9 7

"Saking kerennya aku ingin memberitahukan pada orang orang tentang hal ini" Kata nya.

Aku menatap kesal ke arah orang itu "berikan Rekaman nya"

"Kenapa, apa kau tidak ingin ada yang tahu?"

"Rendra berikan Rekaman itu "kata ku lagi pada nya.

Orang itu adalah Rendra, dia adalah teman sekelas ku.

"Oke oke tapi kenapa harus terburu buru, jika kau ingin mendapatkan Rekaman ini maka kau harus mengikutsertakan ku dalam permaianan mu"

Eh, permainan? Maksud nya membunuh ya?

"Kalau aku menolak"

"Aku akan menghancurkan mu secara harfiah" Rendra lansung berlari ke arah ku dan secepat kilat dia mengeluarkan sebuah pisau.

Trang'

Bunyi pisau milik ku dan Rendra saling berada.ntungl tadi aku cepat mengeluarkan pisau ku kalau tidak bibir ku akan menjadi korban.

Rendra melangkah mundur "kau tidak akan bisa mengalahkan ku" seringaian sinting itu berhasil di tunjukan olehnya. Membuat ku rasanya ingin menghabisi nya sekarang juga.

"Tapi sayangnya aku bisa" kata Al yang tiba tiba datang entah dari mana. Di tangan nya memegang sebuah pistol yang di arahkan ke arah Rendra.

"Hahahaha sial seperti nya aku kalah" kata Rendra masih dengan seringaian yang sama.

"Itu kau tahu" kata Al "berikan ponsel mu pada Kesha dan pergilah dari sini seolah olah kau tidak melihat apa apa"

Rendra menyeringai dan memberikan ponsel nya pada k, sungguh seringaian nya itu menyimpan sebuah rencana sinting.

Aku menerima ponsel nya dan mencari rekaman yang tadi. Mencari di beberapa file dan juga galeri tapi aku tidak dapat menemukan apa apa.

Aku menatap Rendra kesal "kau menipu ku, rekaman nya tidak ada "

"Apa?" Al tampak terkejut.

"Bwhahahaha, kalian tertipu. Aku padahal tidak merekam apa pun Bwhahahaha" tawa sinting Rendra kembali terdengar.

"Ya aku juga menipu mu, pistol itu tidak ada peluru nya" Al menyeringai.

"Hahahaha aku juga tertipu ya, sepertinya ini karma "kata Rendra.

"Aku harap kau tidak menganggu urusan kami" Al memperingatkan

"Tentu saja jika kau mau aku ikut dalam kesenangan kalian"

Al menyeringai "oke tapi tidak semudah itu, kau harus bisa melakukan sesuatu agar kami bisa menerima mu"

"Apa itu?"

"Kau harus menunjukan pada kami kalau kau layak" jawab Al "pukul sebelas malam temui aku di taman kota, di sana kau akan mengetahui jawabannya" lanjut Al.

"Baiklah" Rendra pun segera meninggalkan aku dan Al.

Aku menatap Al kesal "apa maksud mu mengajaknya juga?"

"Kau tahu Kesha, di aku berencana membuat sebuah perkumpulan. Bukan perkumpulan yang besar tapi setidaknya dapat mencapai tujuan ku" jawab Al.

Lihat ide gila apa lagi yang dia rencanakan.

"Huh baiklah aku juga akan ikut, lagi pula sampai kapan pun aku akan selalu bersama mu"

"Itu kau tahu"

Aku dan Al segera meninggalkan wilayah sekolah dengan kebahagian yang terselubung.

                       🔪🔪🔪

Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Begitu pula dengan aku dan juga Al.

Hubungan kami selalu bersama dan saling mengisi satu sama lain. Walau itu untuk sebuah kejahatan. Bicara soal kejahatan seperti malam ini aku dan Al akan melakuan kejahatan untuk sebuah kebaikan.

Terdengar konyol tapi seperti itulah yang kami lakukan saat ini.

Pukul sembilan malam di mana waktu untuk remaja 'normal' untuk tidur atau belajar. Berbeda dengan aku dan Al. Kami kini sedang berada di sebuah gang sempit. Dengan pakaian serba hitam dan masker.

"Al sepertinya tidak ada preman yang akan kemari"

"Tentu saja jika tidak ada yang memancingnya" jawab Al "itu sebabnya kau harus memancingnya kemari"

Sudah ku duga.

Dengan malas aku bergegas pergi ke arah luar gang di sana aku dapat merasakan kesunyian yang cukup menakutkan. Tidak ada kendaraan maupun hiruk pikuk pengguna jalan. Ini berbanding terbalik jika saat siang hari.

Aku mengedarkan pandangan ku di ke segala arah mencoba mencari keberadaan seorang preman atau orang bertato, yang biasanya memalak di sekitaran daerah sini.

Dapat.

Seorang pria berperawakan sangar tampak sedang duduk di bangku jalan menunggu mangsa.

"Al aku dapat satu" kata ku

"Cepat bawa kemari"

Aku mendekati preman itu, di tangan ku aku sudah memegang sebuah kaleng, ini tidak dapat membunuh seseorang tapi cukup lah untuk mengundang kemarahan seseorang.

Aku mengangkat kaleng itu dan mengambil ancang ancang untuk melempar nya.

Satu

Dua

Tiga

"SIAPA YANG MELAKUKAN INI" teriak preman itu. Dia menatap kesal ke arah ku.

Dan saat itulah aku berlari ke gang yang tadi.

"Al dia datang" kata ku

Al sudah siap dangan sebuah palu yang cukup besar. Saat preman itu memasuki gang saat itulah Al memukulkan palu itu ke kepala botak milik preman itu.

Namun sayang pukulan itu hanya menyebabkan nya pingsan .

"Ayo kita bunuh dia " suruh Al

Aku menyeringai dan mengeluarkan pisau ku "dengan senang hati "

Kini aku dan Al sudah duduk mengelilingi si preman. Layaknya akan menyembelih seekor hewan aku dan Al mulai memotong tubuh si preman.

"Kita fokuskan di perut nya" kata Al

Baju si preman kini telah di robek oleh Al kini hanya menyisakan celana jeans nya.

Perlahan tapi pasti aku menusuk pinggiran perut si preman dan aku sayat  hingga menciptakan sebuah goresan yang panjang dan dalam .

Jangan tanya berapa banyaknya darah yang mengalir, sangat banyak sangat banyak sampai tangan ku berwarna merah seluruh nya.

Kini giliran Al, sayatan yang ku buat itu dengan cepat di buka Al layaknya membuka kaleng sarden.

Usus dan beberapa organ pencernaan lain dapat ku lihat. Berbeda dengan ku yang hanya melihat, Al lansung menarik usus si preman hingga terlepas dari tempatnya.

"Kau bisa menjadikannya usus goreng" Al menunjukan usus itu pada ku.

"Jauhkan benda menjijikan itu" kata ku jijik.

Oh yang benar saja, aku tidak hanya melihat darah di sana tapi juga beberapa cairan yang sangat menjijikan lainnya.

"Hehehe, ayo cepat bantu aku mengeluarkan semua organ tubuh nya" suruh Al yang di balas dengan anggukan oleh ku.

Kami mulai mengeluarkan segala isi perut si preman dan memasukan nya ke dalam kantung plastik, ada usus, lambung, jantung dan organ organ lainnya. Setelah mengamankan isi perut si preman, kami mulai membersihkan tempat ini dan memindahkan tubuh si preman ke kursi jalan yang tadi dia duduki.

"Kesha kita berhasil, aku yakin besok pembunuhan ini akan masuk berita" Al dan aku melakukan tos dengan tangan yang berdarah.

"Al ayo kita pulang aku sudah ngantuk" kata ku sedikit manja.

"Oke"

Dengan menggunakan motor kami pun pulang.

"Al apa kau merasa melupakan sesuatu?" Tanya ku di tengah perjalanan.

"Ah itu hanya perasaan mu saja" jawab Al acuh.

Ya mungkin saja itu adalah perasaan ku saja.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter