webnovel

Tawaran Kerja Sama

Tes...tes...tes...

Suara air hujan terdengar dengan jelas di telinga Raina, ia berdiri dengan ekspresi sedih di depan Kediaman Muren. Dulunya rumah besar itu adalah tempat tinggal Raina tapi sekarang rumah itu hanya menjadi tempat berlumuran darah yang menyimpan setiap keping rasa sedih dan dendam Raina.

Kalian harus mengalami hal yang kurasakan saat ini, tunggu saja!!! Aku pasti akan membalas dendam atas pembantaian ini!!

tekadnya sambil mengepalkan tangannya dengan ambisi besar yang membara di hati.

Prok...prok...prok...

"Setelah ini, sepertinya kamu akan berniat untuk membalas dendam. Tapi apakah kamu pikir orang yang tidak punya kemampuan bisa membalas dendam dengan mudah?"

Raina berbalik badan dan menatap pria yang berdiri di depannya dengan kesal, dari tatapan mata pria itu dia bisa merasakan kesedihan sekaligus rasa kesepian yang membuatnya merasa tidak asing akan mata pria itu.

"Siapa anda?"

"Memangnya penting untuk mengetahui indentitasku di saat aku berniat membantumu? Huft... Aku benar benar tidak menyangka jika Nona Muda Keluarga Muren akan terjatuh dengan cara seperti ini...." Pria itu menatap Raina dengan tatapan merendahkan.

Namun anehnya ia malah merasa jika tatapan merendahkan pria itu seperti sedang mendorongnya untuk bangkit.

Raina menghela nafas panjang lalu berjalan mendekati pria itu, ia menatap mata pria itu dengan lekat.

"Tuan, jika anda kemari hanya untuk merendahkan saya maka akan lebih baik jika anda pergi, dan satu lagi sepertinya kita belum saling mengenal tapi anda sudah lancang memakai bahasa santai saat berbicara dengan saya."

Mendengar perkataan Raina, pria itu hanya tersenyum dan memberikan payung hitam yang dari tadi dia genggam sambil bergumam dalam hati, Jelas jelas dia tahu aku sedang memberinya dorongan untuk bangkit tapi ternyata reaksinya berbeda dari yang kubayangkan, Menarik...

"Untuk apa anda memberikan payung anda? Saya sudah basah kuyup seperti ini jadi tidak ada gunanya anda memberikan payung anda." ia memalingkan wajahnya sambil menggenggam payung itu dengan tangan gemetaran karena kedinginan.

"Baiklah Nona, jadi apakah anda akan mengembalikan payung itu pada saya? Tidak kan?"

"Cih, karena anda sudah memberikannya maka saya akan menerimanya untuk menghormati niat baik anda..."

Pria itu hampir terkikik mendengar jawaban Raina tapi dia menahan tawanya dan kembali berbicara, "Saya Arian Zeto, jika anda membutuhkan bantuan saya maka anda bisa datang ke MARKAS PUSAT PEMBUNUH. Anda tahu tempatnya bukan?"

Setelah berkata hal itu, dia berjalan meninggalkan Raina. Entah kenapa ia tiba tiba merasa sedikit hampa saat menatap punggung pria itu yang berjalan menjauh darinya. Sekali lagi, ia merasa seperti telah ditinggalkan.

Kenapa aku merasa seperti ini? Dia hanya orang asing tapi kenapa aku merasa begitu akrab?

Dengan perlahan, ia membuka payung hitam itu dan berjalan pergi. Kini hatinya merasa sangat bingung, ia ingin membalas dendam tapi ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayai pria yang baru saja dia temui, dalam hati kecilnya ia juga tidak percaya akan kemampuan yang dia miliki.

Bruukk...

Tanpa sengaja, Raina menabrak seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Payung mereka bersentuhan dan kedua payung itu lepas dari genggaman mereka, payung payung itu jatuh ke dalam genangan air hujan di sekitar mereka. Raina segera mengambil payungnya, begitu juga pria itu.

"Maafkan saya, tadi saya melamun jadi tanpa sengaja saya malah menabrak anda." sesalnya sambil menundukkan kepalanya, tiba tiba orang itu mengangkat dagu Raina dan menatapnya dengan senyum senang.

"Raina, akhirnya aku menemukanmu..."

Saat menatap pria itu, tanpa sadar, Raina menitikkan air matanya dan memeluknya dengan spontan. Dia memeluknya dengan erat hingga tak rela melepaskan pelukannya.

Noah...kenapa kamu baru datang? Aku sangat takut dan kedinginan.

Setelah beberapa menit mereka melepas pelukan mereka dan masuk ke sebuah cafe kecil di dekat jalan itu.

Mereka berbincang di sana sambil menikmati kopi panas.

"Lama tidak bertemu, aku segera pulang kemari setelah mendengar kabar tentang keluargamu. Aku pikir itu berita bohong tapi setelah melihat kondisimu sepertinya berita itu benar."

"Oh...begitukah?"

Malam itu mereka lalui dengan perbincangan panjang, setelah beberapa jam duduk berdua di dalam cafe itu mereka akhirnya keluar dan berpisah di luar cafe.

"Sampai jumpa...aku harap kita bisa bertemu lagi dalam waktu dekat ini."

"Aku juga berharap begitu Noah..."

Mereka mengakhiri perbincangan mereka dan berjalan pergi ke arah yang mereka tuju. Raina menggenggam kalung yang tadi diberikan Noah padanya dengan erat hingga kalung itu putus, ia menatap kalung itu sejenak lalu membuangnya ke tempat sampah.

Maaf, Noah... Bagiku kalung ini sudah tidak ada artinya lagi.

3 Hari Kemudian

Markas Pusat Pembunuh

Raina berdiri dengan gugup sambil menatap bangunan itu dengan teliti. Dari luar bangunan itu terlihat megah dan mewah, hal itu membuatnya tidak yakin jika dia sudah pergi ke tempat yang benar.

Greeepp...

Raina meyakinkan dirinya lalu perlahan berjalan masuk ke tempat itu. Sesuai bentuk luarnya, bagian dalam bangunan itu juga sangat mewah dengan dihiasi lukisan dan patung patung mahal. Namun tempat itu terasa sepi seperti sebuah tempat yang ditinggalkan.

Merasa penasaran, ia terus berjalan menyusuri koridor hingga tiba tiba langkahnya terhenti oleh suara seorang wanita. Raina berbalik badan dan menatap wanita yang juga sedang menatapnya dengan curiga.

"Siapa anda? Apa anda pikir tempat ini bisa anda masuki sesuka hati?" wanita itu bertanya pada Raina dengan nada kesal, kali ini ia penasaran siapa lagi wanita yang akan dibawa bosnya. Selama ini ia sudah sangat bosan mengatasi permintaan mantan mantan bosnya yang meminta pertanggungjawaban berupa ganti rugi. Ia mengira jika Raina adalah salah satu dari ratusan mantan Arian.

"Saya Raina Muren, saya kemari karena ingin bertemu dengan Tuan Arian Zeto..."

"Huft...apakah anda salah satu mantan Tuan Arian? jika iya maka saya akan memenuhi semua permintaan anda asalkan anda bersedia putus dengan Tuan Arian." mendengar perkataan wanita itu, Raina mengerutkan dahinya dengan bingung.

Jadi....Arian Zeto adalah seorang playboy, benar benar tidak bisa dipercaya. Apakah mata itu telah membohongiku?

"Maaf Nona tapi saya bukan mantan Tuan Arian, saya hanyalah orang yang baru pertama kali bertemu dengannya."

"Kalau anda bukan mantan Tuan Arian lalu untuk apa anda kemari?"

"Oh...saya kemari untuk membicarakan hal yang sangat penting. Um...bisakah anda mengantarkan saya ke ruangan Tuan Arian?"

Wanita itu mengangguk dan mengantar Raina hingga ke depan ruangan Arian. Sebelum Raina sempat mengetuk pintu, wanita itu menarik tangannya dan membisikkan beberapa kata kepada Raina, "Aku Cecil...hati hati dengan tuan Arian, jangan sampai anda menjadi salah satu mantannya."

Mendengar hal itu, ia hanya tersenyum geli lalu segera mengetuk pintu ruangan itu. Setelah masuk ke dalam ruangan itu, mata Raina tertuju pada Arian yang tengah duduk di sofa sambil meminum teh, saat itu aura misteriusnya benar benar membuat Raina merasa merinding.

"Apa anda benar benar bisa membantu saya?" tanyanya dengan ragu, ia takut pertanyaannya justru akan menyinggung Arian.

"Akhirnya anda datang juga, setelah 3 hari saya pikir anda memutuskan untuk tidak datang ke tempat ini. Apa ada seseorang yang telah mengubah keputusan anda?"

"Tuan, hentikan basa basi anda dan kita langsung saja ke intinya. Bagaimana cara anda membantu saya? Saya yakin anda pasti menginginkan hal lain sebagai balasan..."

Arian tersenyum kecil lalu memberikan sebuah dokumen pada Raina, dokumen itu adalah kontrak kerja sama yang telah disusun olehnya secara pribadi.

"Baca itu!!"

Ia menurut dan membaca dokumen itu, ia tidak menyangka jika isi dokumen itu berbeda jauh dari pikirannya, namun di sisi lain ia juga curiga akan niat asli Arian. Dari awal bertemu, dia benar benar bingung akan sikap Arian, ia takut jika Arian adalah musuh yang berpura pura menjadi orang yang membantunya membalas dendam. Dengan ragu, Raina melanjutkan membaca dokumen itu hingga bagian akhir.

PERJANJIAN KERJA SAMA

PIHAK YANG BERSANGKUTAN :

• Pihak 1 : Arian Zeto

• Pihak 2 : Raina Muren

ISI PERJANJIAN :

• Pihak 1 bersedia membantu pihak 2 untuk membalas dendam atas pembantaian keluarganya dan sebagai gantinya pihak 2 juga harus membantu pihak 1 untuk membalaskan dendam pribadinya.

• Pihak 2 akan diberi fasilitas lengkap berupa mobil, rumah,villa,apartemen pribadi, kartu kredit,kartu ATM serta semua hal yang dibutuhkan pihak 2.

• Pihak 2 harus menjalani pelatihan pembunuh dari pihak 1 selama 5 tahun agar kemampuannya bisa meningkat.

• Pihak 2 akan diberi posisi direktur Group Zeto setelah 3 tahun pelatihan.

• Masa berlaku kontrak adalah 15 tahun dan setelahnya pihak 1 akan tetap menunjang pihak 2.

• Marga pihak 2 harus diubah menjadi Zeto.

• Pihak 2 dilarang melakukan kerja sama dengan orang lain selama masa berlaku kontrak belum berakhir.

RAINA MUREN                     ARIAN ZETO

...

"Group Zeto?" tanya Raina dengan wajah bingung.

"Oh...rupanya anda belum tahu. Kalau begitu saya akan memperkenalkan diri saya sekali lagi. Saya Arian Zeto, Ketua Pusat Pembunuh sekaligus CEO Group Zeto. Perusahaan saya cukup terkenal tapi sepertinya anda masih belum tahu apapun..."

"Lalu, dendam pribadi apa yang anda maksud dalam perjanjian ini? Ah.. anda tidak perlu menjawabnya jika anda merasa tidak nyaman dengan pertanyaan saya."

"Dulu..., saat saya masih berusia 10 tahun keluarga saya dibantai oleh seseorang yang sangat kejam. Saat itu saya merasa sangat tidak berdaya tapi saya memutuskan untuk bangkit lalu membalas dendam pada orang orang kejam itu, Mungkin bisa dibilang kita senasib. Hal ini juga yang membuat saya memilih anda, saya yakin seseorang yang memiliki dendam di hatinya akan membawa banyak keuntungan."

Arian menceritakan hal itu sambil tersenyum, walau dia teulihat tersenyum Raina bisa merasakan kesedihan mendalam dari matanya.

Sebelum Raina bisa berkata kata, Arian mengambil sebuah bolpoin dan memberikannya pada Raina, "Untuk bertemu saja kita sudah memakan waktu 3 hari jadi saya harap kali ini anda segera mengambil keputusan."

"Keputusan?"

"Iya, saya tidak akan memaksa anda jika anda menolak tawaran saya tetapi bukan berarti anda boleh untuk tidak mempertimbangkan tawaran saya. Jadi bagaimana keputusan anda Nona Raina?"

Apa aku harus menerima tawaran ini, kali ini dia terlihat seperti pria yang dapat dipercaya tapi kenapa aku masih ragu...

....

Cafe,3 hari yang lalu....

"Maafkan aku, seharusnya aku kembali lebih awal supaya bisa membantumu. Ngomong ngomong, di mana kamu tinggal?, bukankah Kediaman Muren masih dalam proses penyelidikan Polisi?"

"Iya, mereka pasti tidak akan bisa menangkap pelakunya. Bagaimanapun kasus ini di luar kemampuan mereka..." katanya sambil meminum kopinya.

Raina, kenapa kamu terus menyiksa dirimu dengan pura pura baik baik saja?

Malam itu semakin larut dan kini hanya tersisa 2 orang dalam cafe itu. Hal itu menguntungkan mereka karena mereka bisa berbincang dengan leluasa tanpa mempedulikan orang lain.

"Aku sudah melihat semuanya, pria yang tadi menghampirimu dan kata katanya. Jadi apakah kamu akan menemui pria itu? Mungkin saja pria itu bisa membantumu membalas dendam..."

"Noah, bagaimana bisa aku mempercayai pria yang baru pertama kali kutemui?"

"Tapi dulu kamu juga mempercayai aku walaupun kita baru pertama kali bertemu, aku tahu kali ini situasinya memang tidak bisa dibandingkan dengan saat itu tapi terkadang orang asing malah bisa dipercaya lebih dari orang terdekat..."

Raina hanya terdiam mendengar kata kata Noah, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa perkataan Noah ada benarnya namun perasaanya benar benar kacau hingga tak ingin memikirkan banyak hal.

"Ngomong ngomong apakah kamu tahu pelaku di balik pembantaian itu?"

Raina sangat terkejut hingga hampir menjatuhkan gelas kopi yang sedang ia pegang. Dia meletakkan gelasnya dan memandang Noah dengan ragu.

~ BERSAMBUNG ~

Next chapter