1 Chapter Satu : Lucas emang Ngeselin

Halloha, ini ceritaku yang gatau keberapa. Semoga kalian suka. Bantu komentar dan jejak ya!

Makasih teman-teman, muach!

....

Lucas hanya anak Teknik Komputer Jaringan di SMK Gayana Jakarta. Sementara Dita anak Multimedia yang menyukai segala jenis naskah, animasi dan juga kamera. Kelas mereka satu lantai dan berhadapan. Mereka tidak pernah akur, bahkan mereka selalu mengibarkan bendera perang karena anak Multimedia selalu heboh saat anak TKJ sibuk merakit.

"Sumpah gue enggak mau tahu ya, Dit. Gue enggak akan mau bersangkutan sama anak TKJ lagi. Gue capek adu debat sama Adrian yang bacotnya ngalahin Mira," kata Siska, sahabat Dita yang menjabat sebagai wakil ketua kelas. Ya, Siska capek berurusan dengan anak TKJ yang selalu mencari kesalahan anak Multimedia.

"Harus, Siska. Lo, Dimas sebagai ketua dan wakil kelas harus bersangkutan sama anak TKJ. Lo tahu sendiri, kalau kemauan Pak Budi enggak bisa dibantahkan. Kita mau enggak mau harus bisa bergaul sama anak TKJ." Nah, Dita itu bendahara kelas. Dia paling kalem di antara anak-anak lainnya. Dia juga ketua OSIS yang memiliki pesona luar biasa. Dita juga cantik, namun sikapnya yang ceroboh saja yang membuatnya terlihat minus.

Siska memijat pelipisnya. Rasanya kepalanya mau pecah saat Pak Budi meminta kelasannya untuk mengajak anak TKJ-1 untuk bergabung di film pendek Multimedia-2. Semua permintaan beliau membuat anak-anak histeris dan berkomentar aneh-aneh, tapi mau bagaimana? Semua demi nilai, karena Pak Budi mengacam jika mereka tidak bekerja sama, anak Multimedia tidak mendapatkan nilai maksimal.

"Lo aja yang Dit yang bilang sama Lucas. Lo kan pernah deket tuh," kata Dimas menimpali. Dita yang diperintah begitupun melotot. Dia tidak mau dekat dengan Lucas si cowok pendiam yang menurut Dita benar-benar aneh.

"Gila, ogah!" tolak Dita. "Lagian gue deket gimana?"

"Pura-pura lupa lo, Dit. Gue kan lihat lo sama Lucas di parkiran sambil peluk-pelukan gitu. Mau ngeles lagi lo?"

Dita mengingat kejadian itu. Kejadian saat salah satu siswa Gayana hampir menabraknya. Saat itu Lucas datang menolongnya, tapi tidak dengan kameranya. Saat itu juga Dimas datang dan meledeknya.

"Apaan lo, Dim! Enggak ya enggak, karena dia kamera gue rusak dan gue diomelin Kak Leo semingguan sampai papa ganti kamera gue," jawab Dita cemberut.

"Ya setidaknya, Dit. Lo kenal sama dia."

"Enggak. Sekali enggak mau ya enggak mau. Tiwi aja suruh, kan dia salah satu inceran Robi," balas Dita lagi.

Tiwi yang sedang mengedit sebuah intro film langsung melihat Dita.

"Ngape nama gue disebut?" tanya Tiwi sewot.

"Lo gih samperin Robi, ajakin anak kelasan dia untuk gabung sama kelasan kita."

"Dih, ogah. Dimas aja sono."

"Et, lempar-lemparan. Gue enggak mau."

"Gue juga enggak mau."

Siska dan Dita saling tatap. Ya, mereka tidak mau berurusan dengan kelasan sunyi anak TKJ. Kenapa juga Pak Budi menyatukan kelasannya dengan kelasan TKJ-1. Bukankah masih banyak anak TKJ-2 dan TKJ-3? Kenapa harus TKJ-1 yang jadi kelompoknya.

"Dit, di sini lo sebagai OSIS lho. Gue yakin, kalau lo minta bantuan Lucas, mereka pasti mau deh buat sekelompok sama kita."

"Enggak deh. Apes deket-deket sama Lucas."

"Aelah, Anandita gue mohon. Pleasee ...."

"Enggak ya, Sis. Bodo, mau lo memohon sampai keluar darah pun, gue tetap enggak mau. Enggak akan mau gue deket-deket sama Lucas yang bobrok gitu."

"Lucas ganteng, Dit."

"Dih," kata Dita sewot.

Nah, bicara tentang Lucas, cowok itu emang tampan. Selalu dijadikan anak emas Gayana. Semua info baik-baik selalu di share. Bahkan bukan hanya adik-kakak kelas yang menyukainya, namun anak dari luar Gayana juga suka. Bisa dilihat dari Instagram cowok itu, memiliki ribuan followers. Tapi tetap aja, Dita enggak pernah suka sama Lucas.

"Jadi gimana ini?" tanya Siska frustasi.

"Fix, kita demo!"

---ProduserJaringanCinta---

TKJ-1 adalah kelasan anak-anak yang menyukai ketenangan. Biasanya TKJ selalu ribut dan menyalahkan aturan, TKJ-1 di Gayana ini sangat-sangat tenang. Tiga puluh siswa di kelas ini tidak suka keributan seperti kelasan depan. Konsentrasi mereka terganggu karena anak Multimedia-1 membuat film kecil yang menimbulkan suara. Karena itu, hampir siswi perempuan dan beberapa anak laki-laki di sana mengibarkan bendera perang kepada anak Multimedia.

Seperti Adam, ketua kelas TKJ-1 yang kesal banget sama Siska yang selalu bacot tidak bisa dibilangin. Mia; wakil ketua kelas TKJ-1 yang tidak menyukai mulut Tiwi yang asal nyerocos. Kiki yang tidak suka Dimas yang suka berisik. Lia yang tidak menyukai Amel yang selalu merenggek kepada Tio; pacar sahabatnya.

Seperti sekarang ini, mereka tengah belajar Pemrograman Dasar. Saat Pak Rojak menjelaskan tentang materi Penerapan alur pemrograman dengan struktur Bahasa pemrograman computer si anak Multimedia berisik. Padahal memperlajari pemrograman Python dan WEB itu membutuhkan konsentrasi dan ketenangan bukan kebisingan yang mereka dapati.

"Jadi, Lingkungan program di sini disebut dengan environment yang digunakan untuk membuat program IDE(Integrated Development Environment). Perangkat ini juga yang khusus digunakan untuk membuat suatu program."

"Oh iya, Pak. Sebelumnya saya pernah belajar Bahasa pemrograman ini ya, terus saya pernah tanya Lucas juga tentang Python yang memiliki kekurangan yang terdapat di kode-kodenya yang lambat. Apa itu benar? Tapi kenapa banyak yang ingin belajar Bahasa pemrograman itu?" tanya Adam yang duduk di samping Lucas.

"Betul sekali, Dam. Kode Python itu lambat dalam hal eksekusi karena berbagi resource computer dengan interpreternya sehingga tidak begitu cepat. Kenapa banyak yang ingin belajar, karena mereka merasa Python itu Bahasa pemrograman yang mudah. Coding Python bisa segera diselesaikan walau hanya baris-perbaris tanpa perlu menunggu script selesai."

Adam ber-oh ria saja. Dia Kembali mencatat apa yang dibilang pak Rojak.

"Pak ini betul tid—"

"Woy ulang Woy!" teriak anak-anak dari luar. "Gila, kalau begini nilai tugas kita nol besar. Pokoknya gue enggak mau tahu, ulang!"

Anak-anak TKJ menghela nafasnya lagi. Bisa-bisanya mereka menganggu.

"Dimas gue enggak mau ngulang. Capek ege! Dinar enggak mau ikutan ngerjain!" kata Fatimah yang suaranya terdengar cempreng.

"Eh Mpok Fatim suuzon bae lo! Gue kemaren cari talent ege, lupa!"

"Ye Bambang, mana ada gitu. Pokoknya lo harus ikut ngerjain!"

"Enggak!"

"Gue aduin lo!"

"Bodo!"

"Kamu mau tanya apa, Mia?" tanya Pak Rojak yang sudah ada di depan Mia.

"Ini, Pak sudah benar belum?"

Pak Rojak memeriksa hasil eksekusi Mia, kemudian memberikan tambahan dari skriptnya yang masih banyak salah. Adam melihat jendelanya dan melihat anak MM-1 sedang membuat film kecil di depan kelas.

"Jengkel banget gue sama mereka," umpat Adam. "Liat aja, nanti gue bilangin ke mereka, biar mereka tahu diri."

Lucas hanya diam, sebelum dia melihat pemrogramannya lagi. Lucas mah tipe-tipe orang bodo amat, bagi dia selagi tidak menganggu banget, kenapa harus ngebacot.

Tak lama bel istirahat berbunyi. Pak Rojak menyelesaikan pelajarannya dan pergi keluar kelas.

Mia berjalan ke depan kelas, melihat anak Multimedia masih sibuk dengan syuting enggak jelas mereka.

"Woy, jangan kaya pasar. Ini sekolahan!" seru Mia yang membuat Siska langsung melihat Mia dengan tatapan malas.

"Bacot ae lo!"

"Lo dibilangin ya. Harusnya lo belajar, bukannya ngerusuh."

"Kita ini belajar ya, Mbak! Lo enggak lihat, kita lagi megang kamera, naskah dan laptop, heh?" tanya Siska kesal.

"Dasar kelasan sampah," cetus Lia, sahabat Mia.

"Bacot aja lo semua. Enggak suka diem aja, jangan komentar! Dasar Lambeh!"

"Dim, bilangin sama teman lo semua, kalau kita lagi pelajaran jangan berisik. Ganggu tahu enggak," kata Adam yang baru keluar kelas.

"Belajar tinggal belajar, protes ae. Gue dan temen gue bayaran juga, jadi bebas dong gue mau ngapain. Berasa anak sultan banget sih lo. Kalau mau hening kekuburan aja sana, jangan ke Gayana," balas Dimas ketus.

Adam mengepal tangannya.

"Ribut aja yuk, dasar sok oke. Cowok gue yang anak IPA aja enggak selebay kalian, kenapa kalian lebay banget!" balas Mira.

"Suara kalian kek tong kosong nyaring bunyinya. Enggak bermanfaat!" kata Mia.

"Lah kelasan lo udah kek kuburan!"

"Berarti kelas kita bener dong?"

"Bener apa? Caper iya."

"Sialan!"

Nah keributan terjadi lagi. Tidak ada penengah adu mulut ini selain OSIS maupun guru.

"Panggil Dita!" perintah Dimas.

"Panggil Lucas woy, cepet."

Dan saat keduanya ditarik paksa untuk menengahi, terjadi satu kecanggungan antara Dita dan Lucas. Mereka berdiri di tempat yang tidak jauh dari Adam dan Dimas. Lucas juga melihat Dita yang terlihat menggunakan jepitan yang dia kenal itu adalah jepitan yang kemarin kakaknya beli Bersamanya di Pasific Place.

Tanpa banyak bicara, Lucas menarik jepitan yang ada di kepala Dita hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Aduh sakit, Anying!" kata Dita yang tidak bisa mengontrol ucapannya.

"Lo nyuri jepitan ini di mana?" tanya Lucas datar.

"Dih, itu punya gue ya!"

"Ini punya orang, asal lo tahu aja. Dasar maling."

"Dih Lucas, ini punya gue ya. Lo yang sok tahu," kesal Dita yang mencoba mengambil jepitannya. "Balikin cepetan jepitan itu."

"Enggak akan. Ini punya pemiliknya. Lo itu pencuri."

"Apaan sih lo, enggak jelas banget. Itu punya gue, batu banget sih."

"Enggak!"

"Lucas balikin. Sialan banget lo!"

Lucas langsung mengantongi jepitan tersebut, kemudian berjalan masuk ke dalam kelas Kembali. Baru Dita mengejarnya masuk kelas, Adam dan Mia menghadang.

"Anak MM-1 dilarang masuk," kata Mia.

Dita mengepal tangannya.

Mia mendorong Dita, kemudian menutup pintu Kembali.

"Lucas Aldovi Bastara gue doain kuku lo patah karena ambil jepitan gue, mampus!" teriak Dita yang menghentakkan kakinya dan pergi ke kelasnya. Dia menangis, karena jepitan kesayangannya harus diambil Lucas sialan itu.

"Woy balikin jepitan temen gue!" teriak Siska.

"Pengecut lo, beraninya ngambil punya orang. Maling teriak maling, enggak mampu beli, bilang gue biar gue beliin sama toko-tokonya!"

"Dasar maling berkelas!"

Sementara Lucas hanya diam sambil menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya.

"Milik Dira tetap harus jadi milik Dira, enggak boleh yang lain."

---ProduserJaringanCinta---

Bersambung ...

avataravatar