6 Bagian 6

"Heh, pertama lu sebut gue neng, kedua lu sebut gue cewek. Terus lu apaan? Bebek muara gitu?" Levin terduduk menatap kakaknya aleya.

"Bodo amat." Setelah itu aleya mengambil tas sekolahnya lalu pergi keluar kamar.

"Aleya Getana?!" panggil Levin kencang.

"Ada apa wahai babu ku Levin getana?" aleya menoleh tersenyum paksa lalu berjalan kepintu.

"Mau kemana lu kak? Ini kan udam malem, mommy bilang lu dilarang pacaran jam segini." Cegah Levin mendudukan tubuhnya berbicara dengan wajah kaku.

"Heh, pacaran lu bilang. Pacar gue aja masih merantau dikorea nyari duit buat modal nikah, berisik lu." Leya.

"Dih, halu nya lancer." Levin mencibir.

"Biarin, udah eh gue mau kencan sama selingkuhan gue kocheng Oren BTS." Sahut aleya pergi.

"Itu kakak gue bukan sih? Jelek banget perasaan." Levin terkikik geli menatap pintu kamar yang masih terbuka bekas keluarnya putri keluarga getana itu.

"LEVIINN..GUE BELUM JAUH JADI GUEE DENGER YAK?!!" teriak leya dari luar.

"Eh tu makhlus halus bisa denger." Bisik Levin pada diri sendiri.

Malam begitu pekat dengan gelapnya langit, Udara semakin menipis tanda larut telah tiba,angin yang dingin terpaksa menyentuh kulit lembut seorang aleya.

Halte yang yang sudah sepi saat malam, aleya sendiri menunggu bus datang. Terlihat banyak kendaraan berlalu Lalang.Namun, leya terpokus pada plat mobil mobil yang melewatinya. Pikirannya masih sama seperti dulu, mengharapkan kembalinya sahabat terbaik dan kini ia menambah pemikirannya untuk mencari pemilik mobil yang telah membuat calon adikknya tak jadi lahir.

"Akan ku cari sampai dapat." Bisik leya pada diri nya sendiri.

Bus biru telah datang mampir di halte ia beridiri, tak perlu waktu lama leya segera manaiki bus itu, ia duduk disalah satu kursi penumpang sendirian, bus malam memang selalu sepi penumpang.

"Leya melihat ke jalan dari jendela, kota ini masih sama, hanya menyisakan kenangan pahit saat ia kehilangan dua orang penting dalam hidupnya.

"Tujuannya kemana dek? Permisi." Tanya seorang kenek.

"Toko buku Gloria, jalan mawar." Jawab leya tersenyum menanggapi.

Kenek itu mengangguk mengerti,lalu menagih ongkos. Leya membuka dompetnya dan memberi selembar uang pas.kenek itu pergi, leya kembali menatap luar dari jendela.

"Kau tahu? Aku ingin sekali pergi kekorea." Bincang gadis pada teman duduknya dikursi belakang bus.

"Aku juga, jika ada kesempatan aku ingin sekolah dikorea, namun sayang uang orang tua ku tak cukup jika harus membiayai pendidikanku diluar negri." Jawab yang satunya.

Leya terdiam,dan ikut menyimak ditempat.

"Benar sekali, jika kita sekolah disana, pasti akan ada kesempatan bertemu idol idol tampan huwaa..baru membicarakannya saja aku kegirangan."

"Huuuuu..aku ingin sekali kekorea, aku ingin bertemu oppa oppa disana."

Leya sedikit tertarik dengan pembicaraan itu, orang tua nya memang berasal dari keluarga berada.tapi, leya sama sekali tidak berpikir untuk sekolah diluar negeri.

'Tiinn.."

Suara klakson bus berhenti, leya melihat spanduk jalan, ia sudah sampai. Ia turun dari bus tapi sebelum itu ia menengok kearah gadis gadis sebaya nya tadi yang masih asik mengobrol. Leya berbalik.

"Awwhhss.." leya mengaduh sakit.

"Kamu gak papa?" tanya seseorang didepannya. Ia meliat siapa pemilik badan keras yang tak sengaja ia tabrak.

"Ng-nggak papa." Jawabnya guup.

Seorang laki laki satu sekolah dengannya,bernama Arga. Arga merupakan siswa famous disekolahnya, ketua tim basket dan murid kebanggaan guru. Sebenarnya leya sedikit tertarik.tapi, ia tahu wajahnya tak semenarik arga. Jadi leya tak terlalu terobsesi untuk memiliki siswa tampan itu.

"Kamu serius? Barusan kamu mengaduh sakit." Arga sedikit khawatir mengusap kening leya spontan.

Leya terkejut dengan sedikit sentuhan arga dikeningnya, leya menepis pelan.

"Aku gak papa kok, aku nya aja tadi buru buru. Kalo gitu aku permisi ya." Pamit leya.

"Eh? Tunggu!" cegah nya.

"Kenapa?" tanya leya menoleh.

"Arga, kamu leya kan? Temannya nayeon?" Arga mengulurkan tangannya mengenalkan diri.

Leya melirik uluran tangan itu dengan bingung. Tak berselang leya ikut mengulurkan tangannya bersalaman.

"Aleya,kamu siapa nya nayeon?" tanya leya.

"Aku sepupunya, aku sering liat kamu main sama nay." Jawab arga tersenyum gusi.

"Owh sepupu? Pantes wajah kalian sedikit mirip hehe."

"Kamu mau kemana?" tanya arga lagi.

"Ke toko buku Gloria." Jawabnya.

"Owh beneran? Aku juga mau kesana bareng aja kalo gitu." Arga.

"Tapi,.." leya belum sempat berbicara, arga terlebih dahulu menariknya turun dari bus.

"Yok!" ajak arga.

"Tunggu," cegah leya.

Arga menoleh,matanya menatap intens manis leya. Leya menunduk gugup, tangganya menunjuk ketangan satunya lagi yang sedang digenggam oleh laki laki tampan itu. Arga terkejut,ia lupa melepaskan genggamannya.

"Maap maap, aku gak sengaja." Ucap arga lalu menggaruk pundaknya tidak gatal.

"Hem." Setelah itu leya berjalan lebih dulu.tapi, arga mengikutinya dari belakang.

Tanpa diketahui masing masing, keduanya tersenyum.

"Jadi, toko Gloria itu toko buku?" tanya arga cengo saat sudah sampai ditujuan mereka.

"Kamu baru tahu?" tanya leya kebingungan.

Arga terlihat panik,ia memalingkan muka dan menggaruk singkat hidung mancungnya.

"A-aku tadi euu..maksud ku..emm itu.." arga sedikit panik ditanyai leya yang menatapnya.

"Woy leya! Ngapain lu disitu,cepet masuk dingin diluar, malah pacaran ni bocah." Sahut seseorang dari pintu toko menghampiri mereka berdua.

"Nayeon?" tanya arga terkejut. Leya dan nay meoleh padanya.

"Kok lo disini?" arga menunjuk nay.

"Terus kenapa kalo gue disini? Gue nungguin leya, lah elu ngapain disini?" tanya balik nay yang membuat arga kembali panik.

"G-guee..gue mau beli buku lah, secara gue anak cerdas disekolah." Jawab kikuk arga lalu meningglkan mereka berdua diliuar dengan masuk ketoko tersebut.

Nay dan leya hanya menatap aneh punggung arga.

"Lu kenapa bisa bareng sama tu makhluk?" tanya nay.

"Tadi gue gak sengaja tabrakan dibus." Jawab leya.

"Hah? Yang bener?" terlihat nay yang tak percaya.

"Bener lah, ngapain gue boong." Leya mendelik.

"Asal lu tahu ya, si arga itu anti banget sama bus,dia juga kemana mana bawa motor jadi kayak gak mungkin kalo kalian ketemuan dibus. Apa jangan jangan.." nay menyipikan matanya menatap leya dengan telunjuk mengarah padanya.

"Jangan jangan apaan? Jangan sembarangan kalo ngomong,udah eh gue mau nyari buku." Sahut leya meninggalkan nay dengan wajah cemberut.

avataravatar
Next chapter