6 Selamat Jumpa Lagi Kota M tercinta

Mata Yuna melihat sekeliling rumah Aki Kamajaya yang telah terasa akrab dengannya. Rumah kecil namun cantik. Suara aliran air sungai menambah kenyamanan bagi yang tinggal di rumah itu.

" Aku harus bergegas, mumpung saat ini pasaran1) aku bisa mendapat kendaraan lebih mudah dari hari biasa" gumam gadis itu sambil meneruskan berkemasan. Ia memakai kaos biru dengan bis hitam pada lengan dan lehernya, sebuah celana denim hitam menambah kecantikan tubuhnya, tak lupa ia memakai sepatu sneaker biru tua. Yuna bertekad untuk melanjutkan hidupnya kembali ke kota M. Ia tak ingin bersembunyi terus dari dunia luar. Samar samar ia ingat pesan Aki saat keberadaannya memudar," Lanjutkan hidupmu dengan baik jangan kau sia sia kesempatan yang dikarunia Sang Penguasa Alam padamu". Yuna tersenyum penuh percaya diri, ia menggendong ransel nya dan mulai bermeditasi, setelah merapatkan ajian Halimun tubuhnya diselimuti kabut putih yang semakin menebal membungkus tubuh gadis itu. Saat ia membuka matanya ia telah berpindah ke tepian sungai tempat pasaran dilakukan. Penduduk desa ramai mengunjungi lokasi ini karena disini mereka dapat bertransaksi dan membeli kebutuhan hidup untuk satu Minggu ke depan.

" Cinde nian kau, jeme mane ngan tu?" sebuah suara agak gemetar menegurnya. Yuna menoleh ia bertemu seorang wanita tua. Perempuan tua itu membawa bake2) yang diikat di dahinya. Yuna tersenyum ramah dan menegurnya, " Aku jeme sinilah bung" Ibung3) kebile mobil kekota berangkat?" tanyanya dengan bahasa sederhana yang ia bisa. " Kau bisa tanya Mang Rustam. Tam....Rustam budak cantik nih nak ke kota... bantu dulu lagi" ia melambaikan tangan pada seorang lelaki usia empat puluhan. Lelaki itu bergegas mendatangi, "Ape bung... ape yang bisa Kubantu?". tanyanya.

" Saya mau kekota M. Mang, masih adakah bis yang menuju ke sana?" Mang Rustam mengangguk dan menunjukkan jempolnya," Beres, non ... ibung pergi juga?" Perempuan tua itu tertawa geli

" Nak kemana pule aku ni Tam awak lah tue, anak cucuku disini gale" ujarnya sambil membetulkan bakenya memberi isyarat kepada Yuna dan berlalu menuju keramaian. Yuna menunggu bis sekitar tiga puluh menit. Saat bis dari arah Palembang datang, ia segera masuk dan duduk dibelakang sopir. Yuna memasang handset pada telinganya saat sesosok lelaki duduk disisinya dari Bukit Kemuning. Yuna teringat kalau lelaki itu adalah salah satu pengawal Ahi Sasongko. Di kehidupannya yang dahulu lelaki ini telah membantunya melawan kelicikan Sarwenda. Pak Harlan namanya.

" Tujuannya kemana mbak?" tanyanya.

" Kota M" jawab Yuna. Ia teringat kembali saat ia ketakutan dalam bopongan Ahi yang baru saja mengangkatnya dari dalam kuburan.

" Kita akan pulang ke rumah kita karena kau sudah kehilangan identitasmu setelah kau dinyatakan meninggal dunia terlebih lagi kau tak punya sanak famili sehingga aku berhak sebagai orang terdekatmu kan" matanya menatap Yuna ada pendar yang begitu mempesona di pupil matanya. Pak Harlan tergopoh-gopoh menyiapkan kamar untuk Yuna.

Setelah bebersih dan berpakaian ia mendapat makan malam untuk pertama kalinya bersama barbarian tampan yang berwajah kaku, Ahi Sasongko.

" Apa yang terjadi? mengapa aku dikubur?" tanya Yuna setelah makan dan mereka berdua duduk diruang membaca

" Kamu telah mati karena bubuk obat yang ku suruh Sarwenda untuk memasukkannya keminumanmu, kematian sementara"jawabnya dengan suara dingin dan wajah tanpa ekspresi. Waktu itu Yuna sangat marah ia melempar gelas berisi air ke Ahi, lelaki itu menghindar, tersenyum kecil namun dengan mata disipitkan.

" Kurang ajar kau barbar.... apa hak mu menghilangkan identitasku" Wajah Yuna geram.

" Itu salahmu Amazon, aku tak punya cara lain untuk membawamu kesini sesuai surat wasiat" Ahi mencibir mengingat penolakan yang diberikan oleh Yuna saat ia mengajak untuk melaksanakan pesan wasiat untuk tinggal bersama setidaknya tiga tahun.

Terminal kota M tampak gemerlap dimalam hari karena lampu berbentuk bulat dominan di pinggir jalan. Yuna turun dari bis dan terkejut ketika sebuah tangan yang kekar menangkapnya.

"Selamat Jumpa lagi di kota M, tunanganku sayang" ia berbisik saat memeluk tubuhnya. WajahYuna merona

ia ingat dahulu dikehidupannya yang lain ia meronta dan berusaha kabur darinya

kali ini ia tidak meronta atau melarikan diri. Ia mendongak menatap Ahi sebuah senyum manis ia perlihatkan

" Kamu menjemputku... terima kasih sayang" katanya dengan suara yang halus merayu. Ahi tertawa pelan ia terlihat lebih manusiawi dan begitu mempesona bila tertawa.

" Arlan, bawakan ransel mbak Yuna" perintahnya kepada Arlan.

" Ya, bos... ternyata kita satu bis dan satu deretan bangku." Arlan mengangkat ranselnya sementara wajah Ahi tiba tiba merah padam. Ia meninju pundak sopirnya itu. " Jangan macam macam dengan wanitaku" ucapnya dengan suara sedingin es.

" Yee, bos... posesif banget dah" jawab Arlan bercanda. Ahi ingin tersenyum mendengar jawaban sopirnya itu namun ia berpura pura batuk.

" Cepat masuk ke mobil, malam ini lebih dingin dari biasanya" tangannya menyampirkan sebuah jaket bulu kebahu Yuna.

" Terima kasih" kata gadis itu sementara Ahi dan Arlan terkejut. Ini bukan si Amazon yang biasa. " Menarik..." kata hati Ahi dan sebuah senyum puas tersungging di bibirnya. Yuna bergegas masuk kedalam mobil. Ada banyak rencana yang sudah tersusun di kepala cantiknya, ia harus mulai bekerja sama dengan takdirnya. Ia harus bisa menyesuaikan perannya sebagai tunangan dari sang konglomerat Ahi Sasongko. Terlebih lagi kalung birunya selalu terasa bergetar dan berpendar dengan aura dingin di tempat ia berada dileher jenjangnya. Kalung penanda jodohnya "soulmate" dalam arti yang sesungguhnya.

1)pasar rakyat yang hanya ada satu hari dalam satu Minggu.

2) tempat membawa sesuatu terbuat dari anyaman bambu.

3) sebutan untuk seorang wanita, sama seperti kaya bibi atau Tante.

avataravatar
Next chapter