webnovel

Puteri Bandel dan Serigala Terkutuk

Seorang gadis bertudung merah, berjalan di hutan, sembari bersenandung. Tangannya membawa sekeranjang apel yang baru saja ia petik, tak jauh dari rumahnya. Namun, jauh berjalan, ia tak menyadari dirinya semakin masuk ke dalam hutan.

Mungkin ia tersesat. Hanya tak menyadari ke mana arah langkahnya, ia tetap maju ke depan.

Belum berapa jauh berjalan, ia mendengar suara lolongan bersahutan. Apakah itu suara seekor anjing? Sejak kapan di hutan ada anjing? Tak akan mungkin kecuali ada sekumpulan pemburu yang datang.

Jangan-jangan memang pemburu. Atau bahkan yang lebih mengerikan lagi, hewan buas. Serigala misalnya.

Gadis itu sering mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang beberapa hewan ternak yang hilang secara misterius. Dan para warga mengaitkan dengan serigala misterius yang mungkin saja memiliki kelompok.

Anehnya, tak ada jejak pembantaian di sana. Tak ada darah berceceran, atau aroma anyir, sebagai pertanda bahwa memang hewan itu dimakan oleh serigala. Bukankah naluri hewan itu memakan? Bukan mencuri. Namun, mengapa tanpa bekas?

Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Ia berada di persimpangan, sekarang. Tunggu! Ia tak pernah mengenal jalan ini. Apakah ini berarti ia tersesat?

Tentu saja. Ia sudah tersesat sejak tadi, bukan? mengapa baru menyadarinya?

Lolongan itu makin keras. Terdengar makin mendekat ke arahnya. Panik, ia berlari dan memilih jalan sebelah kiri. Ia terus berlari meski ragu terus menyelimuti hatinya. Jubah merah yang ia kenakan berkibar seiring langkah cepat serta embusan angin yang menerpanya.

Bahkan tudung di kepalanya kini terlepas, turut berkibar bersama deru angin.

Nafas gadis itu memburu. Terus berlari meski tak tahu akan ke mana langkah membawanya. Namun, yang terpenting ia harus menghindar dan menjauh dari lolongan yang terdengar semakin dekat. Ia pasti akan mati hari ini.

Sembari sesekali menoleh ke belakang, memastikan bahwa hewan itu tidak akan mendekat, atau bahkan sekalian saja, jangan sampai serigala—atau apa pun makhluk itu—menemukan dirinya. Hingga tak menyadari ada lembah yang cukup dalam. ia terperosok di sana.

Tubuhnya berguling, menyerakkan tumpukkan dedaunan kering di sekelilingnya, menabrak bebatuan, dan berakhir dengan mendarat di sebuah hamparan yang asing.

"Ah ...," gadis itu memekik. Ada luka gores di lengan dan entah di mana lagi. Tubuhnya serasa remuk-redam. Perih di beberapa bagian. Mungkin saja luka yang sama. atau bahkan lebih parah.

Tak apa baginya, setidaknya dirinya aman, sekarang.

Namun sayang, apa yang ia bayangkan tak seperti kenyataan yang kini ia hadapi. Seekor hewan besar tengah berdiri angkuh di hadapannya.

Hewan itu sangat besar. Berbentuk seperti seekor anjing, atau mungkin serigala. Namun, bukan. Tak mungkin serigala bisa sebesar itu. Itu adalah sesosok monster. Pasti.

Bulu lebat berwarna putih keperakan seorah berkilau diterpa cahaya rembulan yang entah datang dari mana. Seolah serasi dengan sang gadis yang memiliki warna rambut perak, hanya saja kini tertutup oleh tudung yang sengaja tidak dibukanya sejak tadi.

Gadis itu mengambil langkah mundur. Selangkah demi selangkah, seiring dengan makhluk yang juga mendekat padanya. Mengikuti ayunan kaki yang diambil gadis itu. Wajah buas serta gigi taring besar nan tajam menyeringai.

Sungguh, dengan sekali gigit saja tubuh gadis itu pasti akan terkoyak menjadi dua atau bahkan beberapa bagian.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia berlari lagi? Ataukah pasrah saja menerima suratan nasibnya, mati dalam kondisi tercabik, yang mungkin hanya meninggalkan kepalanya saja, atau bahkan mungkin tanpa sisa.

Gadis itu berusaha menahan nafas, mungkin dengan begitu makhluk besar ini tak akan bisa mengendus atau memakannya karena menurut kabar, mereka sebenarnya buta dan tak bisa melihat.

Akan tetapi, sepertinya yang ia lakukan sia-sia. Hewan itu mendengus, jelas berusaha mengendus mangsa di hadapannya.

"Kumohon ... j-jangan makan aku ... tubuhku kurus, hanya tulang, dan dagingku tidak enak. Kau mungkin akan sakit jika memakanku," ujar gadis itu, lirih. Tubuhnya telah basah karena keringat dingin yang sejak tadi tak henti menetes.

Dasar bodoh. Tentu saja hewan itu tak mengerti apa yang ia ucapkan. Namun, andaikan memang mengerti, semoga saja ia benar-benar bisa terbebas dari makhluk buas itu.

Semoga saja.

***

Sadar berada di antara hidup dan mati, gadis itu merapalkan berbagai doa, atau mantra, atau apa pun yang mungkin bisa mengusir makhluk itu. Andai saja makhluk itu adalah setan atau sejenisnya, mungkin saja mantra itu mempan.

Sayangnya, makhluk ini sepertinya nyata, tapi tak nyata. Mungkin berasal dari planet atau dimensi lain. Atau bisa jadi makhluk mitologi yang banyak dibicarakan orang, yang hanya akan muncul ketika bulan berukuran bulat penuh.

Tunggu! Ia ingat mengenai hewan ternak yang menghilang secara misterius. Apakah ia akan mengalami nasib yang sama? Apakah makhluk ini akan membawanya ke dimensi lain dan mencabiknya hingga tak bersisa?

"Please ... jangan makan aku. Aku bisa menjadi budak. Budak saja juga tidak apa-apa. Aku bisa memasak, memetik apel, menjaga hewan ternak ... aku bisa segalanya. Tapi, kumohon jangan makan aku ...," rintih gadis itu, masih berusaha merayu makhluk yang entah mengerti atau tidak dengan perkataannya.

Benarkah ia rela melakukan itu semua? Selama ini ia selalu dilayani beberapa orang, tak pernah benar-benar melakukannya sendiri. Kesialan menjadi seorang putri sudah lama ia rasakan. Sial, karena saat gadis lain mengerjakan segalanya sendiri, ia harus menerima pelayanan yang tidak ia inginkan.

Makhluk itu justru mengerang, mendengus, lalu mengerang lagi. Entah mengapa ia tak segera saja menerkam gadis itu. Apakah hewan itu ingin mempermainkannya? Ataukah hanya ingin menguji nyali gadis itu?

Ia tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran hewan itu. Hanya rasa takut yang kini mengelilinginya. Atmosfer di sekitarnya juga terasa mencekam seiring makhluk yang dengan gerak lambat terus maju dan mendekat ke arahnya.

Tak mungkin! Memangnya dunia macam apa ini, ada makhluk cerdas semacam itu?

Apakah ini dunia dongeng? Apakah ia sedang berada dalam cerita 'Beauty and The Beast', ataukah lebih dari itu?

Yang pasti, ia hanyalah gadis bertudung merah, yang tersesat sepulang dari memetik apel. Ia tak memiliki siapa pun selain ibu yang mencintainya dan mengizinkan dirinya hanya memetik apel karena kehidupan di luar istana memang mengerikan.

Benar, dunia luar istana benar-benar mengerikan.

Ia hanyalah seorang putri yang tersesat. Putri seorang Ratu tunggal sebuah kerajaan, yang tersesat karena kenakalannya, kabur dari istana dan menolak penjagaan. Dan inilah yang harus ia terima.

Selamat datang di dunia luar istana, Tuan Putri ....

Tak apa ... ia pasti amsih bisa menggunakan jimat kebruntungan untuk mengusir makhluk ini. Jimat yang diberikan cenayang istana dan memang khusu untuk melindungi seluruh penduduk dan penghuni istana.

Tak perlu heran, dirinya adalah satu-satunya pewaris dari seorang ratu tunggal. Kerajaan yang mengenaskan.

Dan kini, jika ia mati, lantas siapa yang akan menjadi pewaris? Bagaimana nasib ibunya?

Makhluk buas di hadapannya mulai membuka lebar mulut yang menampakkan gigi tajam mengilat. Membuat gadis itu makin gentar dan gemetar. Tanpa tedeng aling-aling, hewan itu melompat ke arah gadis itu.

Entah dirinya tengah diterkam, atau dicabik, atau lebih buruk dari itu, ia merasakan tubuhnya ditarik ke sana ke mari. Ia tak tahu seperti apa bentuk tubuhnya saat ini.

Mungkin ia akan mati sebentar lagi. Atau bahkan sudah.