webnovel

Kau adalah pendamping hidupku !

Perjalan ke rumah Ahi Sasongko lancar tanpa gangguan macet, itu karena hari telah malam. Saat Yuna melihat ke jam tangan waktu menunjukkan pukul 22.00 wib. Pak Arlan mengemudi mobil dengan terampil, Yuna merasa nyaman hingga tanpa ia sadari terlelap dengan kepala bersandar di bahu Ahi. Lelaki itu awalnya terkejut karena biasanya Yuna jutek, keras kepala dan membencinya. Ia tersenyum lebar, menarik gadis itu kedalam pelukannya.

" Ternyata si kucing liar ini bisa bersikap manis juga" pikirnya. Ia tiba tiba terkejut merasakan hawa dingin dari balik bajunya. Selarik cahaya biru muncul dari kalung yang ia kenakan dan dari leher Yuna juga berpendar warna biru. Ahi memandang takjub pada gadis yang berada di pelukannya dan sedang tidur dengan lelap. Ia menghelus kepala gadis itu dengan lembut.

" Ternyata kau adalah pendamping hidupku" ujarnya lembut dan penuh pengabdian.

" Aku tak akan meninggalkanmu menghadapi kekejaman dunia...karena kau terlalu polos" Ahi menegur Arlan yang sedang mengemudi namun masih menyempatkan diri melihat tuan mudanya mencium kening gadis cantik yang ada dalam dekapannya.

" Bos, jangan curi curi kesempatan" katanya memperingatkan Ahi.

" Saya takut nanti mbak Yuna melabrak dan mempermalukan bos" ia menambahkan kalimatnya. Ahi menyeringai, menepuk punggung belakang sang supir.

" nyupir aja yang bener... jangan ikut campur urusan bos, pura pura ga lihat kan bisa. Tapi.... karena kali ini wanitaku penurut kau akan kuberi bonus dua bulan gaji" santai Ahi bergumam dan dibalas oleh Arlan dengan senyum setengah tertawa dan mengacungkan jempolnya. " Mudah mudahan mbak Yuna tetap manis dan penurut" batin lelaki itu. Bosnya jadi murah hati karena tunangannya bersikap manis. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan sang bos bila wanita yang telah ia "stempel" sebagai miliknya pergi darinya. Ia memandangi wajah cantik diatas pahanya, lalu beralih pada kalung dileher jenjang yang masih berpendar dengan pola molekul sangat atraktif. Diraihnya bandul batu tersebut energi yang sangat besar menerobos ke telapak tangan nya. Dari lehernya getaran yang lembut serta rasa dingin dari kabut yang tiba tiba saja muncul dari pendaran batu biru itu melemparkan Ahi kesuatu tempat dimana sekilas ia melihat seseorang gadis dan seorang pemuda sedang menyatukan batu berwarna biru yang menghasilkan gelombang energi super dan diarahkan pada sesosok tubuh mengerikan dan dahsyat penampakannya.

" Wahai jiwa yang tersesat kembalilah ketempat seharusnya kau berada" teriak pasangan itu mengarahkan batu mereka kesosok tersebut. Sosok itu menjerit, memegang kepalanya dan menjadi lendir berwarna kehijauan menggenang di tanah berlumpur lalu bersama terbit nya sang mentari sosok itu menghilang. Ahi tersadar karena suara Arlan,

" Bos, kita sudah sampai, atau bos ingin bermalam didalam mobil bersama putri pujaan hati?" Arlan membukakan pintu mobil.

" Tidak, terima kasih atas tawaranmu. tapi aku lelaki terhormat dan wanitaku belum tersentuh pria adalah tanggung jawab ku untuk memberinya perlindungan. Kurasa kau cukup tahu batasan ku" Ahi membopong Yuna yang begitu lelap dalam tidurnya. Tiba tiba saja lengan gadis itu dikalungkan dileher Ahi, wajah pria itu memerah apalagi Arlan mengerucutkan bibirnya seolah mengejek.

" Semoga bos tahan dari godaan gadis yang memikat ini" ucapnya. Bersamaan dengan ucapan itu Yuna berbisik pelan.

"Ahi....jangan pergi lagi dariku" Ahi mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. " Siap tuan putri... aku akan selalu beserta mu" bisiknya kemudian bergegas menuju rumah. Seolah ia tahu bahwa Yuna sedang melihat mimpi yang sama dengannya tadi.

Setelah meletakkan Yuna di kamar tidur, Ahi menuju ruang membaca, mencari buku peninggalan kakek buyutnya. Beberapa ruas daun lontar ia temukan diantara tumpukan buku buku tua berdebu. Ia segera menuju kursi baca dan membuka daun lontar tersebut. Sepasang cincin dengan batu berwarna biru tergambar disalah satu daun lontar "cincin tautan asmara" gumam Ahi. Ia mendapat cincin itu dari almarhum ayahnya," meski kau telah ditunangkan, cincin ini tetap akan menjadi petunjuk siapa belahan jiwamu yang sebenarnya. Bila ia bertemu dengan pasangannya kedua batu akan berpendar seiring dengan hawa dingin yang menyertainya." petunjuk itu diucapkan Ayahnya ketika menyerahkan cincin itu padanya. Itu sebabnya ia tidak begitu peduli pada Yuna. Ia merasa gadis itu bukan pendampingnya karena ada seseorang untuknya yang memiliki cincin yang sama dengannya. Ternyata gadis itu adalah tunangannya sendiri.

Batu yang terdapat di cincin itu bernama batu Kamajaya. Nama itu diberikan dari nama pelindung pasangan, Kamajaya dan Kamaratih. Kekasihnya dibawah perlindungan Kamajaya sedangkan ia adalah tanggung jawab Kamaratih. Bila kedua batu disatukan akan ada kekuatan yang maha besar yang sanggup membelah lautan dan meratakan gunung. Memakai cincin tersebut sebagai bandul kalung ia lakukan agar tidak terlalu mencolok, karena bila bertemu iblis yang menyamar sebagai manusia ia akan berwarna merah Semerah darah.

Ahi telah sering bertempur melawan mereka walau kadang ia berpura pura tidak menyadari keberadaan mereka dalam tubuh manusia. Bila keduanya bertemu maka aura mereka akan menarik para iblis untuk merebut batu batu tersebut, para iblis percaya memiliki sepasang batu tersebut akan memperpanjang umur dan meningkatkan kekuatan mereka. Tampilan mereka pun akan selalu muda

"Bahaya... Yuna... apakah ia bisa bertahan?". bibir Ahi menjadi kaku rahangnya mengeras. Ia merapalkan ajian perisai iblis untuk melindungi sekitar rumahnya dari serangan mereka.

Keberadaan batu itu tidak mencolok bila ia tidak bertemu pasangannya. Untuk menghindari para iblis Ahi kadang tidak memakainya. Malam ini entah mengapa ia mengalungkan cincin itu dilehernya. Tunangannya telah tiga bulan tanpa kabar, sebelumnya ia berusaha lari dari rumahnya namun ia selalu dapat menemukan dia kembali. Namun telah lebih tiga bulan tanpa berita tiba tiba saja ia kembali padanya sehat dan cantik seperti dalam angannya. Sarwenda beberapa bulan lalu kembali dari perjalanan wisatanya ke Curup Tenang dan menyatakan bahwa ia tidak bersama Yuna. Ia terpuruk selama gadis itu tiada,"Apakah aku begitu buruk bagimu wahai wanitaku?" ia bertanya tanya sambil menatap dirinya di cermin. Sebentuk wajah bak lukisan dewa Yunani tergambar dalam cermin. Ia jauh dari kata buruk rupa, tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, otot perutnya terbentuk indah, "Ach ...apa yang kurang dariku?" tanyanya sambil mengerutkan keningnya. Mengantisipasi musuh ia me liat melalui jendela kamarnya, pandangannya mengarah ke halaman depan rumahnya. Kabut putih melayang layang dihalaman rumah. Ada beberapa bola mata yang berwarna merah semerah saga, ia menyeringai,

" Astagfirulla...secepat itu aroma kami mengundang" ia bergumam menghusap wajahnya lalu menuju kamar tidurnya. Ia memutuskan untuk solat Lail. Malam semakin kelam, suara serangga terdengar mewarnai malam. Ahi khusuk dalam doanya.

Next chapter