8 6

Ada beragam cara yang dapat di lakukan seseorang untuk bunuh diri. Salah satunya dengan menghentikan atau mengganggu sistem peredaran darah. Untuk dapat melakukan itu di gunakanlah tali sebagai alat bunuh diri nya. Biasanya tali dapat kau gunakan sebagai alat nya. Ikatkan pada leher mu atau kau bisa melakukan gantung diri dengan tali itu.

Coba bayangan jika trik bunuh diri ini dapat kau terapkan pada target pembunuhan mu. Misalnya saja aku. Salah satu trik bunuh diri ini akan aku terapkan pada target ku, Cecilia Monica.

Cara nya mudah, hanya membutuhkan obat penenang kalau bisa berbentuk cair, tali tambang kalau tidak ada gunakan tali jemuran. Dengan alat itu, aku siap membunuh Cecil .

Hari selasa adalah hari yang tepat untuk membunuh Cecil, saat jam istirahat aku pergi menemui nya di kelas nya.

"Apa kau melihat Cecil?" Tanya ku pada salah satu teman sekelas nya.

"Dia sedang ke ke kantin" jawab siswi itu.

Sial.

"Bagitu ya. Terima kasih" Aku bergegas meninggalkan Kelas Cecil.

Padahal jika Cecil ada aku bisa bicara pada nya untuk menemui ku sepulang sekolah.

Apa aku harus menunda nya lagi.

Tidak. Aku tidak akan menunda kematian Cecil karena hari ini hari yang tepat dan juga suasana hati ku tampak bagus.

Aku bergegas ke kelas Al untuk melakukan sesuatu.

"Al" panggil ku saat melihat nya sedang berkumpul bersama teman temannya.

"Al pacar mu memanggil" kata salah satu temannya yang mendengar ku memanggil.

"Mana?" Al pun akhirnya melihat ku " baiklah aku pergi dulu ya, mau pacaran" pamit nya pada temannya.

Al berjalan ke arah ku "hai sayang "

"Aku jijik mendengar panggilan itu " respon ku.

"Bwhahahaha , baiklah ada apa kau kemari?"

"Dengar ya Al hari ini kita akan membunuh Cecil, jadi untuk itulah kau juga harus berperan. Lakukan lah sesuatu, kau bisa memancingnya agar menemui ku di kelas ku" jawab ku.

"Berhentilah memerintah ku"

"Oh ya, bukan kah kau yang memerintah ku hah menyuruh ku membunuh ini membunuh itu. Kau yang seenaknya" marah ku.

"Maafkan aku sayang" Al langsung memeluk ku.

"Tetaplah begini ada yang melihat kita" bisik Al.

Brengsek.

"Aduh kalian ini pacarannya tidak ingat tempat ya. Hentikan aksi berpelukan kalian itu sebelum aku memberitahukan pada guru " suara itu terdengar dari seorang siswi . Dia adalah Sierra wakil ketua OSIS

Al melepaskan pelukan nya "iya, aku hanya kasihan melihat gadis ku menangis" kata Al pada Sierra.

Satu hal yang pasti. Aku tidak menangis.

"Ada apa kau menemui ku Sierra "

"Kita ada rapat OSIS"

"Kesha sayang aku pergi dulu ya, tenang aku akan urus semua nya dan pastikan kau menyiapkan semua nya" kata Al sambil mengedipkan matanya.

"Sierra ayo pergi" Al dan Sierra segera meninggalkan ku.

Aku pegang perkataan mu itu Al.

🔪🔪🔪

Pukul tiga lewat lima belas menit, terlalu cepat sepuluh menit untuk bel pulang berbunyi. Tapi ya sudahlah, dengan begitu semakin cepat Cecil untuk ku bunuh.

Seperti yang sudah Al rencanakan, dia menyuruh ku menunggu di kelas ku. Al sudah menyuruh Cecil untuk datang ke kelas ku. Di sinilah aku akan membunuh nya.

Aku membereskan peralatan ku dan segera meninggalkan kelas, dan menunggu Cecil di depan kelas.

"Kesha kau tidak pulang?" Tanya salah seorang teman sekelas ku, Dessy namanya.

"Ah tidak aku masih menunggu Al "jawab ku.

Dessy menatap ku sinis "oh aku lupa dia itu kan pacar mu"

Aku tidak menanggapi nya di memilih untuk diam ditempat.

"Dasar aneh" umpat nya dan meninggalkan ku.

Ah rupanya pengakuan Al kemarin telah membawa ku ke dalam masalah yang merepotkan. Ini sudah ke sekian kalinya ,kesenangan Al menjadi penderitaan ku.

"Kesha sedang apa kau di sini?" Sebuah suara mengagetkan ku

"Cecil"

Sesuai dengan rencana kami, Al berhasil membawanya ke sini.

"Heh aku tadi bertanya" bentak Cecil

"Oh, ini kelas ku" jawab ku.

"Aku tahu, tapi kenapa kau tidak pulang. Apa kau tidak tahu kalau Al akan menemui ku hari ini di sini" aku menggeleng.

"Dengar ya Kesha, Al hanya menjadikan mu bahan mainan nya saja dia tidak benar-benar mencintai mu. Dan satu lagi tadi Al mengajak ku bertemu untuk membahas tentang hubungan aku dan dia" jelas Cecil panjang lebar.

Dia mengatakan tentang cinta Al. Yang benar saja aku bahkan tidak yakin jika Al memiliki hati.

"Iya, aku tahu" seperti nya perkataan ku membuat Cecil penasaran.

"Kau tahu Cecil, Al hanya menjadi kan ku sebagai media untuk membuat mu cemburu" lanjut ku yang membuat Cecil kembali terkejut.

"Al sebenarnya mencintai mu, bukan aku"

"Kau bohong, lalu kenapa Al waktu itu tidak menerima pernyataan cinta ku waktu itu?" Tanya Cecil.

Aku menarik nafas panjang untuk menyebutkan rentetan kebohongan ku "ya dari situlah Al mulai menyukai mu, dia berpikir kalau kau itu gadis yang berani" kata ku

"apa kau tahu Cecil tipe Al itu gadis berani seperti itu"

"Benar kah?"

Tentu saja tidak.

"Iya itu benar" aku meyakinkan Cecil

"Ini" aku menyerahkan sebotol minuman berasa jeruk.

"Untuk Apa?"

"Ini dari Al. Dia tadi titip pesan pada ku untuk memberikan ini pada mu. Karena dia akan lama untuk menemui mu' aku menyerahkan minuman itu dan Cecil menerimanya dengan senyuman.

Bodoh.

Cecil meneguk minuman itu hingga setengah tanpa mengetahui bahwa aku sudah memasukan obat penenang yang dosis nya cukup tinggi ke dalam minuman itu.

"Terima kasih ya Kesha"

Brugh'

Tubuh Cecil ambruk seketika di depan kelas.

"Ups, sepertinya aku memberikan obat penenangnya sangat banyak" kata ku dan menyeringai.

Aku kemudian menarik tubuh Cecil ke dalam kelas ku dan ku letakkan di dekat pintu.

"Cecil tubuh mu sangat berat "keluh ku.

Aku melanjutkan aksi ku, aku menutup punti kelas dan membawa tubuh Cecil agar bersandar di pintu. Setelah itu aku mengambil tali dari dalam tas ku. Setelah itu aku ikatkan pada leher Cecil dan juga gagang pintu.

Dengan begitu jika ada orang dari luar ingin membuka pintu dan menarik gagang pintu maka tali itu akan bergerak dan mencekik leher Cecil hingga kehabisan darah.

"Selamat tinggal Cecil" kata ku

Aku berjalan mendekati jendela kelas dan aku keluar dari sana. Untunglah di sekolah ku memiliki desain jendela tidak memiliki trali sehingga aku dengan mudah keluar.

Setelah berhasil keluar, aku mendekati gagang pintu dan menarik gagang pintu dari luar, bukan hanya sekali tapi berulang ulang.

Aku jamin Cecil sudah tewas di dalam. Sekarang aku tinggal pulang saja, pasti Al sudah mengunggu.

"Trik membunuh mu itu keren" sebuah suara mengagetkan ku.

Ternyata ada seseorang yang berdiri sambil merekam aksi ku tadi.

Sial.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter