23 SMA Saturn

°

°

°

Cerita lama terulang kembali, itulah yang dialami Alena saat ini. Lagi dan lagi ia dihadapkan dengan hubungan yang mengikat dirinya, perjodohan. Dan mau tak mau Alena harus menerima perjodohan itu, ah entahlah Haru sangat bersemangat untuk urusan ini. Bahkan, malam itu ia tak memarahi Alena dan sibuk membahas masalah perjodohan itu dengan putrinya. Laki-laki itu mengabaikan semua masalah yang Alena lakukan di sekolah, seakan semua itu hanyalah debu di jalanan yang nantinya akan hilang tertiup angin.

Contohnya saja, beberapa hari lalu Alena melakukan kenakalan untuk pertama kalinya di sekolah. Ia bolos satu hari penuh dan itu menyebabkan orang tuanya dipanggil ke sekolah, dan saat di rumah, ketika mereka sudah pulang dari sekolah gadis itu, alih-alih memarahi atau sekedar menasehati, dengan lantangnya Haru kembali membahas perjodohan itu, seakan benar-benar mendorong Alena untuk melancarkan semua niatnya.

Alena muak dengan semua itu, perjodohan yang hanyalah akal bulus Appa-nya saja. Berniat merampas semua harta kekayaan calon besannya dan membahas niatnya dengan begitu semangat di hadapan putrinya sendiri sudah membuktikan bahwa Haru benar-benar manusia yang hidup tanpa satupun urat malu. Sedangkan Cecil? Ia juga mulai bosan dengan ambisi suaminya itu namun ia bisa apa selain mendukung rencana busuk itu, toh nantinya ia akan kena cipratan hasilnya juga, tanpa modal ia akan mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang sangat besar.

°°°

Tahun demi tahun dijalani Alena dengan perasaan sesak yang kian memberat. Semakin lama ia hidup dalam lingkaran setan itu membuatnya letih sendiri, tak ada gairah yang ia rasakan seperti yang seharusnya remaja seumurannya rasakan. Tak ada pilihan baginya selain tetap menjalankan hidup dan mendengarkan semua perintah Eomma kandungnya, Riana.

Alena duduk sendirian, termenung menatapi seorang Ibu dan putranya yang tengah melakukan interaksi penuh kasih sayang. Jujur di dalam hatinya ia merasa iri, ingin sekali menjalani hidup normal seperti orang lain, namun apalah dayanya jika garis takdirnya sudah terlalu suram seperti ini, ia harus memahami kondisinya sendiri.

Arga-orang yang dijodohkan dengan Alena-duduk di sebelah gadis itu, menatap mata Alena dari samping kemudian menjulurkan tangannya yang terdapat es krim strawberry. Tatapan Alena pun teralihkan, ia menatap tangan Arga dan menerima es krim itu kemudian mulai melahapnya.

"Len, happy birthday." ucap Arga penuh kelembutan.

"Lo ingat?." tanya Alena sembari kembali menatap nanar ke depan.

"Gue gak mungkin gak ingat kalau udah tentang lo, Len." jawabnya jujur yang malah membuat Alena tertawa.

"Lo kenapa?." tanya Arga dengan raut wajahnya yang bingung.

"Entahlah, rasanya lucu aja denger lo ngeluarin omong kosong kek gitu."

"Tapi ketawa lo itu bukan ketawa lucu, itu ketawa miris. Gue tau perbedaannya."

See? Arga benar-benar memahami Alena, gadis yang baru ia kenal selama 3 tahun ini. Sedangkan orang-orang yang sudah mengenal Alena lebih lama daripada Arga tidak bisa sedikitpun memahami gadis itu. Rayna? Sudahlah, lupakan mengenai laki-laki itu. Meskipun Alena mengakui bahwa Rayna adalah cinta pertamanya tetap saja laki-laki itu bukanlah sosok seperti Arga, yang dengan mudahnya memahami Alena. Bahkan belum saja menyatakan perasaannya dengan jelas kepada Alena ia sudah membuat Alena kecewa dengan meninggalkan Alena sendirian di kota ini dengan alasan tuntutan keluarganyalah yang menginginkannya untuk belajar di luar negeri. Padahal jika Alena ingin mengeluarkan sikap egoisnya, ia bisa menyetujui keinginan Haru untuk mengirimnya belajar di luar negeri dan tentunya meninggalkan Rayna yang saat itu sedang mabuk di dalam perasaannya untuk Alena…sudahlah benar-benar sebuah penyesalan yang tidak dapat Alena lupakan.

"Gue ada pertanyaan buat lo, Ga."

"Apa?."

"Kenapa lo pertahankan hubungan ini, padahal lo udah tau rencana bokap gue."

Deg!

Arga kaget bukan main mendengar itu, bagaimana Alena bisa tau mengenai dirinya yang sudah bisa membaca siasat Haru, dan kenapa gadis itu terus diam hingga hari ini?

"Gak bisa jawab?." tanya Alena yang menyadarkan Arga.

"Ya gimana ya, gue suka sama lo. Gak mungkin gue putusin hubungan ini, Len." jawabnya saat sudah menentukan jawaban yang paling aman.

"Tapi lo tau, kalau gue dan keluarga gue bakalan merampas semua kekayaan keluarga kalian kelak."

"Gue tau, tapi gue juga tau Len, lo ga sejahat itu. Mungkin lo memang dingin, tapi dibalik dinginnya diri lo ada sosok hangat yang sedang duduk diam di pojok hati lo, dia lagi nunggu kapan dia bisa keluar Len."

Alena tercengang, ia tak mengerti maksud Arga. Sosok hangat apa yang ada dan sedang duduk di pojok hatinya, apakah itu dirinya dulu? Ya, dirinya sebelum bertemu Riana, sebelum ia mengetahui semua kebusukan keluarganya, sebelum ia masuk ke dalam lingkaran setan yang Eomma-nya sendiri ciptakan.

Melihat Alena yang tengah berusaha mencerna kalimatnya dengan keras membuatnya tersenyum, ia mengambil satu tangan Alena dan menggenggamnya erat sambil menatap arah depan. Ia mengalirkan kehangatan dirinya ke tangan dingin milik Alena, berharap gadis itu dapat menyadari maksudnya.

"Udah, jangan dipaksain mikir. Nanti lo bakalan ngerti sendiri Alena." ujar Arga yang kemudian berdiri dan mengajak Alena untuk masuk ke dalam area sekolah.

°°°

Alena dan Arga memasuki sebuah kelas yang mulai hari ini menjadi kelas tetap mereka di SMA Saturn. Setelah menempuh tiga hari Masa Orientasi Sekolah yang melelahkan akhirnya mereka berdua dapat menarik dan mengembuskan nafasnya dengan tenang. Arga memilih bangku urutan kedua yang berdampingan langsung dengan jendela, anggap saja ia sedang memikirkan cara tercepat bila sekolah itu mati lampu penyakit Alena tidak akan kambuh karena dinginnya angin dari luar dapat menerpa kulit Alena.

"Sini, duduk di ujung." ajak Arga sembari meminggirkan satu kursi agar Alena dapat lewat.

Alena menuruti Arga, ia langsung meletakkan tasnya, mengeluarkan buku-bukunya kemudian duduk. Arga pun ikut duduk di sebelah Alena. Ia melepaskan tasnya dan menatap Alena dari samping. Satu tangannya ia letakkan di atas Alena guna menumpu kepalanya.

"Kenapa?." tanya Alena tanpa menoleh ke arah Arga.

"Gapapa, gue cuma suka aja sih mandangin lo kek gini. Habisnya sih, lo cantik banget."

Alena memberikan senyumannya sebagai tanggapan, meski sebenarnya ia tak terlalu senang mendengar pujian itu. Beberapa meter dari mereka berdua, ada satu orang laki-laki yang memandang keduanya dengan tatapan penuh ketidaksukaan. Entah untuk alasan apa yang pasti ia lebih tak suka melihat Arga yang memandangi Alena seperti itu. Ia pun berjalan dengan gayanya yang angkuh dan...

Brak!

Ia menabrak pinggir meja Arga-Alena, membuat Arga yang lebih merasakan hentakan meja itu terlonjak kaget dan langsung berdiri dengan raut yang menahan amarah.

"Maksud lo apa? Lo siapa?." tanya Arga tak santai.

"Maksud apaan bro? SKSD lo. Dan lo tanya gue siapa? Gue, Alex Fernando." jawab laki-laki itu sambil cengengesan.

"Maksud lo apa nabrak meja hah?! Nantangin lo?!."

Sepasang mata Alena langsung membulat ketika mendengar nada Arga yang kian menaik, menarik perhatian tiap manusia di kelas itu. Alena pun ikut berdiri, memegang tepian bahu Arga dan mengelusnya pelan serta ia menatap Alex dengan tatapan yang santai.

"Apa lo?." tanya Alex ketika menyadari gadis itu menatapnya.

"Gapapa, lo yang apa?. Kuker lo?."

"Kuker?." ulang Alex dengan wajah polosnya.

"Kurang kerjaan, bego! Gitu aja gatau!." sahut Arga yang masih dengan emosinya.

"Dih santai monyet! Gue gak ku...kuker atau apalah itu, yang pasti ini tuh tempat belajar, bukan tempat pacaran. Lo berdua tuh yang ku..ku..ku sialan! Kuker! "

Alena terkekeh ketika melihat wajah Alex memerah karena menahan malu, yaa laki-laki itu malu hanya karena ia tidak tau apa arti dari kata 'kuker'...ada-ada saja.

"Kenapa rese sih?!." Arga keluar dari kursinya, mengambil satu langkah lebih dekat dengan Alex.

"Gue ga rese...." Alex mendekat ke arah Arga dan membisikkan sesuatu yang membuat laki-laki itu kaget hingga kakinya terasa lemas.

Melihat Arga sudah seperti itu, Alex tertawa kecil kemudian pergi ke bangkunya dan membaca buku dengan gayanya santai.

"Apa yang Alex bisikkan tadi?." tanya Alena di dalam hatinya.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Assalamualaikum.

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.

Happy reading

Instagram : @meisy_sari

@halustoryid

Maafkan bila terdapat typo🙏🏻

Tinggalkan saran kalian❤

avataravatar
Next chapter