1 Prolog

Sepasang kaki berbalut convers keluaran terbaru itu melangkah menyusuri lorong yang masih terbilang sepi. Kelas demi kelas ia lewati dengan suasana hati yang gembira pagi ini. Radisha Noushafarina, gadis cantik, berkulit putih, hidung mancung dipadukan dengan dua bola mata hazel yang indah, juga bibir yang tipis. Ia melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri lorong sekolah, tak lupa juga tas punggung berukuran sedang bertandang dipunggungnya.

Tahun ini tahun ajaran baru, tahun dimana ia menjadi kakak kelas 12 juga tahun yang akan menjadi tahun berat untuk dirinya dan juga semua anak kelas 12. Karena ditahun inilah mereka akan mengakhiri proses panjang yang mereka sudah lewati dua tahun belakangan.

Namun seketika suasana hatinya berbalik saat melihat label nama yang tertera disamping mejanya itu.

"Ini ada yang nuker ya kan?" protesnya.

"Ada apaan si Sha, pagi-pagi udah marah-marah aja lo." ucap Nina yang baru saja datang tepat dibelakang Radisha.

"Lo liat deh tuh, Nin." Raut wajah Radisha seketika masam.

"WHATT?? Lo duduk sama Dikta? Radikta?" gadis yang kerap disapa Disha itu mengangguk.

"Waduh, makin-makin dah si Dikta jailin lo." Ujar Nina.

"MORNING EPRIBADEHH, LULU DATANGG." Pekikan cempreng memekakan telinga itu datang dari Lulu, sahabat Disha satu lagi.

"Kenapa nih muka pada tegang banget beb kaya dompet tanggung bulan." ucap Lulu. Nina menaruh tasnya dimeja yang sudah tertera label namanya. "Temen lo tuh kena masalah." Ucap Nina asal.

"Kenapa Sha?" tanya Lulu kepo.

"Gue duduk sama Dikta." Jawab Disha kesal.

"Oalahh, kirain kenapa" jawaban Lulu sontak membuat Disha dan Nina keherenan.

"Ko lo biasa aja, Lu." Ucap Nina.

"Ya emang kenapa kalo lo duduk sama Dikta?" kini Lulu malah balik bertanya.

"Lo lupa, kalo dia tuh selalu usilin Disha."

Radikta Alamsyah, lelaki dengan sejuta kejailan. Entah mengapa dirinya begitu usil bin jail terutama kepada Radisha, baginya sehari tidak menjaili Disha itu seperti ada yang kurang dihidupnya. Banyak kejadian buruk menghampiri Disha yang penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah Radikta. Yang paling Disha ingat adalah Dikta pernah menukar bakso milik Disha yang tidak begitu pedas dengan bakso miliknya yang super pedas. Ia juga pernah menggantung sepatu milik Disha saat jam pelajaran olahraga dan yang paling Disha ingat, Dikta pernah menempelkan kertas bertuliskan 'Gue cinta mati sama Dikta' dibalik punggungnya yang membuat Disha malu bukan main.

Dan sekarang? Ia harus menjadi chairmate seorang Radikta? Ohh rasanya Disha tak bisa membayangkan mimpi buruk apalagi yang akan mengisi masa putih abu-abunya.

"Ya gapapa lah, malah gue suka kalo kalian lagi ribut. Gemeshh." Ucap perempuan dengan lollipop yang selalu dalam genggamannya itu.

"PAGI SEMUAA." Yak, panjang umur. Yang sedang menjadi perbincangan ketiga sahabat itu datang.

"Pagi Radisha." Ujar lelaki itu lalu menatap meja samping Disha, seketika sepasang matanya berbinar.

"Gue duduk sama lo?" pekik Dikta tidak menyangka, sedangkan Disha hanya menghela napas mencoba menerima bahwa hidupnya kembali tidak akan tenang mulai detik ini, mungkin akan lebih parah dari sebelumnya.

Tak lama Miss Eva, wali kelas mereka datang. "Gimana nih? Udah tau kan chairmate kalian?" pekik Miss Eva bahagia.

"Miss" Disha mengangkat tangannya.

"Iya Radisha, ada apa?" sahut Miss Eva.

"Kenapa saya duduk sama Dikta Miss? Apa gak bisa dituker aja?" Disha mencoba bernegosiasi.

"Gak bisa Radisha,absen kamu sama Dikta kan atas bawah. Radikta Radisha, makanya kalian jadi chaimate." Ucap Miss Eva.

"Seriously Miss? Gak bisa diganti" pertanyaan Disha dibalas anggukan oleh Miss Eva. Disha menghela napasnya, sedangkan Dikta memamerkan senyum kemenangannya.

Lagi-lagi Radisha menghela napasnya, ia berusaha menerima kenyataan. Kenyataan bahwa hidupnya tidak akan tenang, kenyataan bahwa hidupnya akan selalu diganggu oleh makhluk seperti Dikta. 

🌺🌺🌺🌺🌺

Setelah istirahat mata pelajaran selanjutnya adalah sejarah, pelajaran yang tidak disukai Disha. Bukan, bukan ia tidak mengerti. Namun, Pak Gerry selalu saja mendongeng yang membuatnya mengantuk.

"Hoamm" Disha menguap, matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi, dirinya benar-benar mengantuk pagi itu. Perlahan kepalanya ia taruh diatas meja, matanya sedikit demi sedikit tertutup. Dikta yang melihatnya tanpa babibu langsung mengadukkannya ke Pak Gerry.

"Pak Radisha molor pak"

"Radisha!" pekik Pak Gerry.

"Ehh mama mama, iya Pak" sontak Disha terbangun dari mimpinya yang baru saja ingin ia mulai itu, yang mampu membuat teman-teman sekelasnya tertawa.

"Radisha, kalo kamu mau tidur silahkan keluar dari kelas Bapak." Tegas Pak Gerry.

"Nggak Pak, saya mau belajar kok." Dikta hanya tertawa penuh kemenangan, yang membuat Disha dongkol setengah mati. Ya, ini baru awal. Masih ada kejailan Dikta yang lebih dari ini menanti Radisha.

🌺🌺🌺🌺🌺

haloo gaiss ini cerita pertama yg gue upload di webnov, i hope you like it guys:))

avataravatar