1 Prolog

Alarm itu berbunyi begitu keras. Namun, hal itu tidak menganggu tidur pulas seorang gadis dibalik selimut tebal itu. Dia malah semakin mengeratkan pelukan nyaman pada gulingnya, membuai diri dalam mimpi indah.

Bahkan ketika langkah seseorang masuk kekamarnya, dia tak menyadarinya sama sekali.

"ayo bangun gadis jelek, hari ini hari senin. Nanti telat ke sekolahnya, ayo bangun" ucap seorang wanita paruh baya mengoyangkan tubuhnya dengan lembut. Tapi, gadis itu tidak memperdulikannya. Menyebabkan wanita itu geram dan dengan gerakan cepat ia meraih selimut tebal itu agar terbuka.

"5 menit lagi eomma" gumam gadis itu sambil mencoba meraih selimutnya agar kembali menutup tubuh mungilnya. Wanita paruh baya yang dipanggil ibu oleh gadis itu mencoba menahan amarah, masih dengan sikap yang lembut. Ia kembali mengoyangkan tubuh sang anak, namun sekarang lebih kencang dari yang pertama.

"ayo bangun!!!! Gadis Jeleeekkk... Ini sudah jam 6.30, kau tak ingin sekolah? Ayolah, jangan buat eomma marah. Kau ingin dihukum lagi? Kalau iya, silahkan.. Eomma akan berhenti membangunkanmu" tegas wanita itu.

"ayolah, gadis jelek.. Bangun..." ucapnya lagi. Masih tidak menampakkan reaksi apapun. Ia menghela nafas kasar, tangannya kemudian meraih jam weker berbentuk pikachu itu dan menghadapkannya tepat pada mata anak gadisnya itu.

Gadis yang masih dalam keadaan setengah sadar itu mengilirkan pandangan dari sang ibu ke jam weker itu, seketika iris coklatnya membulat.

"aissssh, aku akan terlambat lagi" teriaknya panik sambil berlari kekamar mandinya untuk mencuci muka dan menyikat giginya, setelah itu ia mengenakan seragam sekolahnya dengan perasaan panik, takut terkena hukuman sang wali kelasnya lagi, ya lagi. Sebab dia sudah terlalu sering mendapat hadiah spesial dari wali kelasnya akan keterlambatannya datang ke sekolah.

Wanita itu menghela nafas lagi sambil mengusap dada. "ck, dasar" gelengnya dan meninggalkan kamar anaknya untuk menyiapkan sarapan.

Kembali pada gadis itu. Setelah selesai dengan rutinitasnya setiap pagi. Ia menarik kasar tas sekolahnya, kemudian berlari keluar kamarnya, diruang makan ia melihat sang ibu tengah menyiapkan bekal untuknya.

"eomma iih, kenapa gak bangunin lebih awal, kan aku jadi terburu-buru" rengeknya pada sang ibu yang tengah duduk santai menyantap sarapannya setelah selesai menyiapkan bekal gadis itu.

"itu sih salahmu sendiri, eomma sudah berusaha membangunkanmu pagi ini lebih dari tiga kali, gadis jelek. Tapi, ya kaunya saja yang kepalang tidur suri. Lagipun bunyi alarm sekencang itu, apa tak cukup untuk membangunkanmu, hm?" jelas sang ibu dengan nada mengejek.

Sang gadis hanya dapat mendengus mendengar ejakan sang ibu, "ck, aku dengar kok" kesal sang anak. "lalu kenapa tidak segera bangun?, apa telingamu bermasalah, gadis jelek?" ejek ibunya lagi.

"bukan gitu, eomma kan tahu sendiri aku tadi malam bergadang. Menyelesaikan tugas sekolah dan karya ilmiah yang akan diperlombakan minggu depan" dengus sang gadis.

"eomma mengerti, tapi kau juga harus menjaga kesehatanmu, jangan terlalu larut dengan nilai dan belajar, kau juga harus menikmati masa remajamu, paham." nasehat sang ibu.

"aku paham, sangat paham. Aku akan menjaga kesehatanku dengan baik kok eomma. Tapikan, eomma tahu sendiri, kalau aku melakukan itu agar masa depan kita berubah, dan juga untuk mempertahankan beasiswaku, aku tidak ingin melihat eomma bekerja terlalu keras untuk menghidupiku. Kali ini, giliranku untuk beraksi, oke. Aku sayang eomma" jelas gadis itu sambil memeluk sang ibu dari belakang dan mencium pipinya.

"tapi..." sebelum sang ibu melayangkan protes ia memotongnya "sudahlah, pagi ini aku sedang tidak ingin mendengar ocehan eomma, aku harus berangkat kesekolah, aku sudah sangat terlambat, aku pergi ya, bye eomma".

Sang ibu mendengus pelan melihat kelakuan sang anak, namun kemudian tersenyum miris, ia merasa bukan ibu yang baik pada anak itu. andaikan saja, kejadian itu tidak pernah ada, mungkin ia tidak akan hidup seperti ini, ia dicampakkan oleh keluarganya.

"Ha Na-ya, maafkan eomma, karena menyembunyikan sesuatu darimu, tapi kau harus tahu, kau adalah harta yang paling indah bagi eomma, eomma mohon jangan tinggalkan eomma, eomma tidak bisa hidup tanpamu" monolognya sendiri.

****

Sementara itu disebuah rumah mewah dikawasan elit yang merupakan salah satu kediaman pengusaha tersukses di Korea Selatan, tengah menikmati sarapan bersama dengan hikmat dan tenang. Namun tidak terasa menyenangkan sama sekali, suasananya terasa suram seperti perumahan orang-orang tanpa nyawa.

"hn, aku selesai" ujar seorang pemuda berambut hitam yang segera berdiri dari kursinya, melangkah menjauh dari setiap orang yang tengah berada diruangan itu.

"hn, aku juga" sambung seorang pemuda coklat yang usianya lebih muda dibandingkan pemuda itu. Setelah kedua pemuda itu pergi, tinggallah sepasang paruh baya yang masih menyantap sarapan mereka dalam diam.

Beberapa saat, kemudian salah satu diantaranya meletakkan kembali sumpitnya, dan segera meninggalkan ruang makan itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"hah, hati-hati, semoga pekerjaannya lancar" ujar wanita paruh baya itu, sambil mengantarkan sang suami kedepan. Yang hanya dibalas gumamannya dan mencium sekilas pipi sang istri.

****

Setelah berangkat dari rumah, gadis itu mengayuhkan sepedanya dengan kecepatan tinggi, dia sedang mengejar waktu agar dapat sampai sebelum gerbang sekolahnya tutup.

Kalau sampai dia datang setelah gerbang ditutup, dia akan terkena hukuman lagi, kenapa lagi, karena Hana cukup sering merasakan panasnya berdiri di tengah lapangan, membersihkan toilet sekolah dan banyak lagi.  Jadi hari ini Hana tidak ingin terkena hukum.

Tapi, untungnya gerbang itu belum ditutup. Dalam hati Hana bersyukur, dia tersenyum lebar saat melihat hanya beberapa anak yang baru datang. Merasa bangga akhirnya bisa menciptakan rekor baru, yaitu tidak terlambat ke Sekolah.

"Annyeonghaseyo, Ajjusshi" sapanya pada satpam penjaga gerbang itu. Pria paru baya itu memandang aneh pada Hana, mungkin karena sangat jarang melihat Hana datang lebih pagi. Biasanya kan Hana selalu datang setengah jam setelah bel berbunyi. Jadi, jangan heran kalau pria itu terkejut melihatnya pagi ini.

"ee..oh annyeong, tumben kau datang cepat, Hana" sapanya balik saat tersadar dari lamunannya. "heheh, aku datang cepat salah, datang lambat salah. Bagaimana ini ajjusshi?" canda Hana pada pria itu dengan tawa khas miliknya.

Ia pun ikut tertawa bersama dengannya, "tidak ada salahnya sih. Ajjusshi cuman heran, lagipula bagus jika kau datang lebih awal" ujarnya. Hana hanya tersenyum padanya, "setiap orang kan bisa berubah, ajjusshi" balas Hana lagi.

"kau benar" ucapnya membenarkan perkataan Hana. "baiklah, aku duluan ajjusshi" pamit Hana pada pria itu seraya menarik sepedanya kearah parkiran. Pria itu mengangguk sesaat sebagai balasan.

Setelah memarkirkan sepedanya ditempat biasa, Hana melangkahkan kaki menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Sedikit informasi, kelas Hana adalah kelas terbaik dari keseluruhan kelas dalam angkatan mereka, para siswa siswi yang berada di dalam itu adalah para siswa yang memiliki prestasi yang bagus dan terbaik dari yang lain.

Kelas ini difasilisati dengan full AC, computer, buku-buku dan lain-lain, kelas yang menurut Hana yang paling nyaman diantara yang lain. Banyak keuntungan yang dapat diraih bila berada dikelas ini, selain fasilitas-fasilitas itu, lulusan yang berasal dari kelas ini berkemungkinan besar dapat melanjutkan kuliah dengan mudah, baik di luar maupun di dalam negeri diterima lewat beasiswa ataupun tidak. Itu sebabnya Hana berharap banyak dari kelas ini.

Karena tujuan hidup gadis bernama lengkap Hwang Hana ini memang mendapatkan beasiswa kuliah, agar kehidupannya dan ibu tercinta menjadi lebih baik. Sebab gadis itu hanya tinggal berdua bersama sang ibu, yang bernama lengkap Hwang Hyerim.

Dan mereka bukanlah keluarga yang berada, mereka hanya orang biasa, ibunya hanya bekerja sebagai pelayan disalah satu restourant milik keluarga Kim.

Hana memasuki lift untuk dapat mencapai kelasnya yang berada di lantai 3, didalam lift Hana hanya berdiri diam seraya membaca buku fisiologi kedokteran. Namun, lift ini terbuka di lantai dua.

'Apa ada yang akan masuk?' batin Hana sesaat. Setelah pintu liftnya terbuka dengan lebar, Hana bisa melihat seorang pemuda 'tampan' masuk dan berdiri tepat disamping Hana. Membuat gadis itu refleks menjauhkan tubuh mungilnya sedikit.

Pemuda berambut hitam pendek berantakan. Gaya berpakaiannya tidak mencerminkan seorang siswa teladan menurut Hana. Pemuda itu menatap Hana tajam dengan onyxnya.

Hana tahu itu, tapi Hana berusaha mengabaikannya dan tetap melanjutkan bacaannya. Bertahan melawan suasana tegang disebabkan olehnya membuat Hana sedikit cemas. Gadis itu tak suka berlama-lama berada didekat pemuda itu.

'Tuhan, aku gugup sekali. Cepatlah lift, aku sudah tak tahan lagi berada disini' batin Hana gelisah.

Pemuda itu bernama Choi Daeho, bungsu dari keluarga konglomerat Choi itu masih menatap Hana dengan tajam. Hana tidak tahu kesalahannya apa, tapi yang jelas Hana masih berusaha mengabaikan keberadaan pemuda itu. Walau begitu mereka hanya diam tidak mengatakan apapun selama berada didalam lift.

'ting'

Suara pintu dari lift ini menyelamatkan Hana dari kecanggungan. Hana melangkahkan kakinya keluar dari lift dengan tergesa-gesa, namun langkah Hana terhenti saat mendengar sebuah suara yang begitu berat ditelinganya.

"Hwang Hana"

Hana membalikkan tubuhnya dan menatap gugup kearah suara itu. "y..ya" balasnya terbata-bata. Dae Ho masih saja menatap Hana dengan tajam.

"mulai sekarang, kau adalah milikku" ujarnya dengan datar dan dingin, setelah mengatakan itu. Dia meninggalkan Hana dengan tubuh yang membeku, 'hei, apa maksud perkataannya itu' erang Hana dalam hati.

.

.

.

avataravatar
Next chapter