webnovel

0 Prologue: Ambisi

Seorang pria dengan rambut pirang terengah-engah, bersimbah darah di tengah kota yang ramai.

Matanya memandang kekosongan, mencoba menerima apa yang telah terjadi. Di balik rasa sakit fisiknya, dia merenungkan betapa banyak hal yang telah dihabiskannya sia-sia dan berapa banyak yang bisa dia ubah jika dia hanya punya niat.

"Seandainya aku tidak..."

bisiknya, suara itu hampir tenggelam dalam kebisingan lalu lintas yang tak kenal belas kasihan.

Dia adalah orang yang disebut sebagai jenius malas dan tidak berambisi oleh orang-orang di sekitarnya.

Dia mengingat saat-saat di sekolah, ketika dia adalah murid malas yang selalu mendapat juara kelas, bahkan saat dia hanya belajar dalam detik terakhir menuju ujian.

Dengan nilai tinggi namun sedikit ambisi, dia memiliki keluarga yang berkecukupan untuk mengejar ambisi yang lebih tinggi, tetapi dia hanya menjalani hidupnya seperti pengecut, bertindak seolah-olah dia sudah memiliki segalanya.

"Aku tidak membutuhkan apapun, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang," ungkapnya pada saat itu.

Bahkan ketika teman-temannya mencoba memotivasinya untuk menjalani hidup lebih baik dengan mengatakan

"Bukankah kamu tahu jika kamu memiliki sedikit saja ambisi, maka kamu tidak akan hidup seperti orang gagal seperti ini,"

dia hanya menjawab,

"Tentu aku tahu, tapi aku tak ingin semua itu. Aku hanya ingin hidup normal seperti ini."

Dia menyesali keputusannya menjadi seseorang yang tak berambisi.

Merasakan kehidupan yang kosong, sunyi, dan sepi bahkan sampai akhir hayatnya.

"Andai aku bekerja lebih keras dan menjadi presiden atau seorang ilmuwan atau apa pun itu. Setidaknya setelah aku mati masih ada seseorang yang mengingat usahaku,"

Dia terkekeh saat memikirkannya.

"Jika aku memiliki kesempatan, mungkin aku akan mencoba meninggalkan sesuatu kepada dunia ini setelah kematianku... Andai saja..." Setelah itu, dia hanya melihat kegelapan dan kesunyian.

Sebuah penyesalan yang mendalam melanda, menyadarkan betapa berharganya waktu yang telah terlewat.

Next chapter