1 Kesempatan ke dua: chapter 1.

"Permirsa, berita terkini. Virus yang kini marak diberitakan di berbagai Negara, kini telah sampai ke negeri kita tercinta. Dikabarkan ada dua orang yang terpapar virus covid-19 setelah pertemuannya dalam makan siang yang menjamu sejumlah warga negara asing yang berkunjung ke Indonesia. Keduanya kini telah dievakuasi dalam wisma elite dan akan menjalani karantina selama 14 hari dalam perawatan khusus pasien covid-19. Untuk menekan penyebaran virus yang telah tejadi di daerah tempat tinggal keduanya, gugus penanganan covid-19 kini melockdown sejumlah daerah-daerah yang rentan terkena virus covid-19. Dan nantinya bila diperlukan adanya pembatasan di sejumlah wilayah-wilayah penduduk besar, maka pemerintah akan menindak lanjutinya sebagai pencegahan penularan virus covid-19. Sekian yang bisa saya sampaikan saya pamit undur diri dari hadapan anda. Sekian dan terima kasih."

#POV Novelyn

Berita yang yang disiarkan di televisi menyerbak ke seluruh isi ruangan. Dan terdengar sampai di telinga ku yang masih tertidur lelap di balik selimut berwarna merah jambu yang kumiliki sejak aku bayi.

Selimut berwarna merah jambu adalah selimut kesayangan yang telah usang, yang menjadi saksi bahwa diriku pernah dibawa kalong wewek sewaktu bayi.

Konon katanya kedua orang tuaku, sewaktu masih bayi aku pernah dibawa oleh kalong wewek yang menyukai aroma bayi yang ada ditubuhku.

Namun tak lama kalong wewe itu mengambilku, dia mengembalikan aku bersama dengan selimut berwarna merah jambu yang menjadi selimut kesayangan ku hingga aku dewasa.

"Ya ampun nek, nonton berita saja udah kaya nonton siaran bola!. Suaranya tedengar sampe ke mana-mana, gak sekalian tuh nontonya di pakein orgen kawinan, biar tetangga pada denger sekalian. Ah.. elahh pagi-pagi juga, ganggu orang tidur saja nih si nenek.!" Aku memaki nenek dengan kasar.

Durasi tidur yang kurang, membuat moodku jadi tidak bagus, mata ku membengkak karena semalaman suntuk aku harus prepare, sibuk packing carrier tanpa sepengatahuan orang rumah. Nenek memang kerap menonton berita di pagi hari dengan suara yang keras sehingga sangat menggangu tidurku.

Perkenalkan namaku Novelyn Erithia Pratama aku kerap dipanggil Erit di dalam keluarga, walau sebenarnya aku sangat membenci panggilan itu. Karena aku rasa nama yang mereka berikan kepadaku sebenarnya termasuk nama yang keren. Novelyn Ethia Pratama yang artinya, seorang gadis pertama yang memiliki karisma dan pesona yang indah seperti bunga Ethia. Namun yang aku kesalkan adalah mengapa mereka harus memanggilku Erit mengapa tidak Novel atau lyn saja supaya agak keren sedikit begitu kan.

Ah.. yasudahlah! Lanjut dengan perkenalanku. Aku seorang gadis muda, dan berbakat usiaku saat ini menginjak 20 tahun. Aku merupakan anak pertama dari pasangan Edgarsyah Pratama dan ibuku yang bernama Nouva Krisjayanti. Dan saat ini aku sedang menempuh pendidikan S1 di jurusan Bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Palapa.

Di tahun 2018, awal aku masuk kuliah. Waktu itu masa pengenalan mahasiswa baru di kampus, semua organisasi di kampus diperkenalkan termasuk mapala. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa pecinta alam, yang merupakan organisasi di kampus yang bergerak di lingkungan, dan alam terbuka.

Dari sekian banyak organisasi yang dipresentasikan aku lebih memilih untuk bergabung di Mapala, karena sebenarnya aku mulai tertarik dengan mapala itu sejak tahun 2016, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Nah akhirnya aku mulai daftar di mapala yang ada di kampus ini, untuk melanjutkan misiku dalam bergabung di mapala.

Saat ini aku resmi menjadi anggota mapala, tanpa melewati jalur tes yang terlalu ekstrim. Dan setelah menjadi anggota, aku terpilih langsung oleh ketua menjadi Wakil bendahara, yang wewenang nya adalah membuat dan mengesahkan keputusan dan kebijakan organisasi bersama-sama Bendahara dalam pengolahan pengawasan dan pemeriksaan kekayaan keuangan.

Menjadi salah satu anggota di organisasi Mapala ini merupakan suatu kebanggaan bagiku. Karena aku mulai banyak belajar, yang awalnya aku paling malas dengan yang namanya tanggung jawab pada tugas, entah itu tugas sekolah atau tugas tugas yang lainnya. Tapi di sini aku harus menghilangkan semua rasa malas itu. Dan lebih bertanggung jawab lagi, karena itu sudah menjadi kewajiban ku juga.

Aku yang dulunya manja, tidak mandiri dan selalu bertumpuan segala sesuatunya kepada orang tua, seiring berjalan nya waktu aku mulai belajar mandiri, dan bertanggung jawab atas semua yang aku lakukan

Aku sangat bangga karena aku dengan mudah di sini terkenal dengan kegiatan pecinta alamnya yang hebat dan solid. Dan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, karena akhirnya aku menjadi mahasiswa terpilih yang diundang tanpa jalur tes. Keren kan aku?, iya dong.. Anaknya pak Edgar mah keren!! orangnya cantik..! bodynya seksi..! ckkckck.

Namun kehebatanku selalu dipandang berbeda bila aku berada di lingkungan rumah. Karena aku dikenal sebagai anak pembawa onar yang petakilan, usil, dan susah diatur bila diberi tahu oleh orang tua.

Aku juga seorang anak remaja yang jarang sekali ada di rumah. Aku lebih mementingkan teman-teman memilih berlama-lama berada di luar menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

Nenekku selalu bilang "Rumah adalah tempat pulang ternyaman bagi kita" tetapi aku tidak setuju dengan pernyataan itu! Karena aku suka merasa tidak nyaman bila berada di rumah ini.

"Erit… kamu itu yahh. Usil sangat sih sama neneknya." Teriakan itu, suara milik mamahku Nouva Krisjayanti namanya. Sebut saja dia bunga, ehh becanda !!!. Mamahku biasa dipanggil dengan sebutan mamah Randi oleh ibu-ibu kompleks dan juga Satpam kompleks, bahkan sampai ke tetangga kampung sebelah.

Terkadang aku sukan iri bila mamah dipanggil dengan sebutan mamah Randi! Karena mengapa harus Randi?! Padahal kenyataannya aku juga anak kandungnya mamah dan papah.

"Iya deh mam.." Sahutku yang beranjak ke kamar mandi.

Dari kejauhan aku mendengar suara di dalam kamar mandi "lahlahlah.. Aku sayang sekali--" Suara yang sedang bernyanyi itu adalah suara Randi. Adik kandung laki-laki yang menyebalkan. Karena aku sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari mamahku. Dia.. dan dia, selalu dia yang mamahku bela setiap kali aku bertengkar dengannya.

"Randiii… Cepatlah mandinya!! kaka mau siap-siap berangkat nih. Sudah ditunggu teman kaka di luar." Teriakku menggelegar, karena aku memakai nada tinggi sekitar dua oktaf. Agar dirinya bergegas menyelesaikan mandinya.

Hitungan ke tiga, pasti ibuku kembali berteriak memarahiku, dan kembali membela si kunyang yang tidak tahu diri itu. (satu.. dua… tiga) aku selalu menghitungnya di dalam hati.

"Riit.. Kamu sabar dong!!. Itu adikmu baru saja masuk ke kamar mandi. Gantian dong.!!" Mulutku berkomat kamit mengikuti apa yang mamah ucapkan, Karena adegan rebutan kamar mandi, sudah sering sekali terjadi di rumahku.

Rumah sepetak berukuran sederhana yang dihuni oleh lima orang, membuatku terasa sangat sesak. Ditambah kamar mandi yang tersedia hanya satu di rumah ini.

Itulah sebabnya, aku selalu merasa tidak nyaman berlama-lama ada di rumah ini.

"Baiklah mah aku tidak mau mandi!! Mau mandi atau tidak, aku tetaplah cantik. mengapa harus ada kata mandi, siapa yang menciptakan mandi. Yang harus kita tanamkan pada diri adalah tidak harus mandi untuk menjadi cantik , karena cantik berasal dari SKIN CARE, bukan dari kamar mandi, tidak lepel itu mandi!!" Ucap ku yang meniru salah satu sound yang ada di tok-tok.

Aku merasa sudah capai berdebat dengan mamahku. Seorang mamah yang bawel, suka menyuruh, pilih kasih, dan suka menggosipi diriku dengan tetangganya, karena aku kerap dianggap anak yang tidak berbakti olehnya.

Akhirnya aku bergegas kembali ke kamar dengan deru kaki yang sengaja aku hentakkan dengan keras ke lantai. 'Dukk.. dukk.. dukk..'

Itulah diriku, aku akan dengan sengaja menimbulkan suara-suara keras jika aku sedang kesal. Entah kaki yang kupijak dengan keras, atau suara pintu yang sengaja aku banting sehingga menimbulkan bunyi yang keras.

Sesampai nya di depan pintu kamar, kali ini giliran daun pintu yang tidak bersalah menjadi sasaran pelampiasan kemarahanku. 'bruaaakkk…' Aku menutup pintu dengan sangat keras, Agar suaranya terdengar sampai ke telinga mamah. Namun sialnya, kali ini cara yang kupakai tidak sesuai dengan rencana.

Karena bukan hanya terdengar di telinga mamah, akan tetapi suara seperti bom meledak itu terdengar juga sampai ke telinga papahku yang baru saja pulang dari rumah istri pertamanya.

"Eriitt..!! apa maksud kamu menutup pintu kamar kencang sekali. Kamu ingin membangunkan seluruh penduduk kompleks.!!." Papah memarahiku, tetapi sebenarnya papah adalah orang yang netral di antara perdebatan yang ada di rumah. Bahkan papah cendrung berada di pihakku, dan sering membelaku jika aku bertengkar dengan Randi.

Tuan Edgarsyah Pratama, seorang pengusaha yang memiliki sebuah pabrik roti terbesar yang ada di Kota Solo. Papahku sebenarnya orang yang baik, dan cukup terpandang di kompleks rumahku. Namun hanya saja, harta kekayaan terkadang mampu menggelapkan mata para lelaki, sehingga membuatnya merasa tidak puas dengan apa yang dia miliki.

Papahku hanyalah seorang laki-laki biasa, yang bisa saja tergoda dengan semua wanita jika menurut pandangannya dia cantik dan menarik.

Mamahku adalah selir ke tiga yang papah nikahi setelah istri ke duanya itu menikah lagi dengan pria lain.

Menurut papah, hanya memiliki satu istri itu sangat tidak cukup untuknya. Karena dia merasa dirinya mampu adil dan mampu menghidupi ke dua istri dan juga anak-anaknya dengan limpahan harta yang dia punya.

Padahal kenyataannya banyak sekali ketidak adilan yang mamah rasakan selama menjadi istri ke dua. Dari sisi ekonomi, sandang, papan, dan terutama batin seorang istri yang harus dipuaskan.

Memanglah papah memenuhi semua kebutuhan mamah dan juga anak-anaknya, termasuk juga neneku. Namun terkadang perilaku yang benar-benar adil secara keseluruhan memanglah tidak bisa dilakukan oleh manusia yang tidak luput dari salah seperti papah.

Mamahku pernah cerita kepada tetangga kompleknya, yang tidak sengaja kudengar. "Seorang suami yang memiliki lebih dari satu istri terus dia mengaku adil, dia tidak akan pernah bisa benar-benar adil seutuhnya. Jika kita lihat dari contoh kecilnya saja, Bila dia memiliki waktu satu pekan untuk dibagi kepada kedua isterinya. Satu pekan itu kan terdiri dari tujuh hari, nah jika tujuh hari itu dibagi dua, pasti hasilnya tidak akan sama. Sebagian akan mendapatkan tiga hari, dan sebagian lainya akan mendapatkan hak lebih yaitu empat hari." Mamah menerangkannya di depan para ibu-ibu yang sedang menggibah.

"Nah.. Dari situ kan bisa kita lihat, kalau keadilan itu tidak akan bisa ditegakkan, bilamana suami memiliki istri lebih dari satu." Bagiku kata-kata mamah kepada ibu-ibu kompleks itu ada benarnya juga.

"Ehh papah.. maaf ya pah. Tadi aku tidak sengaja kok, beneran!!. soalnya angin nya kencang sekali, jadi pintunya meleset dari genggamanku."

Mamahku yang semula berada di dapur dengan sengaja berjalan melewati aku dan juga papah. "Rasakan itu, anak pembangkang!!" mamahku mendumel pelan, namun suara nya terdengar jelas di telingaku.

"Pah.. buatkan kamar mandi di dalam kamarku dong.. agar aku tidak selalu rebutan dengan Randi. Please pah..!!" Ucapku merengek sambil bergerandulan, wajahku di lengan kekar papah.

"Ya, nanti papah suruh Pak Yono untuk membuatkan kamar mandi untuk kamu."

"Benarkah??, yiipiii.. makasih ya pah..! sayang papah..!!"

"…"

Aku sangat yakin bahwa papah akan menuruti apa yang aku mau, karena aku pernah mendengar bahwa aku menjadi anak gadis kesayangan satu-satunya di antara anak-anak papah yang lain, baik itu Randi, atau anak-anak papah dari wanita yang lain.

Padahal sebenarnya aku pun tidak tahu apa yang membuat papah mengunggulkan aku dibandingkan anak-anak yang lainnya. Apakah karena aku anak yang berprestasi, berbakat, dan begitu membanggakan. Hah,, entahlah aku tidak tahu.!

"Yasudah pah, aku mau siap-siap dahulu ya." Ucapku sembari masuk kedalam kamar dan berlalu meninggalkannya.

"kamu siap-siap mau ke mana?" Tanya papah, tangannya menyeka pintu kamar yang akan aku tutup.

"Hmm.. aku mau pergi sama teman-temanku, seperti biasa, kan hari ini jadwalku untuk Hiking bersama perkumpulanku dipecinta alam pah."

"Perkumpulan??. Itu artinya kamu akan kumpul-kumpul dengan teman-temanmu?!"

"I.. iya dong pah, perkumpulannya dengan teman-temanku, masa aku kumpulnya dengan ibu-ibu kompleks. Itu sih mamah dengan kegibahannya bersama ibu-ibu kompleks."

Melihat papah menaikkan alisnya, dan menyorot mataku dengan tatapan yang tajam. Mebuat nyaliku seketika langsung ciut. Aku diam tanpa kata, kurasakan keringat mengucur deras dari dahiku.

"Lasain lohh..!!" Randi yang tiba-tiba muncul dihadapanku, dia meledekku.

"Iss.. resehh..awas kamu!!" Aku mengepalkan tangan ke arah Randi, dengan bergaya seperti ingin menonjoknya.

Papah melirik ke arah Randi. "Randi… sudah masuk sana ke kamarmu!!."

"Baik pah, aku masuk..!! kaka weekkk..!!" Meskipun sudah di pertingati papah, Randi terus meledekku dan menjulurkan lidahnya sembari berjalan ke arah kamarnya

"Iss… awas kamu yah..!" Tandasku kepada si kunyang nakal itu.

"Erit… Sudah, kamu tidak usah ke mana-mana. Kamu tidak lihat tuh berita di televisi. Itu sudah ada dua orang yang terjangkit virus korona. Kamu tidak takut hah..?! apalagi kamu mau berkerumunan, ya ampun rit. Kamu tahu betapa bahayanya virus korona, virus yang mematikan itu."

"tetapi pah, yang terkena itu kan hanya ada di Jakarta, aku juga tidak akan mungkin terkena virus korona itu. Sebab aku kan masih muda, fisikku masih kuat, imune ku juga pastinya kuat. Lagi pula aku kan berkerumun di tempat alam terbuka, luas, banyak pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan. Sirkulasi udara di sana sangat bagus, semua virus dan sebagainya akan mudah melebur tebawa angin dan udara yang ada di sana. Jadi bolehlah pahh… aku mohon!!" Aku mengepalkan kedua tangan kedepan dadaku seperti emoticon yang ada di papan ketik handphone, sebagai simbol permohonan.

"Tidak bisa, kamu tidak boleh egois seperti itu nak, hanya karena kamu muda dan fisikmu kuat kamu merasa tidak akan terjangkit virus korona, begitukah??. Kamu tidak memikirkan orang-orang yang ada disekitarmu. Contohnya nenek yang sudah lanjut usia, dia rawan terjangkit virus. kemudian adikmu yang masih anak-anak, imune mereka tidak sekuat sepertimu. Laku, fikirkanlah papahmu ini yang memiliki riwayat penyakit. Mamahmu juga, apa kah kamu tega bila mamahmu ikut terjangkit virus, dan akhirnya dia jatuh sakit. Lalu siapa yang akan mengurus kita semua?. Apakah kamu bisa?, kamu tidak mungkin bisa mengurus rumah karena yang papah tahu, kamu bisanya hanya keluyuran, main bersama teman-temanmu. Kamu tidak akan mengerti soal mengurusi rumah. Dengarkan papah! Papah tidak setuju kalau kamu keluar meskipun hanya selangkah saja dari rumah ini. Kamu mengerti ritt??." Tegas papah. Larangan papah membuatku takut sekali untuk melanggarnya, namun hatiku masih tidak terima bila harus dikekang seperti ini.

Hingga akhirnya aku masih tetap menentangnya. "Ahh.. papah jahat. Papah melarangku untuk keluar rumah, sendirinya papah pulang pergi ke rumah istri papah yang lain! itu berarti papah juga egois. Aku benci papah..!" Aku menangis sembari membanting pintu kamarku untuk kedua kalinya, namun kali ini aku membantingnya di depan papahku.

"Eriiit…!! Kau ini yah." Papahku berteriak, nampaknya dia sangat geram kepadaku. Namun aku teruskan menangis sekancang-kencangnya yang aku bisa.

'Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus bisa keluar dari sini, meskipun mereka tidak mengizinkanku untuk pergi.' Gumamku dalam hati, aku mencari cara bagaimana supaya aku bisa keluar dari rumah ini.

Aku memeriksa jendela yang ada di kamarku. sepertinya ini aman. Aku memutar otak dengan keras. "Ahhaa.. aku tahu caranya!" Aku tidak sadar telah bersuara keras, kuharap tidak ada satu orang pun yang mendengarkan teriakan ku.

Aku memiliki rencana untuk bisa kabur dari rumah ini. caranya adalah, yang pertama, aku akan menutupi satu buah bantal guling menggunakan selimut kesayanganku, dan diberi sepatu di bawah sini. Serta rambut mainanku, seakan-akan aku sedang tertidur pulas di kasur ini. Yang terakhir adalah mematikan lampu agar tidak terlalu terlihat terang. Setelah semua selesai kubereskan, dan kupastikkan semuanya aman. Rencana selanjutnya adalah kabur melalui jendela ini.

"Srekkk…srekk…" Suara gorden yang ada dijendelaku ini terdengar berisik. Aku takut bila ada seseorang yang mengetahui rencana gilaku ini.

Jadi perlahan kubuka cantelan jendela yang ada kamar 'cklek..' Akhirnya aku berhasil. Lalu tanpa pikir panjang lagi, aku langsung merayap melewati jendela dan bersiap-siap untuk melompat ke bawah, untunglah jarak jendela kamarku dan tanah dibawahnya tidak terlalu tinggi, sehingga aku tidak terlalu khawatir. Bilapun aku jatuh, itu tidak akan terasa sakit. Pertama-tama aku akan menjatuhkan ransel yang berisi perlengkapan yang kubawa untuk Hiking 'brukk…'

Setelah itu Aku siap untuk melompat lebih tinggi 'Satu…dua.. ti…'

"Eriittt….!!" Terdengar suara mamah memanggilku.

Aduuhhh gawat mamah memanggilku.. aku harus buru-buru melompat dari sini.

Bersambung…!

avataravatar
Next chapter