1 Tampan, ya?

"John! John! be... berhentilah! aku sudah tahu watak kamu yang sebenarnya!" teriak Alfred dengan kondisinya yang sudah lemah.

"Ha...ha...ha.... jadi kamu sudah tahu ya dalang dibalik peristiwa selama ini?" ucap John sembari tersenyum psikopat.

"Ya. Selama ini, rekan-rekan ku tertipu denganmu. Tapi, hari ini! akan ku habisi kau! meskipun aku sudah lemah karena ulahmu, namun tugas akan tetap terlaksana!" ujar Alfred.

"Alfred. Kamu jangan bermimpi untuk mengalahkan ku! sebentar lagi kamu juga akan mati terbunuh oleh ku. Hahahaha," John kembali tertawa layaknya seorang psikopat.

Sedangkan di sisi lain...

"Emma! kamu cari diarah kanan sekarang! Alex! kamu pergi bersama Emma! dan Judith! kamu pergi bersama Carl kearah kiri! aku akan cari sendiri kearah lurus sana. Kita harus segera membantu Alfred atau dia akan tiada!" perintah Jennifer.

Setelah itu mereka berlima mulai berpencar mencari keberadaannya Alfred.

Ditempat Alfred...

"Sudah tertawanya? mau mati kenapa masih tertawa?" ucap Alfred sembari memegangi luka diperut bagian kiri.

"Apa katamu? mau mati kenapa masih tertawa? kamu yang akan mati! bukan aku," bantah John.

"Sebelum aku membunuh orang seperti kamu, takkan pernah aku bisa musnah!"

"Hahahaha banyak bicara kamu ya, Alfred?" tawa John terus-menerus.

Alfred mengambil pistol dari saku celananya lalu mengacungkan kearah John yang sedang tertawa itu.

"Diam! akan ku tembak kau!" ancam Alfred.

"Tembak? apa kamu bilang? tembak?" John berjalan mendekati Alfred. "Tembak saja kalau berani, silahkan!" lanjut John.

John mendekati ujung pistol Alfred ke dahi nya tanpa rasa takut sedikitpun. Justru itu membuat Alfred heran.

Tak lama Jennifer, Emma, Alex, Judith, dan Carl kembali berkumpul. Mereka melihat Alfred dan John yang saling berdekatan tersebut.

"Astaga, apa yang akan dilakukan oleh John?" tanya Alex.

"Ini bahaya! ini jebakan! aku harus menyelamatkan Alfred," Jeniffer berlari kearah Alfred tetapi dicegat oleh teman-temannya.

"Jangan Jeniffer! jangan! lebih baik kita disini saja! kita belum tahu apa yang direncanakan oleh John dan apa rencana Alfred," cegat Judith.

"Iya betul. Kamu tahukan bahwa Alfred itu cerdik kan?" ujar Emma.

"Kita tunggu saja rencana Alfred selanjutnya," ucap Alex.

"Tapi kalau sampai terjadi sesuatu dengan Alfred, bagaimana?" tanya khawatir Jennifer.

"Tenang Jennifer, itu tidak akan terjadi. Tetapi kalau sampai terjadi, kita baru maju," ujar Carl.

Kembali ketempat Alfred. Terlihat Alfred terus menatap John yang sedang tak waras tersebut.

"Tembak aku! tembak!" teriak John.

"Apakah kamu sudah lelah hidup?" tanya lugu Alfred.

"Iya, tapi jika kamu masih ada!" secara tiba-tiba John mengeluarkan pistolnya dan menembak kearah dada Alfred.

Alfred pun lengah karena luka baru yang diterimanya. Saat itu juga, John memanfaatkan waktunya untuk menghabisi Alfred. Ia melempar sebuah peledak ke Alfred, dan peledak tersebut meledak serta menghancurkan lantai balkon bangunan tempat mereka berada.

Alfred pun terpental jauh dengan keadaan tak berdaya. Jeniffer yang melihat itu, sontak saja langsung menembak kaki John agar tidak bisa pergi kemana-mana.

Carl dan Judith berlari kearah John untuk memborgol tangannya serta menyerahkan John ke pihak polisi.

Tetapi sebelum mereka sampai ditempat John berada, Emma sudah memuntahkan peluru pistolnya kearah John. Peluru tersebut tepat mengenai otak John dan akhirnya John wafat disana.

Jennifer berlari ketempat Alfred berada yang didampingi oleh Alex dan Emma. Jennifer memeluk Alfred dengan erat dan matanya yang berkaca-kaca.

"Kamu jangan meninggalkan aku! jangan tinggalkan kita semua. Kamu adalah yang berharga bagi kami!" ucap Jennifer.

"Alex! hubungi polisi dan ambulance segera!" teriak Emma.

Alex menghubungi pihak polisi serta ambulance agar segera datang ketempat mereka saat ini.

"Alfred, bertahan ya," ujar Jennifer.

"Jennifer...a... aku ingin menyelesaikan tugas ini dengan menembaknya. Izinkan aku untuk menembaknya," ucap Alfred dengan suara nya yang sudah lemas.

"Kamu tenang ya! aku dan yang lainnya sudah membunuhnya. Kamu tidak perlu repot-repot menemuinya untuk membunuh, oke?" kata Jennifer.

Seketika itu, Alfred langsung tak sadarkan diri diatas pangkuan Jennifer. Dada kirinya banyak mengeluarkan darah, serta kepalanya yang terluka.

***

Beberapa menit kemudian...

Petugas polisi dan ambulance telah datang. Para polisi mengurus mayat John, sedangkan petugas ambulance mengurus Alfred, Jeniffer dan teman-temannya.

Mereka sedikit terluka saat sedang pengejaran John tadi. Sehabis itu, mobil ambulance membawa Alfred dan teman-temannya ke Mount sinai medical center, New York agar Alfred mendapatkan penanganan lebih lanjut.

***

Dua puluh menit kemudian...

Mobil ambulance sampai di mount sinai medical center. Para petugas ambulance langsung menurunkan ranjang yang terdapat Alfred lalu membawanya kedalam rumah sakit.

Jeniffer dan teman-temannya berjalan didekat ranjang tersebut. Terlihat para suster langsung memanggil dokter agar segera ke ruang operasi. Tampak ada seorang suster yang mengenal Alfred. Ia terkejut saat melihat Alfred yang sedang terbaring lemah diatas ranjang.

"Apa yang terjadi dengan dokter Alfred? kenapa dia mendapati banyak luka?" tanya panik suster Natalie.

Alfred yang masih setengah sadar mendengar ucapan suster Natalie. Iapun bicara sedikit meskipun tidak terlalu jelas.

"Na.. Natalie! jangan beritahu masalah ini ke publik jika kamu ditanya polisi," ucap Alfred yang tidak terlalu jelas.

"Siap, dok," jawab Natalie.

Setelah itu Alfred memasuki ruang operasi dan mulai ditangani oleh para dokter dan suster.

***

Keesokan harinya...

"Dokter Alfred, ada pasien lagi yang akan segera masuk," jelas Natalie pada Alfred.

"Baik, sus," jawab Alfred.

Tak lama, masuk seorang wanita muda bersama wanita dewasa. Terlihat wanita muda tersebut sangat memperhatikan keadaan wanita dewasa yang bersamanya.

"Apa keluhannya, Bu?" tanya Alfred.

"Ini dok, ibu saya sudah beberapa bulan tidak menstruasi. Kami kira mungkin proses menopause sebentar lagi. Tetapi ya mama saya masih muda, masa cepat banget menopause nya? jadi kami putuskan untuk periksa ke dokter," jelas Ainsley.

"Oh begitu. Baik, saya periksa dulu ya ibunya. Silahkan naik ke ranjang, bu," ujar Alfred.

Setelah itu mama Ainsley menaiki ranjang lalu menidurkan dirinya diatas. Terlihat Ainsley berdiri disamping mamanya sembari menatap Alfred.

"Astaga, pengen deh punya suami seperti ini. Sudah tampan, cerdas pula," batin Ainsley.

Mamanya Ainsley menatap kearah Ainsley yang dari tadi fokus menatap Alfred.

"Tampan, ya?" celetuk mama Ainsley yang memecahkan lamunan Ainsley.

"Ih apaan sih, mah? banyak kok teman-teman ku jauh lebih tampan," bantah Ainsley.

Setelah proses pengecekan, mereka bertiga kembali duduk di bangku yang sudah disediakan. Alfred mencatat keluhan serta hasil yang ia lihat tadi.

"Hmm, jadi begini. Penyebab tidak menstruasi itu karena ibu memiliki miom sehingga menghambat darah keluar," jelas Alfred.

"Apa dok? miom?" tanya terkejut Ainsley.

"Iya, dan miom nya sudah cukup besar. Sehingga sangat menghambat darah menstruasi keluar," ujar Alfred.

"Salah satu jalan agar miom hilang pasti operasi kan, dok? saya mau mama saya cepat sembuh, jadi operasi saja sekarang," ucap Ainsley tanpa berpikir panjang.

"Tidak, Ainsley! kita harus beritahu yang lainnya juga. Lagipula mama pengennya kamu nikah sama dokter ini, pasti mama sembuh," canda mama Ainsley.

Alfred tersenyum sedikit mendengar ucapan mama Ainsley. Sedangkan Ainsley terkejut dan malu mendengar ucapan mamanya.

"Apaan sih mah? sudah yuk kita pulang. Dok, kami permisi ya. Terimakasih," ujar Ainsley sembari berdiri.

Setelah itu Ainsley bersama mama nya keluar dari ruangan Alfred.

avataravatar
Next chapter