13 Tikus

***

Alfred meminum segelas coklat hangat sembari memerhatikan rekaman dari kamera CCTV yang terpasang di ruangan tempat Harrison dan Alanna berada.

Terlihat Alanna dan Harrison berunding agar mereka bisa kabur dari sana juga menghabiskan anggota CIA termasuk Alfred.

"Hm tontonan yang menarik," ujar Alfred.

Lalu ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu. Alfred membuka pintunya, baru saja membuka pintu, Alfred sudah melihat Jennifer yang berniat kabur dengan pistol ditangannya. Mereka berdua sama-sama terkejut saat berpapasan itu.

Jennifer pun langsung mengacungkan pistol yang dibawanya mengarah Alfred. Alfred yang polos hanya mengangkat kedua tangannya layaknya seorang maling yang ke tangkap oleh polisi.

Jennifer berjalan mendekat Alfred. Namun Alfred tetap bersikap polos.

"Kamu! kalau kamu sampai menghalangiku, akan ku habisi kamu. Diam saja disini, paham?!" ancam Jennifer dengan suara pelan. Alfred mengangguk pelan dengan eksepsi wajah layaknya seseorang yang takut.

Kemudian Jennifer menyimpan pistolnya, berjalan menuju pintu keluar. Namun lima langkah ia berjalan, Alfred beraksi.

Ia merebut pistol yang ada disaku celana Jennifer lalu menarik kaki Jennifer hingga terjatuh. Alfred juga langsung mengikat tubuh Jennifer menggunakan tali yang berada tidak jauh dari sana.

Setelah itu Alfred menarik Jennifer yang terus saja memberontak. Membuat semuanya terbangun dari tidurnya dan buru-buru keluar dari kamar.

"Astaga," ujar Carl yang baru keluar dari kamarnya. Sedangkan Axel dan Emma, membantu Alfred membawa Jennifer.

Ashley, Judith dan Carl hanya geleng-geleng kepala menyaksikan itu. Mereka tidak menyangka bahwa Jennifer akan begini.

"Dia sudah benar-benar gila," ujar Carl sambil memijat kening kepalanya.

"Tengah malam berulah, seperti hantu saja," gerutu Judith. Sedangkan Ashley malah justru membicarakan yang lain padahal teman-temannya sedang membahas perilaku Jennifer.

"Alfred hebat ya? dia bisa dengan mudahnya melumpuhkan Jennifer sendirian tanpa senjata apapun," puji Ashley yang membuat Carl dan Judtih menghadap kearahnya secara bersamaan.

"What?" tanya Judtih agak-agak heran. Ashley menatap kearah dua rekan kerjanya. Ia mengangguk pelan.

"Hmm," guman Ashley sembari mengangguk. Seusai itu Ashley masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya.

Tak lama setelah itu, Carl dan Judtih juga masuk kedalam kamarnya masing-masing. Begitupun dengan yang lainnya kecuali Alfred. Ya tahu kan dia harus ngapain?

Keesokan harinya...

Ashley mengambil gelas dan berniat untuk membuat beberapa jus. Namun baru saja ia mengambil gelas kedua, Alfred datang dan menghentikannya.

"Tidak usah buat jus untuk kami," suara Alfred tersebut membuat Ashley agak terkejut apalagi semulanya dia hanya sendirian disana.

"Loh memangnya kenapa?" Ashley membalikkan badannya dan menatap kearah Alfred.

"Karena sudah dari tadi saya buat jus dan salad untuk semuanya termasuk untuk kamu," jelas Alfred.

"Ohh," Ashley membalikkan badannya lalu meletakkan gelas yang sempat ia ambil. Kemudian Ashley melepas celemek yang dikenakannya dan keluar dari dapur. Tapi saat dirinya melewati Alfred, Alfred bicara.

"Dua hari kemudian, kita akan kembali ke NY. Kita akan beraktivitas seperti biasanya sampai kalian akan ku hubungi untuk menjalani misi baru," kata Alfred. Ashley menghentikan langkahnya dan menoleh ke Alfred.

"Apakah sekarang kamu menggantikan posisi Harrison?" tanya Ashley dengan wajah polosnya. Alfred mengangguk pelan, tak lama setelah itu Ashley kembali berjalan menuju ruang tengah. Ia ikut berkumpul dengan teman-temannya.

Sesampainya di ruang tengah...

"Ashley. Kalau kamu kesehariannya saat tidak menjalani misi, apa?" tanya Judith spontan.

"Aku?" tanya Ashley sembari duduk di sofa yang kosong. Emma dan Judtih mengangguk. Terlihat Axel dan Carl sedang asyik-asyiknya main game di komputer yang awalnya tidak dipakai siapapun.

"Ya Ashley," ujar Emma.

"Keseharian ku, hanya pegawai biasa," singkat Ashley sembari tersenyum. Padahal jawaban yang diberikannya tidak benar! Dia bukanlah pekerja biasa melainkan direktur utama di perusahaan keluarganya sendiri.

"Kalau kamu Emma? Judtih?" Ashley kini balik bertanya.

"Kami?" mereka berdua saling bertatapan satu sama lain.

"Traveling," ucap mereka seraya merangkul satu sama lain.

"Oh jadi kalian sering traveling?" tanya Ashley yang dibalas anggukan.

"Sedangkan kalau mereka berdua itu, Axel adalah manager suatu toko makanan di mall sedangkan Carl adalah seorang IT di perusahaan properti," jelas Judtih.

"Kalau Alfred... dia doang yang beda dari yang lain. Dia adalah dokter! dokter yang terkenal ramah, baik, dan sopan. Kalau kamu tidak percaya, tanya saja sama orang-orang yang bekerja di rumah sakit Mount sinai medical center. Atau kamu bisa tanya ke penjual atau toko yang berada didekat rumah sakit itu. Pasti mereka mengenal Alfred," cerita Emma.

"Ya aku tahu. Dia lah orang yang merawat Mama dan saudariku," singkat Ashley.

Saat mereka sedang menceritakan Alfred, tiba-tiba saja Alfred datang dan mendengar pembicaraan mereka. Iapun langsung menyambar bagaikan petir.

"Ya, sayalah yang merawat Mama dan saudari, Ashley," sambar Alfred yang membuat semuanya menengok. Bahkan hingga Axel dan Carl yang sedang asyik-asyiknya bermain game.

"Benarkah? jadi kalian sudah kenal lama?" tanya Judtih seraya menatap Alfred yang mau duduk.

"Tidak. Kami baru kenal juga," bantah Ashley secara sopan.

Saat Ashley selesai bicara, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan Alanna. Mengharuskan Alfred, Carl, dan Axel untuk memeriksanya. Sedangkan Ashley, Judtih, dan Emma, mereka mengambil senjata dan bersiap jika terjadi sesuatu.

Saat diperiksa, ternyata Alanna berteriak karena ada tikus besar berwarna hitam.

"Argh!!!! tikus!!!" teriak Alanna yang justru semakin kencang.

Alfred yang melihat itu hanya bisa menahan amarahnya. Kemudian ia masuk kedalam untuk menangkap tikus tersebut. Saat setelah menangkap tikus, Alfred justru mendekati Alanna yang begitu takut melihat tikus.

"Jadi kamu takut tikus?" tanya tenang Alfred dengan tangan kanannya yang memegang buntut tikus. Alanna mengangguk lalu memerintah.

"Sudah! jauhkan tikus itu dariku!" pinta Alanna yang begitu takut.

"Baiklah, akan ku buang tikus ini," jawab Alfred.

Kemudian Alfred berjalan kearah pintu ruangan tersebut, sesampainya di pintu iapun melepas tikus tersebut agar berkeliaran di ruangan itu. Membuat Alanna benar-benar takut dan tegang.

Alanna terus berteriak ketakutan membuat semuanya jadi tertawa termasuk Harrison yang awalnya biasa saja. Ashley, Judith, dan Emma yang keheranan melihat tiga rekannya itu sedang tertawa langsung berlari kearah sana untuk melihat apa yang terjadi. Begitu kesalnya mereka saat melihat.

"Ih jadi ini yang bikin heboh?" tanya geram Emma.

"Uh itu tikus yang imut," ujar Judtih.

Sedangkan Ashley hanya diam menatapi pemandangan yang dilihatnya tersebut. Tak butuh waktu lama, Ashley langsung membalikkan badannya dan berjalan menuju ruang tengah untuk beristirahat disana. Alfred yang melihat itu mengikuti Ashley dan ikut duduk disebelahnya.

"Bete ya?" tanya Alfred sembari duduk disebelah Ashley.

"Ya bete banget aku," singkat Ashley dengan wajah masam.

"Sabar, bentar lagi kita juga kembali ke aktivitas seperti biasanya," Alfred menepuk-nepuk punggung Ashley.

avataravatar
Next chapter