7 Harapan papa Al

"Nak kau Tidak akan mempermalukan Papa didepan rekan bisnis Papa kan?" tanya Khalid pada putranya .

"Tentu saja tidak Papa." ucap Al dengan tegas.

Saat ini Al sedang berada dirumah orang tuanya karena mamanya mengabarkan bahwa papanya sedang sakit dan terkena serangan jantung ringan bebepa hari yang lalu.

"Papa tidak perlu hawatir dan beristirahat la supaya keadaan papa cepat membaik." Ucap Al.

"Papa tidak apa-apa, Papa hanya sedikit kaget akan cerita Mama mu. Bahwa putra kesayangan papa ini telah berani-beraninya membawa seorang gadis yang bukan mahramnya kedalam rumah bahkan tinggal satu atap. Dan anehnya Mama mu itu malah menginginkan kau segera menikahinya." ucap Khalid.

Al sangat terkejut dengan ucapan Papanya itu, ternyata yang mejadi penyebab Papanya terkena serangan jantung adalah dirinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi Al memang sangat mencintai Kanaya bahkan dari kecil disaat Al masih taman kanak-kanakan dan mereka pindah ke kota saat Al sudah menginjak sekolah dasar.

"Tapi Papa, Al tidak melakukan apa-apa walupun tinggal satu atap dengan Kanaya." ucap Al.

"Oleh karena itu Papa ingin kau secepatnya meninkah dengan putrinya pak Jalal agar terhindar dari fitnah." ucap Khalid dengan tegas.

"Tapi Papa. Al hanya mencintai Kanaya, Al tidak mencintai putri pak Jalal. Bahkan Al tidak mengenalnya bagaimana bisa Al langsung menikah dengannya." bantah Al.

Khalid langsung memegang dadanya tepat dibagian letak jantung.

"Astagfirullahhalazimmm putraku....," ucap Khalid yang merasakan sakit di dadanya.

"Papa maafkan Al, Papa... pa.." ucap Al yang kaget karna ayahnya yang tidak dak sadarkan diri.

"Astagfirullahhalazimmm, nak apa yang terjadi pada paypa mu...?" tanya Ayana yang baru saja datang membawa teh untuk anak dan suaminya.

"Nanti akan Al jelasan, sekarang ayo kita bawa Papa kerumah sakit Ma....," ucap Al.

"Iya nak, ayo." ucap Ayana.

Al dan dan Ayana memapah Khalid menuju mobilnya untuk kerumah sakit. 15 menit kemudian mereka langsung sampai dan Khalid langsung ditangani dokter.

"Keluarga pak Khalid?" tanya dokter laki-laki itu.

"Saya anaknya dok dan ini Mama saya istri beliau." ucap Al menjelaskan.

"Anda bisa keruangan saya untuk membicarakan hal yang serius mengenai pak Khalid, dan nyonya bisa menjenguk Suami anda didalam." ucap Dokter itu.

Al hanya mengangguk kepalanya dan mengikuti langkah kaki dokter itu. Sedangkan Ayana langsung memasuki kamar pasien yang terdapat suamainya.

"Bagaimana keadaan mu bang?" tanya Ayana yang memegang tangan suaminya yang belum sadarkan diri. Ayana duduk dikursi dekat bangkar suamiya itu.

"Maafkan aku....., jika saja aku tidak menjelaskan tentang putra semata wayangnya kita itu hari itu, mungkin sekarang Abang akan baik-baik saja." ucap Ayana sambil menangis mencium tangan suamiya.

ttiba-tiba jari-jari Khalid bergerak, dan perlahan matanya yang terpejam mulai terbuka dan tersenyum hangat pada istri tercintanya itu.

"Jangan menangis dik, Abang tidak apa-apa. Abang hanya mengawatirkan Putra semata wayang kita itu yang mungkin akan terjebak pada jalan yang salah jika tidak kita nikahkan secepatnya." ucap Khalid.

"Iya putra kita pasti akan menikah tapi Abang harus tetap sehat agar bisa menyaksikan putra kita bahagia bersama dengan istri nanti." ucap Ayana menahan tangisannya .

Di ruang dokter Al sedang membicarakan tentang kesehatan papa nya denga dokter.

"Sebelum saya minta maaf tapi saya harus mengatakan kebenaran ini, Tuan Khalid mungkin akan meninggalkan dunia jika dia terkena serangan jantung lagi." ucap dokter Ariyanto.

"Saya harap anda tidak membuat beliau cemas, khawatir, dan tolong jalah pola makan dan pola hidup sehat. Saya telah membuat resep obat untuk beliau dan anda busa menebusnya kebagian administrasi." saran dokter Arya pada Al.

"Baik dok". Ucap Al dengan raut muka bingung, merasa bersalah dan takut kehilangan secara bersamaan.

Al meninggalkan ruangan dokter Arya dan kemudian kebagian administrasi untuk menebus obat. Saat Al melewati ruangan Papanya bahkan Al menengis mengingat Papanya yang sangat menghawatirkan nya, padahal Al sudah dewasa.

Suara azan asar pun terdengar di telinga Al uang membuat langsung menuju mushola rumah sakit ini. Setelah melakukan sholat berjamaah di mosholah Al pun berdoa pada Allah.

"Ya Allah sesungguhnya engkau lah pemilik hati, hamba sangat mencintai nya tapi hamba juga sangat mencintai Papa hamba. jika memang demi kesembuhan Papa hamba saya harus menikah dengan wanita pilihan papa saya atau bukan dengannya hampa iklas demi kesembuhan papa hamba. Tolong jaga lah paypa hamba, hamba belum bisa membahagiakannya ya Allah izinkan lah hamba untuk selalu berbakti pada kedua orang hamba. Hamba hanyalah mahlukmu yang lemah berikanlah hamba kekuatan untuk mengiklankan nya dan agar bisa bahagia dengan wanita pilihan Papa hamba amiiin." doa Al.

Sehabis dari mushola Al langsung menuju dimana ruangan Papanya dirawat. Al sangat lega saat melihat papanya yang sudah sadar kan diri meskipun raut wajahnya nampak sedikit pucat.

"Papa maafkan Al, Al akan menikah dengan perempuan pilihan papa itu." ucap Al dengan mantap.

"Kamu yakin nak? kau tidak mau melihat fotonya terlebih dahulu?" tanya Khalid.

"Tidak pa, Al yakin pilihan Papa adalah yang terbaik." ucap Al dengan mantap.

Ayana hanya tersenyum melihat putranya yang semangkin dewasa dan bijak. bahkan tidak lama lagi Putra ini akan menjadi seorang imam dalam keluarga nya.

"Kamu anak ku nak, aku sangat bangga mempunyai putra seperti mu." ucap Khalid yang memeluk putranya.

"Tidak. Dia anak ku, aku yang melahirkan nya bang!" ucap Ayana yang tiba-tiba marah karena tidak setuju dengan pendapat suaminya itu.

"Kau lihat wajahnya sama tampaknya denganku, Dia adalah putraku." ucap Khalid yang tiba-tiba menjadi ke kanak--kanakan.

"Iya.... kenapa harus wajah Abang yang mirip dengannya, padahal aku yang susah payah mengandung dan melahirkannya." ucap Ayana yang hampir menangis.

"Jangan menagis sayangku. Dia putra kita, wajah nya mirip denganku karena aku Ayahnya dan hatinya lembut seperti mu karna ku ibunya." ucap Khalid yang langsung melepaskan pelukannya pada Al kemudia membawa Ayana kedalam pelukannya.

"Iya... iya.. , iya...., pyapa dan Mama memang selalu seperti ini dan melupakan ku." ucap Al yang pura-pura merajuk.

"Kami tidak melupakan mu nak, kau adalah putra kami, ayo sini." ucap Khalid pada putranya kemudian mereka bertiga berpelukan bersama.

Keluarga al memang selalu seperti itu, maklum saja Al anak tunggal. Selalu semau keinginan nya dituruti. Ayana dan Khalid sangat memanjakan Al dari kecil sampai sekarang dan tidak heran jika Al kecil dulu seperti pereman karena Al memang diajari ayahnya pancak silat dari kecil, karna memang Khalid juga menyukai pancak silat bahkan telah memegang sabuk putih dipinggangnya sejak SMA.

avataravatar
Next chapter