mengikuti langkah Aira.

"Lihat itu bang Ray!" ucap Kanaya dengan lantang.

"Iya kau benar dia sepertinya sedang bersama dengan temanya dan dimana Papa?" ucap Aira yang menyadari telah kehilangan Papanya.

"Iya lihat itu Papa dan Mama?" ucap Kanaya yang memandang heran kearah Aira.

"Iya dan sepertinya laki-laki yang bersama bang Ray itu aku mengenalinya." ucap Kanaya dengan sedikit ragu.

"Kau temui lah kak Ray, dan aku dan Arka akan menemui Papa dan Mama untuk menayangkan apa yang sebenarnya terjadi." ucap Aira.

"Okay," ucap Kanaya yang kemudian pergi menemui Ray.

Saat Ray dan temuannya asik bicara tiba kaya datang dan langsung menyapa Ray dengan akrab.

"Bang Ray...." ucap Kanaya dengan ceria.

"Aurora...", ucap Ray yang langsung memeluk adiknya tanpa memperdulikan sahabat yang terlihat menetap Ray dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Abang dan Mama mau tadi kemana sih? mengapa kalian pergi dari rumah tiba-tiba?" tanya Kanaya dengan sewot.

"Sebenarnya tadi Abang ingin membawa pergi Mama agar Mama tidak sedih. Tapi Mama telah menyadari hal itu dan akhirnya kita berada disini atas keinginan Mama." Ucap Ray dengan malas.

"Hemmmm kalian melupakan ku!" ucap laki-laki yang bersama dengan Ray tadi.

"Pak Al?" ucap Kanaya dengan kaget.

"Apakah kau bisa melepaskan pelukan mu itu sobat?" ucap Al yang menurunkan kacamata hitamnya sambil memandang tangan Ray yang dari tadi bertengger dengan nyaman di bahu pujaan hatinya.

"Apa salah Kanaya aja gak protes sob!" ucap Ray yang terlah menyadari sikap sahabatnya yang tidak biasa ini.

"Tidak boleh! cepat turunkan atau aku akan mematahkan tanganmu!" ucap Al dengan nada marah.

"Tidak mau!". ucap Ray dengan tegas.

"Hentikan, kenapa kalian seperti anak kecil saja?" ucap Kanaya dengan marah.

"Tapi yang dia telah memelukmu dengan lancangnya didepan mataku!" ucap Al dengan kesalnya.

"Dia Kakak kandungan ku, lalu apa salahnya!" ucap Kanaya dengan tegas.

"Yah tidak seru...., kenapa kau harus memberi tahunya sekarang dek?" ucap yang merasa tidak bisa menjahili sahabatnya itu.

"Dia benar-benar kakakmu?" ucap Al dengan ragu.

"Tentu saja." ucap Ray dengan kemudian memeluk Kanaya dengan erat dan mencim kening adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

"Kau tidak bisa melakukan hal tadi kan?" ucap Ray yang ngejek sahabatnya.

"Kau sangat keterlaluan. Sob dia calon Istri ku....., munjauh lah!" ucap Al dengan marah.

Walaupun Ray adalah kakak kandungnya tapi Ray tetap laki-laki dan Al sangat merasa cemburu jika ada laki-laki lain yang mendekati Pujaan hatinya.

"Cukuplah sudah kalian ini seperti bocah saja!" ucap Kanaya yang merasa malas akan kedua laki-laki dewasa itu terus bertengkar.

"Tapi yang, itu semua karena dia yang memulai duluan." ucap Al membela diri sambil berusaha memeluk Kanaya.

"Apa loh? belum mahrom!" ucap Ray dengan tegas sambil menepis kedua tangan Al yang hampir memeluk Kanaya.

avataravatar
Next chapter