webnovel

Hutan Permata Es

Angin berhembus kencang, keduanya terlihat diam tanpa berniat saling berbicara. Setelah kejadian tadi keduanya seperti tidak peduli akan atensi masing-masing. Mungkin terlihat seperti itu, tapi nyatanya keduanya memikirkan hal yang sama.

Hal itu adalah hal yang telah Caroline katakan, ucapan yang mengatakan bahwa dirinya berniat menemui ibu kandung dari dirinya di masa lalu membuat Frey berpikir keras. Dia memang tidak begitu percaya dengan yang namanya reinkarnasi tapi Frey tidak bisa mengabaikan hal yang menjadi fakta.

Mungkin bisa saja apa yang di katakan Caroline adalah sebuah kebohongan tapi bagaimana jika nyatanya itu adalah kebenaran yang masih memiliki rahasia di dalamnya. Dan entah kenapa Frey jadi penasaran akan hal yang di sembunyikan oleh gadis itu.

Manik biru es itu melirik ke arah Caroline sebelum kembali fokus pada jalanan yang begitu panjang. Andai saja dia sendiri pasti dia tidak perlu berjalan kaki seperti ini. Dia jelas tau rumor yang tersebar soal Caroline dan itu sebabnya dia tidak membahas soal perubahan bentuk.

Dia tidak mau Caroline merasa tidak nyaman soal itu, dan dia hanya diam membiarkan Caroline melakukan hal yang gadis itu inginkan "apa kau tidak apa berjalan seperti ini?"

Bukan Frey yang mengatakannya, tapi Caroline yang jelas tau bahwa Frey sebenarnya tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman. Pasti Frey tau jelas dia yang di anggap cacat tapi jika dia bertemu dengan ibu Livina pasti dia bisa menemukan sesuatu untuk mempercepat perubahannya.

Walau sebenarnya dia sendiri tidak begitu percaya dan hanya mengikuti keinginan Livina saja. Langkah Frey terhenti menatap ke arah Caroline yang sebenarnya lelah berjalan seperti ini sejak tadi "bukan berarti aku menyuruhmu untuk berubah wujud" ucap Caroline cepat saat mengetahui arti dari tatapan Frey padanya.

Dia jelas tidak mungkin menaiki tubuh Frey dalam wujud Werewofl, jelas itu sangat tidak sopan tapi jika seperti ini terus maka mereka tidak sampai-sampai. Tapi jelas dia tidak bisa melakukan hal yang sangat memalukan seperti itu.

"Jika itu maumu aku tidak keberatan"

Caroline terkejut, pipinya terasa panas saat Frey melepas jubahnya. Apakah Frey benar-benar akan bertransformasi karena ucapannya. Bukankah itu terlalu memalukan apalagi dia bukan siapa-siapa bagi Frey, dia hanya wanita yang menyusahkannya dan meminta tolong padanya saat ini.

Apakah ini benar tidak apa-apa? Bagaimana jika Frey tidak nyaman saat dia berada di atas tubuh pria itu. Jika itu Luis mungkin Caroline tidak akan memikirkan segala hal memalukan seperti ini tapi tidak ada Luis saat ini dan dia meruntuki dirinya yang cacat.

"Berbalik!" Caroline sadar saat Frey berniat melepas pakaiannya dan wajahnya langsung memerah dengan rasa malu yang semakin menjadi.

Dia menutup kedua matanya dengan harapan ini hanya mimpi tapi suara lolongan kecil dari Frey membuatnya menoleh. Dia terkejut saat melihat wujud Werewofl dengan bulu seputih salju, manik biru Werewofl itu terlihat begitu indah dan Caroline tepesona dengan sosok Werewofl itu.

Caroline langsung mengambil jubah dan pakaian Frey yang sudah di lipat rapi olehnya. Ini sangat memalukan, wajahnya masih memerah saat dia berjalan mendekati Werewofl seputih salju itu. Kedua tangannya langsung menyentuh bulu bagian punggung dan langsung naik.

"Maaf jika aku berat" ucap Caroline merasa sangat malu.

Tidak ada jawaban dan keduanya langsung pergi dengan cepat, udara dingin menusuk ke tubuh Caroline. Cukup lama mereka melaju bahkan Caroline sudah tidak bisa menghitung berapa lama dia menaiki tubuh Frey saat ini.

Untung saja tidak ada badai salju hari ini, jika tidak mereka pasti tidak akan melanjutkan perjalanan mereka. Dan Caroline merasa beruntung bahwa dia tidak akan tinggal lama bersama Frey, mungkin pagi nanti dia sudah sampai di Utara.

Cahaya fajar mulai terlihat, gadis itu termenung sejenak menatap ke arah sinar mentari pagi. Sebentar lagi mereka akan sampai, dan Caroline pasti akan mendapatkan jawabannya. Frey melirik Caroline yang tersenyum lebar menatap ke arah sinar mentari pagi itu.

Baru kali ini dia melihat senyuman Caroline dan entah kenapa ada sesuatu yang terasa hangat di dalam dirinya. Dia tidak tau itu dan Frey langsung menggeleng keras menatap ke arah depan lagi. Inner woflnya menertawakan dirinya, sebenarnya ada yang ingin Werewofl itu katakan tapi dia mengurungkan niatnya.

Sepertinya dia tidak bisa mengatakan hal itu sekarang dan lebih baik dia menunggu waktu yang tepat sampai hal itu tiba.

'Jangan tertawa!'

'Maaf Tuan, tapi sepertinya anda menyukai gadis itu'

Frey langsung menatap tajam ke arah inner woflnya 'aku hanya....'

'Hanya apa, bukankah Tuan terpesona dengan senyuman gadis itu?'

'Tidak!!'

Werewofl itu tertawa lagi dan kembali fokus pada tugasnya, berbeda dengan Frey yang terlihat bingung sendiri. Bahkan pipinya ikut merona walau akhirnya dia tutupi dengan kedua tangannya.

Mereka berhenti, terlihat jelas hutan Ice Gems berada di hadapan mereka. Pandangan Caroline jelas menunjukkan sebuah kekaguman sebelum menatap ke arah Frey yang meminta pakaiannya.

Caroline langsung berbalik membiarkan Frey merubah wujudnya lagi "apa kau akan masuk ke sana sendiri?" ucap Frey membuat Caroline menoleh.

Caroline mengangguk dengan manik menatap ke arah Frey yang sudah memakai pakaian lengkap.

"Bagaimana jika aku temani?"

Caroline terkejut, apakah dia salah dengar? Tidak mungkin Frey mau menemaninya, Frey bukan orang yang berbaik hati untuk mengantar dirinya. Tapi Frey selama ini selalu membantunya, apakah Frey memang orang yang sebaik itu?

Caroline terdiam menatap ke arah bola mata Frey yang terlihat bingung, tidak ada jawaban dari Caroline dan jelas Frey jadi kebingungan "hei.. kau oke?" sahut Frey menatap tepat pada manik biru Caroline.

"Ah.. itu tidak perlu, kau pasti memiliki keperluan lain dan aku tidak mau menggang--"

"Tidak ada, aku tidak memiliki jadwal hari ini dan membantumu sepertinya akan menyenangkan" sahut Frey dengan cepat.

Dia bahkan sampai memotong ucapan Caroline yang terlihat mengangguk setuju "tapi mulai sekarang aku berharap kau tidak bertanya apa pun soal apa yang terjadi nanti!" ucap Caroline menatap tajam ke arah Frey yang mengangguk paham walau sebenarnya dia tidak menyukai hal itu.

Keduanya langsung berjalan memasuki hutan dan yang mereka lihat pertama kali adalah sebuah es yang menjulang tinggi. Sepertinya itu adalah pintu masuk, apalagi Livina bilang dia hanya perlu berjalan lurus tanpa ragu.

"Apa kau yakin dengan jalan ini?" tanya Frey menatap sekitar yang mulai terasa aneh.

"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak bertanya apa pun!" dan Frey langsung terdiam tanpa bertanya apa pun lagi.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Park_Keyzacreators' thoughts
Next chapter