1 Prolog

 "Mintalah temanmu menemanimu malam ini sayang"

"Eomma, aku sudah dewasa, dan aku bukan penakut"

"Eomma tahu, tapi ini malam kelahiranmu sayang, kami akan datang esok hari"

"Tidak usah dibesarkan Eomma, aku rasa aku sudah tidak pantas mendapatkan perayaan di hari lahirku, aku sudah besara Eomma" gadis itu mencebikan bibirnya.

"Dasar gadis keras kepala" wanita yang dipanggil Eomma itu terkekeh "...walaupun kau sudah renta nanti, kau tetaplah putri kecil Eomma"

"Ya Eomma, karena aku adalah putrimu" gadis itu dan wanita yang ada di seberang telepon sama-sama tertawa.

Tentu saja, sebesar dan sedewasa apapun seorang anak, mereka akan tetap menjadi kesayangan bagi orang tuanya.

"Ah! Baekhyunie"

"Hmm?"

"Ingat pesan Eomma"

"Jangan memakai-/Jangan memakai pakaian berwarna merah" gadis itu memotong kalimat ibunya.

"Aku sudah tau, kau mengatakanya ratusan bahkan ribuan kali" gadis itu mulai jengah dengan peringatan larangan itu di keluarganya.

"Eomma harap kau selalu ingat pesan itu sayang,Eomma tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan—"

"Dan?"

"Sudahlah, sebaiknya kau beristirahat sayang, dan besok Eomma mungkin akan datang sendiri" wanita itu mengalihkan pembicaraan keduanya.

"Hmm, aku mengerti" gadis bernama Baekhyun itu tahu jika ibunya hendak mengatakan hal lain, tapi Baekhyun tidak ingin membahasnya lebih "...Selamat malam Eomma"

"Selamat malam sayang"

Setelahnya, sambungan telepon ibu dan anak itu terputus. Hari ini tanggal 5 Mei, satu hari menjelang hari kelahiran Baekhyun.

Ibu Baekhyun selalu berpesan agar putrinya tidak tidur sendiri menjelang hari kelahiranya, Ibunya pun berpesan agar gadis itu tidak menggunakan pakaian apapun yang berwarna merah. Entah apa alasanya, Baekhyun hanya menurut.

Baekhyun begitu penasaran dengan semua anjuran dan larangan yang bahkan bukan hanya ibunya yang mengatakan padanya, tapi Baekhyun hanya medapatkan jawaban yang menurutnya tidak perlu ditakutkan.

Baekhyun menghubungi beberapa sahabatnya untuk datang dan menemaninya malam ini seperti apa yang ibunya pesankan, tapi sialnya, malam ini mereka tidak bisa datang. Tak apa Baekhyun sendirian, bahkan ia tinggal sendiri di unit apartement yang ibu dan ayahnya belikan.

"Haah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku sendiri" Baekhyun mengetukan ponselnya di dagu "...entahlah" Baekhyun tak acuh.

Baekhyun hanya memainkan ponsel dan membuka situs-situs belanja online untuk membunuh waktu.

"Haah, Aish!" Baekhyun mengumpat tiba-tiba.

Gadis itu kesal karena sahabatnya tidak ada yang bisa menemaninya.

.

.

.

Baekhyun berdiri di depan sebuah ruangan dengan pintu bercat merah pekat. Entahlah, Baekhyun tidak tahu ada tempat seperti ini di rumahnya.

"Hanya kau yang bisa membukanya, pintu itu"

Baekhyun mendengar sebuah bisikan yang entah berasal dari mana.

"Mendakatlah dan buka pintu itu"

Suara itu terdengar semakin jelas dan memintanya untuk membuka pintu merah yang ada di hadapanya.

"Merah"

"Ya, aku akan—"

"Merah" Baekhyun tidak bisa mengatakan apapun selain kata merah, Merah untuk warna pintu itu.

"Aku—Baek" Suara bisikan itu terdengar berbeda.

"Baekhyunie!"

Baekhyun membuka matanya setelah teriakan keras dan guncangan di tubuhnya berhasil mengusiknya.

"Eomma?" Baekhyun mengerutkan dahinya saat mendapati ibunya. Wanita itu terlihat panik, berbeda dengan Baekhyun yang tampak kebingungan.

Baekhyun tahu apa yang dialaminya hanya mimpi, tapi Baekhyun merasa jika ada kekuatan lain yang menariknya, itu bukan mimpi, melainkan ia ditarik ke dimensi lain, tempat dimana pintu merah itu berada.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau mengigau dan menyebut 'Merah'?"

"Merah?" Baekhyun masih terlihat bingung.

"Dan, kemana temanmu sayang?" sang ibu menggenggam tangan Baekhyun. Tapi perhatian gadis itu seolah teralihkan pada sebuah cermin rias yang berada di kamarnya. Baekhyun merasa jika seseorang sedang menatapnya dari cermin itu. Seseorang dengan tubuh tingginya tengah tersenyum padanya.

"Baekhyun!"

"Ya Eomma"

"Kau tidak apa-apa?" Baekhyun menelan ludahnya dengan susah payah kemudian mengangguk yakin.

"Aku baik-baik saja"

Entah apa yang ia alami dalam mimpi itu, dan siapa pria yang menatapnya dari cermin itu, Baekhyun hanya merasa jika itu semua ada hubunganya dengan segala larangan yang dikatakan ibunya.

.

.

.

Tbc

avataravatar
Next chapter