1 Masalah tempat tinggal

"Kau harus mengikutiku kemana pun aku pergi, sekarang ayo pulang!" kata Al pada Kanaya.

"Baik pak, bapak bisa jalan duluan saja saya akan pulang kerumah setelah merapikan tumpukan kertas ini." kata Kanaya dengan semangat karna sebenarnya lagi tubuh akan beristirahat dikasur yang empuk dan nyaman di kosannya itu.

"Kamu akan pulang bersama saja, jangan berpikir untuk pulang rumahmu karna mulai hari ini juga kau akan tinggal rumahku!" kata Al dengan tegas.

"Tapi pak, saya kan mempunyai kosan pak? saya udah bayar bulan ini uang saya akan terbuang dengan percuma dong dan barang-barang kesayangan saya masih disana." kata Kanaya yang protes.

"Saya akan menggantikan uang yang kau keluar bahkan 10 kali lipat, barang-barang mu akan dibawakan oleh orang suruhan ku nanti kau cukup memberi tahukan dimana letaknya saja." kata Al yang menatap Kanaya dengan tajam dengan pandangan dingin karna tidak suka di bantah.

"Tapi saya kan... perempuan pak, masa saya satu rumah dengan bapak apa kata tetangga bapak nanti?" kata Kanaya yang masih berusaha untuk mengelak agar tidak tinggal di rumah bosnya yang dingin ini.

Tentu saja Kanaya merasa aneh karena Al terlalu baik padanya jangan-jangan Al ingin mengerjai bukankah kebiasaan orang yang terlalu kaya sering merendahkan orang miskin sepertinya.

"Kau terlalu banyak alasan, Aku tidak memiliki tetangga dekat. Lagi pula dirumah banyak asisten ku dan beberapa pelayanan kau tidak perlu hawatir aku akan berbuat macam-macam pada mu, Kau terlihat berada jauh dibawah levelku." kata Al dengan sombong.

"Baguslah kalau begitu, Aku tidak perlu kerumah anda, lagi pula kosanku lebih baik dan nyaman dari pada rumah anda yang pastinya besar tapi belum tentu bisa memberikan kenyamanan." kata Kanaya kemudia pergi meninggalkan Al sendirian dan memilih untuk memesan ojek online.

"Kau baru saja berkerja hari ini, apakah kau ingin dipecat dan tidak akan mendapatkan diterima bekerja dimana pun setelah ini?" kata Al yang menggunakan jurus ancamannya.

"Terserah kau saja pak, Allah bersama ku dan Allah lah yang telah mengatur takdirku. Aku berharap semoga Allah menjaga mu dengan baik." kata Kanaya dan baru saja ingin keluar ruangan untuk pulang tapi tangan nya ditarik oleh seseorang siapa lagi kalau bukan Al.

Al teringat bahwa dulu pernah ada seorang gadis perempuan yang manis yang mendoakannya dengan baik persis seperti ucapan kanaya. Walaupun Al selalu membuat nya menangis dulu karna senang menjailinya.

"Kau hanya akan pulang bersama ku, apakah kau tidak mendengarkan aku?" kata Al dengan nada lembut, dan entah kenapa nada dingin nya berubah setelah mendengarkan ucapan Kanaya tadi.

Apakah bosnya ini memiliki kepribadian ganda tadi dingin, sekarang menjadi lembut atau mungkin telinga Kanaya yang salah mendengar.

"Apakah bapak bisa melepaskan tanganku, ojek online pesanan saya udah nunggu di depan kasian mamangnya." kata Kanaya yang memasang muka memelas yang malah membuat Al menariknya keluar dengan paksaan.

"Pak calon istri saya tidak jadi pesan, ini ongkosnya bapak bisa pergi sekarang." kata Al Setelah memberikan uang seratus ribu 5 lembar pada mamang ojek online itu.

"Maaf tuan tapi ini terlalu banyak, lagi pula mbaknya gak jadi naik." kata mamang ojek itu merasa tidak pantas menerima uang itu karna dia tidak melakukan kerja apa-apa.

"Pak itu sedikit rezeki dari Allah melalui perantara saya, bapak bisa menggunakan uang itu untuk memberikan nafkah pada keluarga bapak." kata Al dengan ramah.

Kanaya pun hanya terdiam ternyata bosnya yang terlihat sombong ini memiliki hati yang baik juga. Kanaya hanya menatap wajah Al yang tersenyum tulus pada bapak itu, dan kemudian tersadar.

"Eh pak tunggu... saya kan yang pesan..., pak.. pak.., pak?" kata Kanaya yang berteriak karena ditinggal mamang ojek itu.

"Jangan teriak-teriak ayo pulang." kata Al dengan datar yang kemudian menarik Kanaya kedalam mobil.

"Dasar nyebelin." kata Kanaya yang merasa kesal.

"Apa yang kau katakan tadi?" kata Al seolah tidak mendengar padahal kata-kata Kanaya tadi sangat jelas di telinganya, Al hanya ingin melihat apakah Kanaya akan jujur jika hanya ada mereka berdua tanpa ada orang lain disini.

"Anda sangat menyebalkan, bisakah anda jangan menyisaku nanti, rasanya hatiku dan raga ku sangat lelah." kata Kanaya sambil menguap lebar dan tentunya ditutup menggunakan tangan dan menyandarkan kepalanya pada kursi mobil Al dan karena Al mendiamkannya, Kanaya juga diam dan tertidur.

"Kanaya bangun kita sudah sampai, Kanaya...., Kanaya?" Al terlalu berusaha membangunkan Kanaya dengan menepuk pipi Kanaya tapi Kanaya tidak juga terbangun, bahkan Al telah mengguncang bahu Kanaya agar terbangun tapi malah tidur gadis itu semangkin lelap. Al menyamping kan rambut Kanaya yang menutupi wajah cantik kanya.

Ternyata kau sangat cantik dan manis jika sedang tertidur dan kariawan baru ku ini kebo jika sudah tidur. Al terpaksa menggendong Kanaya, Sepertianya tanda yang terdapat di tangan kiri Kanaya itu mengingatkan Al dengan seorang gadis mungil yang sering dijahili oleh nya dulu. Tapi mana mungkin kanaya adalah gadis itu, Kanaya terlalu barbar sedang gadis itu sangat cengeng dan penakut.

"Aku tidak percaya telah membawa seorang wanita yang dalam kamus hidup ku sangat merepotkan ini, biasanya aku tidak akan membiarkannya seorang perempuan selain mama dan pelayanan kebersihan yang menginjakan kaki ke ruamah ku ini, tapi kenapa aku sampai sangat tertarik pada perempuan polos yang sedikit bar-bar ini. Padahal banyak wanita yang lebih cantik darinya, walau Kanaya juga cantik secara alami tanpa mengetahui make up yang tebal diwajahnya. Aku sepertinya sudah gila hari ini karna terlalu banyak memikirkan tentang gadis ini bahkan tadi aku dengan refleks langsung mengaku-ngaku menjadikan nya calon istri ku, wanita ini memeng sangat unik disaat semua orang menginginkannya rumah yang besar dan luas dia malah lebih nyaman dan aman tinggal dikosan yang sempit dan kumuh itu." kata Al, sepertianya hari ini Al mengalami hal aneh seperti tidak bisa mengontrol dirinyanya untuk tertawa terbahak-bahak hanya karena tingkah Kanaya yang menurutnya konyol dan menggemaskan.

"Apakah Kanaya dan Rara adalah satu orang, wajah mereka terlihat sangat mirip. Walaupun Rara memiliki wajah yang tembem dan menggemaskan dan Kanaya memiliki wajah yang tirus tapi mata mereka sama dan tanda ditangan mereka juga sama, Aku akan mencari tahunya besok jika benar aku dia adalah gadis itu aku tidak akan mepaskan nya." kata Al yang memikirkan tentang gandis yang sering dibully dulu sebenarnya Al hanya ingin minta maaf dan akan menepati janjinya pada gadis manis itu yang sering di jahili nya sewaktu kecil dulu.

"Bangun...., bangun pak.., kok bisa-bisanya bapak tidur disini?" kata Kanaya dengan raut muka heran dan ingin marah, belum belum menyadari dimana dirinya Sekarang.

"Hemmmm...ini kan rumah saya, saya bebas tidur dimana pun." Kata Al sambil turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

"Rumah?" Kanaya kemudian melihat sekitar yak ampuh.... ternyata mamang benar tempat ini terlalu besar dan memawah tidak seperti kamar kosan Kanaya yang sederhana.

Pasti bosnya itu sengaja meletakannya disini, kenapa juga Kanaya tidak diletakan ditempat yang berbeda dengan atau setidaknya jangan satu ranjang. Kanaya jika diluar jam kantor sebagai asistennya bukan istrikanya.

"Ambilkan pakaian ku di lemari atas." kata Al yang baru saja keluar dari kamar mandi yang hanya menggunakan handuk dipinggangnya.

Kanaya pun langsung membelakangi Al, pertama karena malu lalu yang kedua karna kaget akan penampilan bosnya. Agar tidak ketahuan sedang gugup Kanaya berjalan mendekati Lemari pakaian yang dimaksud oleh bosnya itu.

"Lemari yang ini ya pak, sepertinya saya tidak sampai....," kata Kanaya yang telah berusaha mengambil pakaian formal Al yang terganggu cukup tinggi dan susah untuk digapainya.

"Kamu harus banyak-banyak olahraga dan minum susu dong biar cepat tinggi." kata Al berjalan mendekati Kanaya dan bukan mengambil bajunya sendiri Al malah menggedong Kanaya dan memberikan kode tatapan untuk menyuruh memilihkannya baju.

"Eh..., eh, eh.... pak? apa yang anda lakukan?" Kata Kanaya yang kaget , beberapa saat kemudian karena mengerti tatapan dingin Al yang menyuruhnya mengambil baju. Langsung Kanaya mengambil asal setelan formal untuk bosnya itu dan Al langsung menurunkan Kanaya.

"Ini pakaianlah dan gunakan make up didalam kotak itu juga supaya wajahmu tidak terlihat pucat. Aku harap kau bisa menggunakannya...," kata Al sedikit meragukan Kanaya.

"Tapi pak..." kata Kanaya yang terpotong dengan ucapan Al.

"Mandi dan pakailah pakaian itu atau kau lebih tertarik disini melihat ku berganti pakaian?" kata Al yang menarik turun kan alisnya menatap Kanaya.

Tanpa menanggapi ucapan Al, Kanaya langsung bergegas meninggalkan bos gilanya itu ke kamar mandi dan menyalakan air.

"Dasar bos gila, siapa juga yang tertarik melihatnya berganti baju...., aku ini kan hanya asisten nya sekarang bukan Istrikanya." kata Kanaya yang menggerutu kesal.

Dan kemudian Kanaya melanjutkan mandi dengan mengucapkan segala macam kekesalannya pada Al dan tiba-tiba turun hujan dan listrik mati otomatis Kanaya langsung keluar kamar mandi setelah berpakaian berpakaian lengkap dan menggunakan make up yang telah di berikan oleh Azka padatnya.

"Astagfirullah halazimmm, Aduh ya Allah mana lagi hape ku nie....., disini gelap semua lagi." Kata Kanaya yang mencari hapenya untuk sumber penerangan.

"A..... Setan." teriak Kanaya karna merasakan ada tangan yang menarik nya di ke gelapan. Kanaya bahkan telah menangis karna ketakutan.

"Dasar penakut saya bukan serta dan berhenti lah menangis kau sangat cengeng." kata Al dengan nada datar.

Bukanya berhenti Kanaya malah semangkin menangis dan terisak pilu ditempat.

"Maafkan saya tolong jangan menagis lagi sebentar lagi Lampunya akan hidup kembali." kata Al dengan nada lembut dan bakan membawa Kanaya yang sedang menangis pilu kedalam pelukannya.

Dulu Al pernah memeluk seorang gadis kecil yang juga ketakutan pada gelap diwaktu dirinya masih kecil dan gadis itu berhenti menangis mungkin Kanaya juga akan berhenti menangis dan benar saja Kanaya berhenti menagis dan mengeratkan pelukannya pada Al.

20 menit kemudian semua lampu hidup dan listrik normal Seperti biasanya.

"Maafkan saya pak," kata Kanaya setelah menyadari telah lancang memeluk bosnya itu.

Al terdiam beberapa saat mentap wajah Kanaya yang Di pipinya masih terdapat sedikit sisa-sisa air mata, Kanaya menatap kearah lain tidak berani menatap mata Al.

"Kau adalah dia," kata Al kemudian langsung membawa Kanaya kedalam pelukannya yang hangat.

Kanaya pun menjadi bingung akan tingkah bosnya ini, apa maksud dari bosnya tadi yang mengatakan hal itu.

"Apa maksud anda pak?" kata Kanaya yang merasa bingung.

"Kau adalah Rara yang kucari selama ini, kau masih cengeng seperti dulu. Aku Husi anak yang sering menjahili mu dulu kau masih ingat kan?" kata Al yang mengangkat wajahnya Kanaya yang tadi menunduk karna bingung.

"Anda pria gendut dan nakal itu? kenapa nasibku selalu dibully...," kata Kanaya yang menunjukkan muka sedihnya.

"Maafkan aku waktu itu aku hanya ingin lebih dekat dengan mu, aku menjahili mu karna kau selalu saja memilih bermain bersama Aan dari pada dengan ku?" kata Al yang mengingat masa kecil mereka. Lagi pula mana ada anak kecil yang ingin berteman dengan Al, Al sangat jail dan bahkan tidak segan segan menujukan sifat pereman nya pada siapapun.

"Baiklah itu masa lalu, sekarang bisakah anda melepaskan ku?" kata Kanaya yang memaklumi hal itu.

"Tidak aku sangat merindukanmu, kau masih ingatkah janjiku yang pernah ku ucapkan dulu." Aku akan menepati janji ku itu.

"Tapi itu hanya janji seorang bocah, anda bisa melupakan hal itu...," kata Kanaya dengan formal.

"Tidak akan, kamu tidak lihat bocah itu sekarang sudah dewasa dan akan tetap akan menepati janjinya." kata Al dengan tegas.

"Baiklah terserah Anda saja, bisakah anda melepas pelukan anda saya sulit bernapas." kata Kanaya dengan wajah memelas kemudian Kanaya menghirup napas panjang karena Al telah lepaskannya.

"Rara bisakah kau memanggilku jangan dengan mengunakan panggilan formal, kau bisa memanggilku dengan nama ku saja." kata Al dengan lembut pada Kanaya sekarang Al yang dingin dan memiliki aura mematikan dengan sifat es nya ini malah bersikap sangat lembut dan ke kanak-kanakan pada Kanaya.

"Maaf Pak saya hanya kariawan bapak dan saya merasa tidak sopan memanggil anda hanya dengan nama saja?" kata Kanaya setelah tersadar akan sikap Al yang berubah padanya.

"Agar sopan kau bisa memanggilku dengan Al sayang, Husi, sayang atau love." kata Al yang tiba-tiba menjadi bucin.

Kanaya langsung meletakan tangannya pada kening Al Menghawatirkan kondisi bosnya ini yang mungkin saja sakit sehingga membuat nya berubah 180 derajat dari sikapnya kemaren.

"Badan anda tidak panas tapi Kenapa tingkat anda sangat aneh hanya dalam waktu hitungan detik." kata Kanaya yang menatap wajah Al yang kemaren tidak pernah tersenyum tapi sekarang selalu terlihat senyum selalu padanya dan sifatnya yang dominan dingin sekali menjadi seperti anak kecil. Walaupun wajah Al berkali-kali lipat lebih tampan saat tersenyum tapi Kanya malah menghawatirkan jika Mungkin saja pikiran bosnya ini sedang terganggu sehingga bertingkat aneh seperti ini.

"Aku baik-baik saja Rara sayang, selama kau bersama ku aku akan selalu baik-baik saja." kata Al yang tersenyum kemudian malah menarik tangan kanan Kanaya yang tadi memegang keningnya, Al bahkan mengecupi tangan Kanaya yang sontak saya membuat Kanaya syok.

avataravatar
Next chapter