1 Part 01

"maafin ibu nduk, tapi ini juga demi kebaikan kamu." Ucapnya sambil mengelus punggungku.

Aku masih saja sesenggukan dipangkuan ibu, tiap kalimatnya seperti sebuah cambukan untukku. Seberapa besarpun rasa cintaku pada laki-laki itu, jika kenyataannya dia sudah pergi dan memilih yang lain, aku bisa apa?.

Ibu memang tak melarang ku berhubungan dengannya, tapi sekarang... Karena dia sudah meninggalkan ku, ibu ikut turun tangan. Memilihkan laki-laki yang entah siapa belum diketahui.

"Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, ketahuilah nduk, mungkin kepergiannya memang rencana yang diatas untuk menyadarkan kamu, kalo dia bukan yang terbaik." Nasehatnya.

Aku mendongak, menatap wajah sayu ibuku, "Ta-tapi Bu, aku belum siap menghadirkan laki-laki lain dihidup ku, a-aku belum bisa membuka hati lagi." Ucapku sesenggukan.

Ibu tau seberapa besar aku mencintai laki-laki yang pernah aku gadang-gadang kan akan menjadi seseorang yang bertanggung jawab, menjadi seorang imam impian. Namun kenyataannya sekarang, justru sebaliknya.

"Ikhlaslah nduk, semua akan baik-baik saja. Ibu yakin, pilihan Abah jauh lebih baik daripada dia yang sekarang kamu tangisi. Belajarlah menerima, kamu putri kesayangan ibu.." ucapnya sambil mengusap pipiku yang sudah sangat basah, "Ibu harap kamu bisa bahagia, waktulah yang akan menghapus semua kesedihanmu, ibu juga yakin, Allah akan memberikan kebahagiaan yang berlimpah untuk putri ibu." Sambungnya.

Aku berdiri dan memeluk ibu erat, "Qia akan terima pilihan Abah dan ibu, do'ain Qia ya Bu. Semoga Allah memberikan kebahagiaan buat Qia." Ucapku.

"Sudah tugas ibu mendo'akan kebahagiaan anaknya, niatkan hatimu untuk mencari ridlo-Nya ya, jangan berniat karena ingin melupakan seseorang." Aku mengangguk pelan.

***

Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, Allah menghadirkan sosok lain di hidupmu bukanlah suatu kebetulan untuk menggantikan dia yang telah pergi. Namun Allah menghadirkan karena tau, dia adalah orang yang tepat bagimu.

Aku Qiana Nafeeza Salama, kehilangan rasa percayaku akan sebuah rasa. Meski aku sudah memutuskan menerima pinangan orang lain, tapi tidak dengan hatiku. Bagiku, semua itu sudah mati dan aku benci karena telah dibohongi.

Dia, sosok yang sudah sangat ku percaya dari awal, dengan teganya pergi meninggalkan semua tanpa memberi penjelasan terhadap kedua orangtuaku. Meskipun dia sendiri sudah bilang padaku, tapi tak dapat ku terima karena semua sudah ikut terlibat dalam hubungan ini.

Abah terlanjur kecewa terhadap ku, karena laki-laki yang ku banggakan tak ada bilang apa-apa pada beliau. Aku sendiri tak menyangka, ada apakah? Sekedar datang dan menjelaskan saja pun tidak dilakukan.

Hingga pada akhirnya dia menghilang tanpa kabar dan, pada saat itu pula Abah menghadirkan sosok lain yang akan menjadi pemimpin ku, imam masa depanku. Laki-laki yang belum pernah kutemui sebelumnya, seperti apa rupanya, aku tak tau.

Aku hanya mencoba mengikuti nasehat Ibuku, mencari ridlo-Nya dan ridlo kedua orangtuaku. Meski tanpa adanya rasa cinta, aku coba ikhlas menerima semuanya. Karena aku tau, semua ini yang terbaik untukku.

Aku yakin, dengan berjalannya waktu dan atas izin Allah semua akan kembali membaik. Dia yang maha membolak-balikkan hati, Dia yang maha mengetahui segala yang ada di bumi akan memberiku segalanya di waktu yang tepat.

***

Aku adalah putri kebanggaan Ibu dan Abah, beliau memberiku nama bukan sembarang nama. Tapi nama itu diberikan kepadaku agar kelak aku bisa menjadi pribadi seperti namaku.

Qiana Nafeeza Salama

Nama yang diberikan Abah dengan penuh do'a didalamnya. Beliau ingin aku menjadi seorang perempuan yang memiliki pembawaan tenang, berharga seperti sebuah permata.

Seperti sekarang saat aku masih saja menangis di pelukan ibu, Abah datang menenangkan dan memberi ku nasehat "dia yang sudah pergi tak perlu kamu tangisi, ketahuilah anakku, setiap yang pergi pasti akan ada pengganti. Kamu anakku yang berharga, jangan menangis hanya karena kehilangan dia yang belum tentu menginginkan mu juga. Abah tau ini berat, tapi jangan kamu jatuhkan marwahmu sebagai seorang perempuan, ikhlas ya nduk."

Meski aku tau Abah begitu kecewa padaku, namun beliau tak pernah menjatuhkan ku dan menyalahkan ku.

Abah, maafkan putrimu yang tak tau diri ini. Menangisi laki-laki yang belum tentu memikirkan juga putrimu ini.

Sekarang hanya satu kalimat yang bisa kuterapkan dalam diriku, bahwa 'semua akan baik-baik saja'.

avataravatar