3 Bagian 3

Waktu berlalu, witta yang tersadar dari koma pun siuman. Ia melihat sekeliling, ada beberapa suster bersmanya. Salah satu dari mereka menyadari pasien telah siuman.

 

Kini,witta mulai sadar sepenuhnya dan merasakan sakit luar biasa pada tubuhnya. Kaki dan lehernya tak bisa ia gerakan. Tubuh nya serasa kaku. Tak berselang lama witta merasakan sakit dikepalanya hebat. Suster terkejut dengan keadaan pasien dan segera memanggil dokter diruangannya.

 

Satu minggu berlalu, kini keadaan witta berangsur membaik. Ia rindu dengan sahabat manjanya leya, sudah semenjak kecelakaan itu ia tak pernah berjumpa dengannya.

 

"bunda, aleya kemana? Kenapa aleya gak jenguk witta?" tanya witta pada sang ibu. Tanpa disangka sangka ibu witta menangis. Witta yang bingung bertanya.

 

"kenapa ibu menangis? Witta baik baik saja ibu, witta hanya bertanya aleya kemana ibu."

 

"al-aleya, dia..dia pergi keluar negeri nak." Jawab sang ibu memeluk sang anak.

 

"maksud ibu apa sih? Jangan boong bu, leya gak mungkin ninggalin witta. Leya sayang sama witta, witta juga sayang sama leya. Leya gakboleh punya teman selain witta diluar sama, pokoknya gak boleh hiks. Ibu bohong." Witta menepis pelukan ibunya dan pergi keluar kamar inap.

 

"WITTA,KAMU MAU KEMANA? INI SUDAH MALAM!" teriak ibu witta memanggilnya, Ia berdiri dan mengejar witta.

 

Witta berlari selayaknya anak kecil keluar rumah sakit, ia tak mendengar perkataan ibunya untuk berhenti berlari.

 

"WITTA!! Berhenti, ibu mohon nak?!"

 

" WITTA MAU ALEYA MAU ALEYA POKOKNYA MAU ALEYA!! Hiks hiks huuuuuuu.." witta belari sebisa ia menuju jalan raya, sedikit lagi ia akan sampai dipersimpangan jalan raya.tapi,dengan sigap seseorang menghadangnya.

 

"lepaskan witta,witta mau ketemu aleya bibi,lepaskan witta!" witta terus memberontak dalam pelukan seseorang.

 

"terimakasih nyonya, anak saya masih dalam tahap penyembuhan, saya sangat khawatir." Ibu witta segera mengambil alih witta dan memeluknya sayang. Witta masih sesegukan ingin bertemu aleya.

 

"witta ingin ber-"

 

"DIAMLAH!apa witta tak tahu seberapa khawatirnya bunda pada witta tadi? Bagaimana jika witta sampai kejalan raya?" ibu muda itu membentak sekali anaknya hingga witta terdiam dan menunduk masih dengan sesegukan.

 

"maap sebelumnya nyonya, apa anak ini adalah anak anda?" tanya wanita asing itu.

 

"iya, ada apa nyonya? Apa ada sesuatu tentang anak saya?" tanya ibu witta menggendong anaknya.

 

"Saya ibunya Aleya, kebetulan sekali kita bertemu disini. Saya ingin membicarakan sesuatu dengan Anda tentang putri Anda." Jawab wanita itu mengaku ibu dari Aleya.

 

Dua bulan berlalu, kini aleya sudah sembuh dan pulang dari luar negeri setelah pengobatan panjang. Aleya sangat senang karena akan bertemu sahabat satu satu miliknya bernama witta.tapi, sesuatu terjadi sangat aneh dan diluar perkiraan pemikiran Aleya kecil.

 

Menyisakan kenangan indah Aleya dan Wita, mereka kini sudah kelas enam. Perlahan aleya merasa witta semakin menjauh. Mereka berdua kini jarang sekali mengobrol Bersama,bertemu pun jika bertemu disekolah.

 

"witta tunggu." Teriak leya dari kejauhan didepan gerbang sekolahnya memanggil witta yang ada dihalaman sekolah bercanda Bersama anak anak lain.

 

Witta menoleh, lalu pergi begitu saja tanpa menunggu leya.

 

"hah hah,witta kenapa tinggalkan leya tadi? Leya capek kejar witta terus." Tanya kelelahan leya pada witta.

 

"witta gak mau temenan sama leya lagi. Keluarga leya jahat." Setelah mengatakan itu witta kembali mengacuhkan leya.

 

Leya memegang tangan witta menahan witta utuk pergi. Tapi, segera witta tepis kasar dan tak sengaja mendorong leya jatuh ketanah.

 

"witta kenapa? Kenapa dorong leya?salah leya apa sampai witta gak mau temenan lagi sama leya?" tanya leya menengadah menatap witta dengan sikutnya yang berdarah.

 

"witta gak dorong leya, leya nya aja yang terus terusan ganggu witta. Pokoknya mulai sekarang leya jauh jauh dari witta. Witta benci sama leya." Witta menginjak kaki leya hingga lecet lalu pegi.

 

Leya mengaduh kesakitan, leya menangis melihat kepergian witta.

 

"WITTAA?! Jangan tinggalin leya hiks. Leya gak mau witta benci sama leeyya..huu wittaaaa kaki leya sakit." Suara tangisan leya tedengar oleh salah satu guru yang lewat.

 

"yaallah,leya kamu gak papa? Astagfirullah kaki sama sikut kamu kenapa? Kenapa bias berdarah begini?" tanya bertubi tubi guru maudi kasihan melihat keadaan leya kini yang sedang menangis tersedu sedu.

 

"ibu guru,witta benci hiks sama leya. Salah leya apa bu guru? Leya selalu baik sama witta.tapi,kenapa witta malah benci sama leya huwaa mommy leya mau pulaaaaang." Rengek leya menangis ingin pulang.

 

Bu maudi,yang masih wali kelas aleya merasa kasihan dengan aleya, ia tak tahu apa yang terjadi dengan nya. Segera ia bawa aleya ke UKS dan membawanya pulang.

 

"Assalamualaikum." Salam maudi saat sampai didepan pintu rumah aleya.

 

"Assalamualaikum, permisi."

 

"waalaikum salam, sebentar." Sahut seseorang didalam ruamh tersebut dan tak berselang lama wanita ibu muda itu keluar dan terkejut melihat plaster dikaki dan sikut putrinya.

 

"Ada apa ini? Ada apa dengan putri saya? Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang membuat mu seperti ini Aleya?" Tanya Arsil, ibu Aleya langsung menggendong Putrinya.

 

"Witta..Witta sekarang benci aleya mommy hiks..huwaa,aleya ingin Wittaaaaa." Aleya menangis.

 

Arsil Menatap sayu pada putrinya,Satu sisi ia khawatir dan marah.tapi,satu sisi ia senang mendengar pengakuan Putri sulungnya itu.

 

"Anak itu memang selalu menjadi masalah,Jangan pernah dekat lagi dengannya." Perintah Arsil menatap Leya.

 

"maap Ibu Arsil, Saya.." Bu maudi menceritakan kejadian yang telah ia lihat tadi.

 

Arsil terkejut dan terlihat wajahnya memerah menahan emosi.

 

"saya belum tahu kejadian pasti,Tapi saya harap ibu mau mendengar cerita saya selanjutnya.karena saya yakin cerita ini belum selesai,pasti ada alasan dibalik semua sikap witta pada laya. Kalau begitu saya pamit kembali kesekolah, Permisi. Assalamualaikum." Bu maudi segera pamit dan pergi meninggalkan pekarangan rumah keluarga getana.

 

Aleya masih menangis tersedu dipangkuan arsil. Tanpa diketahui siapapun Arsil tersenyum Miring menanggapi cerita Yang baru saja dilontarkan guru muda itu.

 

"Rupanya Anak itu Cukup penurut." Ucap Arsil dalam hati.

avataravatar
Next chapter