15 Rencana Test Olimpiade susulan

°

°

°

Alena memutuskan sambungan telponnya dengan Riana, raut kesal di wajahnya tak dapat ia sembunyikan lagi. Bagaimana seorang Alena Sasyana bisa melewatkan info penting mengenai hal yang sangat ia minati?! Info mengenai test Olimpiade Sains.

"Kalau tahu hal ini lebih cepat, gue ga bakal sekesal ini. Sialan! Kalau bukan dapat info dari Eomma Riana, bisa-bisa alasan gue untuk masuk ke sekolah itu pupus! AGHHHH!!!!!."

Alena langsung mempersiapkan tas sekolahnya, ia langsung memasukkan berbagai buku tebal mengenai sains ke dalam tasnya. Setelah itu ia langsung menjinjing tasnya keluar dari kamar.

Tas itu terlihat sangat penuh, dan berhasil mencuri perhatian beberapa ART baru di rumahnya. Sedangkan ART lama? Sudah biasa, mereka tahu...Alena sedang menyiapkan alat tempurnya.

Sesegera mungkin Alena menuju kamar Haru-Cecil, ia ingin mendapatkan tanda tangan dari laki-laki itu, meski sebenarnya tidak mau...tapi ya bagaimana lagi, untuk urusan seperti ini tanda tangannya adalah hal penting.

°°°

Di sisi lain, Haru keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk, itupun hanya terlilit di pinggangnya saja. Ia pun berjalan mendekati Cecil yang tengah merias dirinya, memoles foundation ke wajahnya kemudian menimpanya dengan bedak yang warnanya sangat cocok dengan skin tone-nya.

"Istriku semakin cantik ya." puji Haru. Sangat menggelikan di telinga Cecil.

"Bisa saja." Cecil tertawa kecil sembari memasang ekspresi malu-malu.

"Aku siap-siap dulu." Haru pun mencium puncak kepala Cecil, kemudian ia beranjak untuk mengambil bajunya yang tergeletak di atas ranjang dan berjalan memasuki ruang ganti.

TOK...TOK...TOK

Gedoran yang terdengar sangat tak santai itu membuat Cecil terlonjak kaget sampai-sampai ia menjatuhkan bedaknya yang baru saja ia beli tiga hari lalu, sangat disayangkan.

"Harusnya Eomma lebih hati-hati."

Cecil menghela nafasnya jengah, ia sudah menduga pelakunya adalah Alena, siapa lagi yang bisa mengusik nyonya besar di rumah mewah itu?

Dan tanpa rasa bersalahnya, Alena langsung saja menyelonong masuk ke kamar Haru-Cecil. Tak hanya itu ia langsung mendekati Cecil dan berjongkok di sampingnya. Kedua tangan mungil Alena bergerak memungut bedak Cecil yang jatuh serta beberapa pecahan kaca dari bedak tersebut.

Setelahnya, ia langsung berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Cecil, berniat mengembalikan itu kepada Cecil.

"Ambil." ucap Alena santai.

"Buang saja." jawab Cecil, kemudian ia memilih lipstiknya yang berwarna pink muda, kemudia mengoles lipstik itu ke bibirnya.

"Appa mencari uang dengan susah payah, dan ini dibuang seenaknya...." jawab Alena, Cecil menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tak suka, namun tak masalah untuk Alena.

Tak ingin membuang energi lebih untuk paginya, Alena pun kembali menjatuhkan bedak itu. Ia pun memutar badannya dan mendekati ranjang Haru-Cecil. Ia duduk di tepian ranjang itu, satu tangannya bergerak menyentuh kasur dari ranjang tersebut...tiba-tiba rasanya menyesakkan bagi Alena. Untunglah ia bisa mengendalikan itu.

Bagaimana tidak sesak, bila ia tiba-tiba teringat akan Riana? Cerita menyedihkan yang Riana ceritakan padanya terus berputar menguasai pikirannya. Bercampur aduk sudah perasaan Alena, kesal dan sedih...ia tidak tahu lagi diantara dua emosi itu mana yang lebih mendominasi.

"Kenapa? Ada apa denganmu, Alena?." tanya Cecil yang mulai sedikit curiga dengan perubahan sikap Alena yang signifikan ketika duduk di tepian ranjangnya.

"Nothing, I just...fyuhhh nothing, just forget it." jawab Alena.

"Baiklah, kenapa kemari?." tanya Cecil lagi.

"Appa, dimana?." tanya Alena, kali ini ia berdiri dan duduk di sebuah kursi goyang.

"Di kamar ganti, ada apa?." tanya Cecil LAGI.

"Tidak ada apa-apa sih, yaudah kalau gitu...Eomma aku berangkat ke sekolah dulu ya." ucap Alena dan berdiri, ia pun hendak beranjak namun...

"Tumben berangkatnya pagi sekali?," Cecil melirik jam dinding, dan ternyata masih pukul 06.03 am. Benar, terlalu pagi.

"Aku ada urusan, ini mendadak. Makanya aku harus berangkat lebih awal dan yaa kemungkinan jam pulangku nanti akan sedikit lebih terlambat, oke? Aku sudah izin padamu, Eomma. Sampaikan pada Appa ya? Aku berangkat." Alena pun beranjak dari tempatnya, ia meninggalkan Cecil yang masih menganga, sepertinya masih mencerna kalimat panjang Alena.

°°°

Alena termenung di kelasnya, ia melirik ke arah jam dinding untuk KESEKIAN KALINYA. Rasa kesal mulai menguasi hatinya, sudah lebih dari 30 menit ia menunggu kedatangan seseorang...

"Lo dimana sih, Ray?."

Beberapa menit kemudian...

"Len, Alen, Len, Alena...bangun."

"Len, bakso Len, Len-Len, Lena Lena Oi, Woi, Alena."

"Len, yok makan."

"Yoklah." sahut Alena dengan sepasang matanya yang tiba-tiba terbuka sempurna.

"BUSET! MAKANAN AJA LO CEPET!." Rayna menarik wajahnya sedikit menjauh dari Alena kemudian membuang tasnya ke sembarang arah dan berjalan mendahului Alena keluar dari kelas.

"HEH MAU KEMANA?." teriak Alena.

"Ayo dah makan, MAKAN BUKU DI PERPUS!." jawab Rayna yang membuat Alena mendengus geli.

°°°

"Lo yakin beneran bisa kebut belajar untuk test dalam semalam?." Rayna membawa dua buku sains yang tebal ke hadapan Alena.

Ia meletakkan buku tebal itu di atas meja baca Alena kemudian menyusun tiga buku tebal lainnya untuk ditumpuk di atas dua buku tadi. Di sisi lain, Alena hanya diam. Ya diam, diam-diam memperhatikan wajah Rayna yang terlihat lelah. Dan entah karena apa, yang pasti Alena kini berinisiatif mengambil tissue dari dalam saku roknya dan menyodorkannya ke Rayna.

"Thanks," ucap Rayna sembari menerima tissue itu.

"Tapi, gue kan ga minta?." sambungnya.

"Gapapa kali, anggap aja tanda terima kasih dari gue." jawab Alena ketus.

"Jangan ketus-ketus dong neng, takut ihh serem HAHAHAHA."

Merasa tak ada hal yang lucu, Alena menaikkan sebelah alisnya, seakan ia berkata 'lo kenapa?."

"Y-yaudah, oke, ga ketawa." ucap Rayna seakan mengerti maksud Alena.

"Bantu gue bawa ke meja pengawas perpus ya?." pinta Alena yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Rayna.

Alena pun berdiri, ia membawa tiga buku sains yang tidak terlalu tebal ke meja pengawas perpustakaan dan diikuti Rayna yang membawa lima buku sains tebal.

Saat keduanya sampai di meja pengawas perpustakaan...guru yang mengawas pun kaget, bukan kaget karena melihat Alena meminjam buku, melainkan kaget melihat Rayna.

"Kenapa Bu?." tanya Rayna saat melihat ekspresi aneh guru pengawas itu.

"Kamu? Pinjam sebanyak ini?." tanya guru itu tanpa basa-basi.

"Itu saya yang meminjam Bu." sahut Alena.

"Semuanya? Untuk apa?," tanya guru itu lagi, kemudian ia mulai memperhatikan buku-buku itu satu per satu dan...akhirnya mulut guru pengawas itu pun menganga membentuk huruf O.

"Alena mau ikut Test Olimpiade susulan? Kebetulan! Pak Kepala Sekolah baru kembali dari Yogyakarta kemarin dan masuk hari ini." sambung guru itu bersemangat.

"Oh begitu ya Bu?. Terima kasih atas infonya bu." ucap Alena, ia pun mengeluarkan kartu perpustakaannya dan mengibaskan tangannya ke Rayna, memberikan kode kepada laki-laki itu agar juga memberikan kartu perpustakaannya.

"Oke jadi 3 atas nama Alena, dan 5 atas nama Rayna? Kembalikan setelah 3 hari kedepan ya, untuk Alena...semangat!."

"Iya Bu, terima kasih." ucap Alena.

Setelah selesai mencatat nama Alena dan juga Rayna, guru pengawas itu langsung mengembalikan kartu perpustakaan keduanya. Keduanya juga tak mengulur-ulur waktu lagi, segera mungkin mereka kembali ke kelas untuk meletakkan buku-buku itu ke dalam loker masing-masing kemudian berlari ke kantor Kepala Sekolah. Sayangnya, saat tiba di kantor Kepala Sekolah, pintu ruangan itu tertutup, dengan berat hati akhirnya Alena dan Rayna memutuskan untuk menunggu di kursi.

Tik...tik...tik...

Suara jarum jam terus saja menggema di ruang itu, gemanya pun seakan menjadi sihir yang berhasil membuat mata Rayna mengantuk.

"Gila, ngantuk gue! Hoaaammm." ucapnya sambil menguap.

"Tutup mulut lo, jigong lo bau." keluh Alena yang membuat Rayna tertawa nakal.

"Aelah Len, cuma jigong doang. Jigong orang ganteng nih, hahaha." ucapnya dengan nada lebay.

"Dih, geli gue!." jawab Alena.

Klek...

Pucuk di cinta ulam pun tiba, akhirnya pintu yang dinanti-nantikan oleh Alena dan Rayna terbuka. Tanpa menunggu apapun lagi, langsung saja keduanya berdiri dan mengambil langkah untuk masuk namun, tiba-tiba langkah Alena terhenti, tubuhnya menegang dengan ekspresi wajah yang kaget ketika melihat seseorang yang ia kenal keluar dari ruang Kepala Sekolah.

"Appa?!."

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Assalamualaikum.

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.

Happy reading

Instagram : @meisy_sari

@halustoryid

Maafkan bila terdapat typo🙏🏻

Tinggalkan saran kalian❤

avataravatar
Next chapter