webnovel

Pengumuman Aditya

Melihat Marisa keluar dari tempat Aditya sambil berlari dan berlinangan air mata, Bu Ade cepat-cepat menyimpan data yang sedang ia kerjakan, mengosongkan layar dan pergi ke ruangan Aditya. Ketika membuka pintu ruangan Aditya, ia melihat Aditya sedang memasang foto di sebuah pigura berbingkai emas dan memajangnya. Ketika Bu Ade melihat foto siapa yang dipajang, ia buru-buru menutup pintunya. "Adit..itu.." kata Bu Ade bingung. Foto itu adalah foto Selfie Raissa dan Aditya yang diambil Aditya ketika mereka dalam perjalanan kembali ke Jakarta dari Bandung. "Belum sempat foto studio Tante, yang ini ajalah dulu, kami terlihat sangat bahagia bukan?" kata Aditya. "Sangat.. Jadi sudah waktunya kah?"tanya Bu Ade ragu. "Ya sudah waktunya pengumuman kurasa, dan menjalankan rencanaku.Ibuku sudah mengetahui hubunganku dengan Raissa, aku harus bergerak cepat sekarang. Tante, tolong buatkan pengumuman, agar seluruh kepala departemen berkumpul di ruanganku 15 menit dari sekarang. Semua harus hadir tanpa terkecuali." kata Aditya. "Jaga Raissa baik-baik Dit, ibumu itu bar-bar!! Tante akan segera memanggil kepala departemen sekarang. Oya satu lagi.. apapun yang terjadi nanti, Tante bangga sama kamu, ayahmu pun begitu. Tante bersyukur kamu tumbuh tidak seperti ibumu!" kata Bu Ade. "Itu karena Tante Ade. Dan Tante, aku juga bar-bar loh.. tapi dalam hal bisnis." kata Aditya sambil tertawa. Bu Ade ikut tertawa sambil geleng-geleng kepala, lalu ia membuka pintu dan segera membuat pengumuman di mejanya. Begitu Bu Ade selesai mengirim pesan, satu-satu kepala departemen itu bertanya pada Bu Ade, ada yang lewat sarana komunikasi kantor di komputer, ada pula yang langsung datang pada Bu Ade. Seperti Bu Tari, ia takut hal ini berkaitan dengan Marisa, karena Marisa masih sesenggukan di mejanya saat ini. "Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Marisa, ini menyangkut masa depan klinik kita ini Bu Tari." kata Bu Ade menjelaskan. "Oh begitu, baiklah, aku akan masuk sebentar lagi." kata Bu Ade sambil melihat arlojinya, masih ada 10 menit lagi, ia memutuskan untuk merapikan pekerjaannya dan pergi ke ruangan Aditya. Tepat lima menit sebelum waktu yang ditentukan Bu Tari melangkahkan kaki ke ruangan Aditya, ternyata langkah kakinya diikuti oleh pak Sugih, dan pak Pramono dibelakangnya. Tak lama Pak Rizal juga ikut dibelakangnya. "Ini kok kita kayak main kereta-keretaan sih, jadi pengen nyanyi naik kereta api!" kata Bu Tari. "Tut..Tut..Tut.." Pak Sugih menirukan nada bunyi kereta dari lagu anak tersebut. Bu Tari memukul lengan Pak Sugih dengan iPad miliknya. "Pak Sugih ini, ayo duluan!" kata Bu Tari. "Eh, wanita kan harus duluan, kita kan gentleman, iya gak bapak-bapak?" tanya Pak Sugih pada dua rekan bapak-bapak dibelakangnya. "Betoolll!"sahut keduanya. Bu Tari kesal, lalu membalikkan badan dan berderap maju memasuki kantor Aditya. "Permisi Pak.."sapa Bu Tari. "Ya, masuk saja, pilih tempat duduk sendiri." kata Aditya yang masih sibuk di laptopnya. Merekapun duduk, dan perhatian Bu Tari langsung tertuju ke pigura emas yang berisikan foto selfie Aditya dan Raissa. Bu Tari menyikut pak Sugih, dengan mulutnya yang dimonyongkan ia menunjuk pigura tersebut. Pak Sugih membelalak, menyikut pak Pramono dan pak Pramono harus mencolek pak Rizal yang tidak mempan disikut. Pak Rizal mendongak dari gadgetnya, melihat ke arah yang ditunjuk Pak Pramono lalu berkata, "Oooh.. itu Raissa, perawat." katanya kalem lalu kembali ke gadgetnya. Bu Tari, Pak Sugih dan Pak Pramono menahan napas sambil melirik Aditya yang mendongakkan kepala ke arah mereka. Untungnya tepat saat itu dr. Satya, dr. Aldi, Mira, Bang Ucok dan kepala departemen lain dari operasional muncul. "Kami datang!!" seru Bang Ucok. "Tepat waktu pula!" kata dr. Aldi. Tiba-tiba Mira terhenti langkahnya, matanya tertuju pada pigura yg terpajang. Bu Tari sudah senyum-senyum saja. dr. Satya yang melihat kelakuan rekan-rekannya hanya tersenyum sambil mengacungkan jempol pada Aditya. "Wah ada yang baru jadian nih! traktir laaahh!!" teriak dr. Aldi. Mira yang disebelahnya langsung menyikut dr. Aldi keras. "owww.. sakit kak!" kata dr. Aldi, Bang Ucok tertawa senang. "Semua sudah hadir Pak, siap di mulai. " kata Bu Ade yang datang terakhir sambil menutup pintu. "Baiklah, Bu Ade, tolong jam 4 sore nanti pesankan masing masing departemen beberapa loyang pizza sesuai dengan anggota teamnya. Dr. Aldi minta traktiran. Iya pesankan jugabuntuk yang jaga malam." kata Aditya sambil tersenyum. "Asseeeekkkk" seru dr. Aldi bertepuk tangan. Sedangkan yang lain hanya menggumamkan rasa terimakasih mereka. "Selamat Pak Aditya, semoga langgeng hubungannya dengan Raissa." kata Bang Ucok. Yang lainpun mengungkapkan ucapan selamatnya. "Terimakasih semuanya atas ucapannya, saya senang kalian semua menyambut baik berita ini. Walaupun sebenarnya bukan itu alasan memanggil kalian semua kemari." kata Aditya sambil menatap anak buahnya. Wajah mereka yang tadinya ceria berubah menjadi serius. "Mungkin dari kalian masih ada yang belum mengetahui, saya beritahu sekali lagi disini.. Bhagaskara Medika sudah saya beli, secara pribadi. Perusahaan ini bukan milik keluarga saya lagi. Tetapi Milik saya pribadi!" kata Aditya menekankan kata pribadi. Yang lain terdiam, seperti biasa dr. Aldi memecah ketegangan, ia langsung bertepuk tangan. Tak lama yang lain pun mengikuti. Aditya mengangkat tangan dan dengan seketika tepukan itu berhenti. "Terimakasih, mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya, apa rencana saya ke depannya? bagaimana nasib Bhagaskara Medika ditangan saya seorang?" tanya Aditya sambil memperhatikan anak buahnya satu-satu. "Kalian jangan khawatir, pekerjaan kalian aman, untuk sementara kalian akan bekerja seperti biasa, tapi tetap akan ada perubahan besar-besaran. Karena saya akan mengembangkan Bhagaskara Medika menjadi sebuah Rumah sakit dengan unggulan bedah jantung, tentu saja akan ada departemen lain yang akan berkaitan dan departemen penunjang. Karena itu saya ingin kalian semua bersiap-siap. Tanah kosong dibelakang gedung inI sudah kubeli, perizinan untuk menyatukan gedung ini dengan RS yang akan kubangun nanti juga sudah ada. Karena gedung kita tidak hanya berisi klinik kita saja tetapi juga perkantoran, dengan begitu kita sudah dapat mempunyai klien pasti. Silahkan dipikirkan, direnungkan, ide ide apa saja yang dapat kalian berikan pada saya agar RS ini dapat segera terlaksana. Karena saya ingin bulan depan, Kalau bisa awal bulan depan, kita sudah dapat melakukan peletakan batu pertama! Bagaimana? ada pertanyaan?" tanya Aditya. "Untuk menjadi RS diperlukan lebih banyak perawat dengan keahlian khusus, harus ada pelatihan lebih lanjut untuk perawat yang ingin ditugaskan di ICU, ruang haemodialisa, ruang bedah dan lainnya."Kata Kak Mira. Demikianlah satu demi satu mereka mengutarakan apa yang terlintas dipikiran mereka. "Begini saja kalau kita bahas satu-satu pasti tidak akan cukup waktu kita hari ini. Bu Ade, tolong buat giliran setiap departemen untuk bertemu dengan saya. dijadwalkan mulai Minggu depan, supaya Minggu ini aku ingin kalian semua dapat mempersiapkan dengan baik apa saja yang harus dikerjakan dan dikembangkan dari yang sudah ada." kata Aditya. Semua mengangguk. "Baiklah kurasa rapat kita saat ini sudah selesai" kata Aditya. "Maaf pak, apakah kami bisa memberitahukan mengenai perubahan ini pada bawahan kami?" tanya Bang Ucok. "Tentu saja boleh." jawab Aditya dan merekapun bubar. dr. Aldi keluar sambil bernyanyi dengan nada yang asal-asalan, "Pizza..pizza...pizza.." lalu kepalanya di keplak oleh Bu Ade dari belakang. Dr. Aldi hanya manyun sebentar sampai Bu Ade lewat dan meneruskan nyanyiannya. Bang Ucok dan Mira hanya tertawa. "Wah, Raissa diam-diam menghanyutkan!" kata Bang Ucok. "Iya, aku juga tak menyangka, padahal dulu sepertinya mereka cekcok terus.. siapa sangka ternyata benih-benih cinta bertebaran di udara. Eh tapi, hubungan pak Aditya dan Raissa sudah tidak rahasia lagi kan? semua boleh tahu? " tanya Mira. "Nah aku juga bingung Mir, tadi pertanyaannya hanya mengenai RS. Tapi kalau pak Aditya sudah memajang foto mereka seharusnya bukan rahasia lagi kan?" kata Bang Ucok. "Hmmm, atau biarkan saja mereka tahu sendiri, kalau ke ruang pak Aditya pasti cepat lambat ada yang berbicara, kalau ada yang nanya sama kita ya kita jawab setahu kita. Kalau tidak ditanya ya jangan gosip juga.." kata Mira. "Betul Mir.. kita ikut aliran saja!" kata Bang Ucok. Merekapun kembali ke departemen masing masing dan meneruskan berita perubahan tersebut pada anak buah masing-masing.

Sementara itu Aditya mengirim ke Raissa foto meja kantornya yang ada pigura foto selfie mereka. Tak berapa lama Raissa menelpon. "Mas, ditaruh di kantor Mas?" Tanya Raissa panik. "Iya dong, barusan rapat sama semua kepala departemen juga disini." jawab Aditya enteng. "Hah?!?! semua orang tahu dong? Mas gimana nanti ada yang lapor ibumu?" kata Raissa panik. "Biar saja, lapor saja.. Aku sudah menjalankan rencanaku. Tenang saja, semua akan berjalan sempurna. Sayang, kita sudah tidak perlu bersembunyi lagi! aku akan menjemput dan mengantarmu pulang, kalau aku ingin makan siang bersamamu bisa langsung kulakukan, kalau aku ingin kencan denganmu tidak usah mencari tempat yang jauh dari peredaran keluargaku. Mulai hari ini kita bebas Sa!" kata Aditya. "Wow.. beneran? seperti mimpi rasanya!! Aku boleh memanggilmu Mas di depan umum?" tanya Raissa. "Yes, please!" kata Aditya tersenyum senang. "Horeeee...." Raissa berteriak kegirangan sehingga Asya dan Peni mendekatinya bertanya ada apa. Aditya hanya mendengarkan sambil tersenyum ketika Raissa menjelaskan pada sahabat sahabatnya. "Oh.. aku harus memberitahu Liza. sudah dulu ya mas!! aku tidak mau dia dengar dari orang lain! Mas.. i love you full!" kata Raissa gembira. "Love you too cantik!" kata Aditya dan merekapun menyudahi percakapan mereka. Ia membayangkan para gadis-gadis itu melompat-lompat kegirangan sambil menelepon Liza. Tapi pekerjaan Aditya belum selesai, ini baru permulaan, sekarang ia tinggal menunggu, menunggu reaksi keluarga Bhagaskara yang pastinya kebakaran jenggot. Tapi panggilan itu paling lambat akan diterimanya besok. Saat ini ia akan memanfaatkan waktu untuk menyusun rencana dan strategi. Lalu nanti malam, ia akan membawakan makanan enak buat Raissa dan mereka akan makan malam bersama. Lalu Aditya teringat Asya karena Peni jadwal jaga malam ini. "Alex, nanti malam bisa tidak kau jalan-jalan dulu dengan Asya kemana kek. Sampai jam sepuluh malam kalau bisa." kata Aditya ketika menelepon Alex. "Gampang Bro! Congrats yaa.. aku sudah dengar dari Satya, dia memberitahuku sambil terus-terusan tertawa. Nikmatilah waktumu dengan Raissa, kurasa paling lambat besok keluarga kita akan memanggilmu." kata Alex. "Pastinya.Thanks Alex, sampai jumpa!" kata Aditya sambil menutup telepon. Lalu Aditya meneruskan pekerjaannya sambil bersiul-siul gembira.