1 PROLOG

Senin itu, suasana di Xavier's High School nampak lenggang. Beberapa kelas bahkan terlihat kosong. Bukan karena apa, Itu dikarenakan pihak sekolah sedang mengadakan rapat untuk membahas acara kemah tahunan yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Itu sebabnya acara ajar mengajar dihentikan sebentar mengakibatkan banyak murid-murid lebih memilih bersantai di luar kelas.

Kemah tahunan merupakan acara wajib yang diadakan oleh Xavier's High School tiap tahunnya. Berbeda dari kebanyakan sekolah lain, Xavier's High School mengadakan acara kemah dengan tempat yang berbeda-beda untuk tiap kelasnya. Itu dikarenakan banyaknya jumlah siswa yang melebihi kapasitas tempat yang digunakan untuk kemah.

Sekilas info, Xavier's High School adalah sekolah berbasis internasional yang berlokasi di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta.

Sekolah ini bisa dibilang atau memang bisa dikatakan sebagai sekolah favorit. Itu dikarenakan selain aktifitas ajar mengajar yang bagus, ditambah fasilitas yang memadai, sekolah ini juga menghasilkan murid-murid terbaik setiap tahunnya. Sekolah ini memang tidak pernah menetapkan aturan bahwa harus anak-anak yang pintar yang hanya bisa masuk ke sekolah itu. Namun banyak sumber yang mengatakan kalau banyak anak yang awalnya 'bodoh', setelah lulus dari sana, menjadi orang-orang yang penting dan berprestasi. Bahkan banyak mahasiswa dari universitas terkemuka berasal dari Xavier's High School.

Beralih ke kelas 11 Ilmu alam II, kelas yang disebut oleh warga sekolah sebagai kelas ter 'gila', kali ini tampak senyap. Beberapa murid kelas lain yang kebetulan lewat pun tak ayal memandang heran kejadian itu. Agak aneh memang jika biasanya melihat kelas yang 'gila', tiba-tiba menjadi sunyi senyap seperti itu.

Tampak semua murid sibuk melakukan aktivitas nya masing-masing. Beberapa laki-laki terlihat tidur di pojok kiri kelas. Bukan hanya para laki-laki saja, beberapa perempuan juga ada yang tidur. Selebihnya, sedang bergosip seperti apa yang biasanya manusia lakukan.

Begitu juga dengan keenam gadis yang berada di pojok kiri kelas, sebut saja DE ZANS. Kelompok yang terdiri dari Davina, Elle, Zanna, Anne, Nayara, dan Scarlett, yang hanya duduk lesehan sembari beberapa kali bergosip.

"Lo pada tau nggak, kemaren 'kan gue joging keliling-keliling kompleks, gue ketemu orang gila! Yang lebih parahnya, gue dikejar woi! Sensasinya tuh bahkan lebih hebat dibandingin dikejar cowok-cowok ganteng!" tutur gadis yang memiliki rambut pendek sebahu itu dengan kesal.

"Lah, kok bisa sih, Zan?" Tanya Davina, gadis yang tengah bersandar di lemari itu dengan raut wajah agak loyo. Mengantuk mungkin.

"Gatau juga. Kemaren itu gue cuma lewat di depan rumah Bu Tati, terus kan didepan rumah Bu Tati itu ada bak sampah. Nah, pas gue lewat, gue ngeliat ada orang yang ngorek ngorek bak sampah. Karena gue kepo, yaudah gue samperin, terus gue tanya 'Mas, ngapain ngorek ngorek bak sampah?'. Bukannya di jawab, dia malah teriak terus nge jambak gue . Yaudah gue lari, eh si mas nya ngejar dong!" Tutur Zanna menggebu-gebu. Jangan lupakan matanya yang sedari tadi melotot. Mungkin masih kesal.

"Lah, ngakak." Scarlett tertawa, lalu menepuk bahu Zanna pelan.

"Mungkin orang gilanya naksir sama lo, Zan." ejeknya dengan senyum meledek.

"Haha, nah bisa jadi tuh. Secara kan lo cantik, Zan. Cowok-cowok sekolah aja pada naksir sama lo, apalagi orang gila." Nayara menimpali. Zanna mendelik, punya sahabat tapi akhlaknya gak ada.

"Udah woi, jangan ngeledekin anak orang mulu. Liat nih mukanya udah kayak baju yang gak disetrika, kucel!" Anne meng uyel-uyel pipi Zanna keras.

"Kualat kalian sama gue!"

"Cup cup cup, anak monyet marah," ucap Elle seraya menoel-noel pipi Zanna.

"Kok gue dikasih sahabat modelan begini sih, Ya Tuhan." Zanna memandang ke langit-langit lalu mengusap dadanya pelan.

"Lebay lo!" Davina mendorong Zanna keras, membuat sang empu terjungkal ke samping. Menciptakan bunyi gedubrak yang bisa dibilang nyaring.

Zanna menggeram, menatap Davina kesal dengan mata yang melotot seraya mengatakan segala sumpah serapahnya didalam hati. "Sialan lo, Vin! Lo ada dendam apa sih sama gue? Gini gini tua an gue dari lo. Kualat lo sama gue! Gue doain nilai ulangan lo anjlok, Aamiin!"

"Eh ... eh, jangan lah. Nanti kalo nilai ulangan gue anjlok, gue gak naik kelas. Kalo gue gak naik kelas, gue gabisa temenan terus nyontek ke kalian lagi, dan kalian bakalan kehilangan sahabat terbaik dan tercantik seperti gue ini," ucap Davina alay seraya mempoutkan bibirnya. Kelimanya bergidik geli, seperkian detik, bulu kuduk mereka merinding.

"Bodo amat gue mah. Lagian sahabat gue masih banyak. Ga cuma lo!" Ucap Anne dengan kata-kata nyelekitnya. Davina merengut, jika dua tidak tahu sifat sahabatnya yang satu ini, mungkin sekarang dia sudah keluar dari kelas dan pulang.

"Bukan sahabat gue!" Nayara yang duduk di sebelah Davina segera menjauh, mendekat ke arah Elle lalu memeluk lengan kanannya eratnya. Tak lupa menampilkan wajah takut.

"Ih, kok kalian gitu sih sama Vina. Nanti Vina nangis nih ...." Davina mempoutkan bibir disertai wajah seolah-olah ingin menangis. Bukannya membuat mereka kasihan, tingkahnya hanya membuat yang lain semakin geli. Lagi-lagi, bulu kuduk mereka dibuat merinding karenanya.

"Jijik gue, sumpah!" Ucap Scarlett dengan nada pedas. Mungkin lebih terdengar lebih nyelekit dari pada yang Anne utarakan tadi.

"Punya temen gak ada yang bisa diajak bercanda, astaga." Davina menggeleng lalu kembali menyenderkan tubuhnya ke pintu lemari dengan wajah ditekuk.

Yang lainnya hanya diam, tak berniat menjawab. Lagi pula, menjawab ucapan Davina hanya akan menambah kadar ke stress an mereka.

"Kok diem?" Tanya Davina lagi.

Zanna menoleh, "Lagi ngehemat suara!"

"Dih, ngehemat suara konon!"

"Lo mau gue pukul?"

"J.... " Belum sempat Davina menjawab, teriakan ketua kelas terdengar.

"GURU DATANG WEH, BALIK KE BANGKU MASING-MASING!" Teriak Rizky, si ketua kelas super petakilan, memasuki kelas dengan tergesa-gesa.

"Berisik, Rizky!" Medya menggeram, pasalnya akibat teriakan itu, dia harus terbangun dari tidurnya secara paksa. Bahkan kepalanya terasa sakit sekarang. Sialan!

"Tau nih, berisik banget!" Zanna mengompor seraya tersenyum menyeringai.

"Iya nih!" Tambah Anne. Untuk urusan kompor mengompor, Anne adalah satu-satunya anak yang tidak mau ketinggalan.

Rizky menggaruk kepalanya bingung, "Kok jadi gue sih yang disalahin. Masih mending lo pada gue kasih tau." Ungkapnya kesal, lalu berjalan ke mejanya setelah selesai menendang meja Radian dengan tidak santai.

"Enak banget ya lo! Meja gue ga salah apa-apa, malah lo tendang seenaknya. Dikira meja ga punya hati apa, huh?!"

Brak!

"Diem lo pada! Mau gue hukum satu satu, huh?!" Qarim, si pelaku penggebrak an meja, memandang teman-teman sekelasnya dingin. Dia sebenarnya suka keributan, tapi jika pada waktu yang tidak tepat, sifat pemarahnya akan keluar.

"Udahlah, duduk! Yang Mulia Jenderal Qarim udah bersabda, tuh." Ucap Jessica lantang. Sekilas Qarim memandangnya kesal lalu mendudukkan badannya kembali ke kursi.

Kelas yang semula ricuh akibat ulah Rizky, kembali tenang diikuti semua murid yang kembali ke bangkunya masing-masing.

Detik berikutnya, pintu yang terbuat dari kayu jati itu terbuka secara paksa, menghasilkan suara deguman nyaring yang membuat seluruh penghuni kelas terperanjat. Selanjutnya, seorang wanita yang kira-kira sudah berumur kepala tiga, masuk ke dalam ruangan dengan tubuh berlenggak-lenggok dengan menenteng sebuah tas bermerek Gucci ditangannya.

"Selamat pagi my student sekalian!"

"Hmmm ..." Satu kelas berdehem serempak, tampak tak bersemangat.

"Ibu disini ingin memberikan pengumuman penting untuk kalian semua," ucap Mrs. Marina disertai tangannya yang bergerak-gerak menunjuk semua murid dari kanan ke kiri dan terus berulang.

"Hmmm ..."

"Jadi ibu ingin mengumumkan kalau ... eh sebentar, ibu ngaca dulu!"  Mrs. Marina membuka tas kecil di tangannya lalu mengambil sebuah benda pipih berukuran sedang.

"Tuh kan, lipstik nya kurang tebel!" Keluhnya lalu kembali membuka tas nya, mengambil benda sebesar ibu jari.

Lagi-lagi, suara gebrakan meja terdengar. Lipstik yang awalnya ingin dipakai kan di bibirnya oleh Mrs. Marina, malah terpoles lurus di pipi kanannya.

"Mrs, bisa cepetan dikit. Kebanyakan ngebuang waktu. Apa Mrs lupa, pepatah mengatakan kalau waktu adalah emas?" Tegur Radian, si anak paling perhitungan, disertai dengan gebrakan meja yang cukup keras.

"Ih, gitu banget kalian sama ibu. Yaudah, langsung aja. Ibu mau ngumumin kalau dua hari lagi, sekolah kita akan mengadakan kemah seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadi ibu harap kalian menyiapkan semua perlengkapan dari sekarang. Itu aja, Bye!" Ucapnya lalu berjalan pergi dengan muka cemberut seraya membersihkan noda di pipinya.

Pintu yang awalnya terbuka, ditutup dengan keras oleh Mrs. Marina. Sekarang kita tahu, dari mana sifat suka menggebrak meja ataupun membuat bunyi keras yang anak-anak kelas Ilmu Alam II miliki, berasal.

"Idih, mau ngasih pengumuman aja susah banget." Scarlett memutar mata jengah, melipat kedua tangannya di dada lalu menyandarkan belakangnya ke sandaran kursi.

"Ben ...."

Belum sempat Nayara menyelesaikan kalimatnya, suara Mrs. Marina kembali terdengar disusul pintu yang kembali terbuka.

"OH IYA IBU LUPA, KALIAN SEMUA BOLEH PULANG! LANGSUNG PULANG, JANGAN BELOK KEMANA-MANA, PAHAM?!!!"

Pintu kembali tertutup keras. Sekali lagi, semua murid yang berada di kelas kembali terkejut. Kalau dihitung, sudah lebih dari 5 kali pintu itu diganti oleh pihak sekolah karena rusak. Entah karena lepas dari engselnya atau karena pintunya yang memang patah. Sekali lagi, semua murid yang berada di kelas kembali terkejut.

"Gila tuh guru!"

"Hush, kualat lo sama guru, Zan," ucap Anne mendorong kepala Zanna pelan.

"Bodo amat ...  Emang fakta kok, ya nggak, Vin?!" Zanna menyentil lengan Davina pelan.

"Hooh, Zan!" Davina mengiyakan tanpa melihat ke arah Zanna. Anak itu sekarang sedang sibuk memasukkan barang-barang nya ke dalam tas.

"Dari pada kelamaan ngebahas guru, mending pulang!" Ucap Elle seraya berdiri.

"Ayok lah"

Next Chapter 1 bag.2 🔜

🔜Bocoran next Chapter•,•

"NAY, BUKA PINTUNYA! GAWAT!!!"

avataravatar
Next chapter