webnovel

Bab 2 Pertunangan (2)

Ruang tamu keluarga Pak Dani Wisesa terasa begitu panas bagi Yuna. Lelaki itu, Ahi Sasongko duduk dengan tenang di salah satu kursi tamu keluarga itu. Wajahnya datar tanpa ekspresi, ketua tangannya saling bertangkup dan diatas pahanya. Ia mendengarkan wasiat yang dibacakan oleh seorang pengacara terkait meninggalnya kedua orang tuanya seminggu yang lalu. Wasiat itu adalah wasiat dari kakek buyutnya.

"Seluruh kekayaan keluarga Sasongko diwariskan pada Ahi Sasongko selaku ahli waris dengan syarat ia telah menikah dengan tunangan yang telah ditetapkan yakni Putri Yuna Prameswari cucu dari Mahligai Asmarani. Rumah keluarga hanya akan diwarisi bila mereka tinggal bersama. Ketentuan ini berlaku saat Putri Yuna Prameswari telah berusia dua puluh tahun." Pembacaan surat wasiat itu begitu sarat akan pertanyaan bagi Yuna. Mengapa ia harus bertunangan dengan seorang yang begitu mengesalkan seperti Ahi, dan mengapa pula ia harus tinggal bersama nya setelah pertunangan itu diresmikan? Sungguh syarat yang menjijikan! Seorang gadis baik seperti dirinya???.

Ahi tiba tiba saja merasa kesal mendengar syarat yang menurutnya tidak masuk akal. Seorang bujangan yang sangat menjunjung tinggi kehormatannya harus tinggal bersama gadis jutek seperti gadis Amazon ? terlalu sekali kakek buyutnya !. Bila tidak teringat pesan kedua orang tuanya ...ia tak akan mengurusi perihal harta warisan karena dengan kedudukannya sekarang ia memiliki banyak aset pribadi yang jauh lebih banyak dari harta warisan tersebut. Tadinya ia datang hanya untuk mengklarifikasi keputusannya untuk menggagalkan pertunangan tersebut, namun melihat si Amazon yang menantangnya dihalaman rumah makan tadi adalah tunangannya ia berpikir lagi. " Heh...menurutmu mudah untuk merendahkan aku" pikirnya . " Tunangan yang "cantik" benar benar cantik alami dan tampaknya ia terlalu dimanja kedua orang tuanya. Baiklah akan aku terima peresmian pertunangan ini dan aku akan lihat apa yang akan dilakukan Amazon ini ".

" Bagaimana pak Aji? apakah setuju dengan persyaratan ini?" tanya sang pengacara. Ahi Sasongko meluruskan badannya menatap sekilas pada Yuna lalu ia tersenyum lebar.

" Saya terima" ujarnya mantap. Yuna membelalakkan matanya, tinju kecilnya mengepal. Ia segera berdiri hendak menolaknya.

" I...iiitu... kamu....iiiihhhh, aku ga mau sama kamu!" Yuna menghempaskan badannya kekursi saat melihat Papanya memandangnya, pandangan tidak setuju dengan perkataannya.

" Loh...siapa pula yang suka denganmu ?" jawab Ahi dengan suara dingin. " Tapi aku sebagai sang pewaris harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan, ok?" mata pemuda itu menyapu hadirin yang ada di ruang tamu keluarga Wisesa. Nenek buyut tersenyum ada kilatan haru dimata tuanya. Papa dan Mama Yuna saling berpegangan tangan mengangguk setuju. Paman dan Alvin hanya memberikan senyum simpul. Yuna merasa kalah. Wajahnya memerah dan ia bangkit dari duduknya bergegas menuju kamar tidurnya. Wajah cemberutnya sukses membuat Ahi gembira. Mama segera menyusul anak gadisnya, ia sangat mengenali perilaku Yuna bila ia tidak setuju dengan sesuatu. Pintu kamar dibanting Yuna dan ia menghempaskan tubuhnya keatas kasur. Air matanya menetes tanpa ia sadari.

" Aku ga mau.... cowoq itu kurang ajar dan sombong" ia berkata sambil memukul boneka kelinci disisi kirinya.

" Persetan dengan janji nenek buyut..." ujarnya, saat itu mama masuk ke kamar. Mama menghampiri Yuna, mengelus kepala gadis itu penuh kasih.

" Ma, tolong Yuna ma" matanya menatap dengan cara yang biasa ia lakukan untuk membujuk kedua orang tuanya saat ia menginginkan sesuatu.

" Kenapa Yuna jadi seperti ini? Yuna kan sudah menunggu hari ini datang, seorang pangeran tampan untuk putri Kinasih dikeluarga Wisesa telah datang" suara Mama lembut dan membujuk. Yuna memandang mama galau, permohonannya kali ini gagal.

" Dia memang tampan, ma... tapi tampan saja ga cukup untuk pendamping Yuna kelak". jawab Yuna dengan suara serak.

" Anakku sayang, dengar mama nak. Ahi selain berpenampilan menarik juga seorang yang sangat berpengaruh ia memiliki kekayaan yang lebih banyak dari harta keluarganya dan keluarga kita. Seharusnya Yuna tidak membantah apa yang telah ditetapkan oleh para orang tua." Mama memberi nasehat dengan hati hati. Yuna menunduk, ia selalu menjadi anak penurut, masa kecilnya selalu diingatkan akan janji nenek buyut nya, dan ia selalu mengibaratkan dirinya seorang putri yang akan segera dijemput oleh pangerannya saat ia dewasa. Pangeran yang bernama Ahi Sasongko. Siapa sangka Ahi Sasongko tidak seperti yang ia bayangkan, lelaki lembut penuh cinta yang sanggup memperjuangkan cinta kekasihnya.

" Barbar itu... terlalu baik untuk jadi pasangan Yuna Mama". timpal Yuna begitu mama selesai bicara.

" Mama dan papa setuju banget, Yuna bersanding dengan Ahi. Kami sangat bersyukur ia datang menepati janji keluarganya. Yuna saat ini kami tidak ingin penolakan. Bangun, benahi dirimu dan segera keluar dan nyatakan persetujuanmu ". Mama tidak menunggu putrinya untuk menolak lagi, ia segera keluar dari kamar putrinya di pintu masuk wanita cantik itu menoleh kearah anal gadisnya dengan suara pelan dan tegas ia mengulangi permintaannya, " do it,please".

Setelah segalanya dapat dibenahi Putri Yuna Prameswari bertunangan dengan Ahi Sasongko. Ahi Sasongko dengan suara baritonnya menyisipkan cincin pertunangan dijari manis Putri Yuna Prameswari.

" Kamu sekarang adalah tunanganku, kuminta kamu tidak berbuat sesuatu yang akan mencoreng nama baikku" ia berkata dengan tegas menatap langsung kedua mata Yuna. Bola matanya hitam dan gelap namun ada cahaya menyilaukan didalamnya. Sebuah senyum ia ulaskan di bibirnya yang tipis dan tegas. Yuna terperangah melihat seolah disekitar Ahi ada bertaburan bunga bunga. " Ia sangat menggoda" pikirnya, lalu gadis itu mengusir pikiran tadi. Wajahnya memerah dan segera menarik tangannya setelah cincin terpasang dijarinya.

"Kau pikir siapa aku, dirimu menggodaku pun aku tak akan bergeming" balas Yuna sambil mengerucutkan bibirnya. Ahi menatap tunangannya lebih dalam ia tersenyum nakal " menarik.... sampai batas mana ia akan bertahan nanti, dan aku punya rencana untukmu" kata hati Ahi.

" Sudah ditetapkan pernikahan akan diselenggarakan setelah Yuna diwisuda" kata nenek buyut dengan suara bergetar, ada rasa bahagia yang tergambar di wajah tuanya. Ia menatap Ahi dengan penuh bahagia.

" Terima kasih cu, kamu telah menunjukkan kualitasmu sebagai seorang penerus yang berbakti" kata nenek buyut dengan bangga. Ahi memeluk tubuh renta itu. '"Ya, nenek buyut, Ahi sebagai satu satunya keturunan Sasongko harus berpegang teguh pada keputusan para orang tua" katanya wajahnya berpaling pada Yuna, ada gemerlap cahaya dimata hitamnya.

" Heh, jago akting ni cowoq" Yuna membatin, senyuman mengejek ia tampilkan dan berkata dalam hati," aku akan berlambat lambat menyelesaikan studiku"

Namun rencana itu tak seperti yang ia duga, saat ia sedang berada di kamar kost nya sebuah bencana alam menimpa keluarganya. Kampung halamannya terkena banjir bandang saat malam hari. Malam itu berkubik kubik air sungai membanjiri desanya, merendam rumah, sawah dan penduduk yang sedang terlelap. Ketinggian air mencapai lima meter. Yuna kehilangan keluarganya dalam satu malam. Saat tubuh mereka ditemukan tim SAR, Yuna seolah tak bernyawa. Ia melihat jasad keluarganya berjejer dan dimakamkan bersama sama. Air mata gadis itu tak dapat ia bendung. " Mengapa aku tak ikut serta bersama kalian" keluhnya. Namun imannya yang tebal membuat ia bertahan untuk hidupnya. Yuna pindah ke kota tempat ia menggali ilmu dan menghidupi dirinya dengan bekerja sebagai pramusaji disebuah restoran. Ditempat itulah ia berkenalan dengan Sarwenda

Next chapter