2 |2|. Terdampar Di Negeri Asing

Beribu-ribu tahun silam, Fanrong[1].

Di sebuah negeri yang indah dengan kerajaan yang megah. Di musim gugur yang baru saja tiba, beberapa petani sudah bekerja keras untuk menghasilkan teh musim gugur berkualitas dengan cita rasa yang khas. Itu adalah sumber mata pencaharian pertama negri itu dengan popularitas tertinggi dari tahun ke tahun.

Beberapa bangsawan mulai membeli beberapa set pakaian hangat baru untuk mendampingi awal musim gugur yang cukup terasa dingin. Sedang beberapa rakyat miskin, tak sungkan memakai yang lama meski tak lagi layak.

Di sebuah hutan dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan menguning. Dedaunan kering musim gugur jatuh berserakan di setiap tanah tempat berpijak. Sesekali mereka bertebaran di udara kosong, tertiup oleh angin yang berhembus.

Sesosok wanita tua renta, berlalu lalang di dalamnya. Ia berjalan tertatih mengutip beberapa ranting untuk dijadikan kayu bakar dan dijual.

Hingga ia dikagetkan dengan keberadaan seorang gadis yang tergeletak di atas tumpukan dedaunan kering di tanah. Salah satu tangan nya memegang seikat bunga krisan beraneka warna. Pakaiannya sudah lusuh juga terlihat agak kotor karena debu dan tanah.

Secercah sinar matahari yang jatuh diantara dedaunan pohon, itu bersimbah di atas wajahnya yang kusam dan membuat rambut kuning jagungnya tampak keemasan. Melihat itu, wanita tua itu tercenung beberapa saat.

'Warna rambutnya agak unik'

"Gadis.." Panggil nya. "Apa kau baik-baik saja?"

Tidak menemukan reaksi apapun, ia pun menjatuhkan kayu bakar di tangannya di dekat salah satu pohon besar yang berdekatan dengan posisi gadis itu terbaring. Ia pun mendatangi gadis itu dan bersimpuh di dekatnya.

Ia meletakkan dua jarinya di ambang hidung si gadis, mencoba merasakan tanda-tanda kehidupan. Hembusan nafas hangat pun dengan ringan menyentuh dua jarinya.

"Dia masih hidup!"

Si wanita tua pun menghela nafas lega. Melihat gadis ini, membuat nya teringat akan cucunya yang sudah lama meninggal dunia. Jika dilihat dari postur tubuhnya, gadis itu pasti seusia cucunya jika seandainya ia masih hidup.

Tak berapa lama setelahnya, tubuh kurus yang terkapar di tanah itu mulai menunjukkan reaksi. Bulu mata nya yang lurus, bergetar lemah, bak sayap kupu-kupu yang berusaha untuk bangkit terbang.

Si wanita tua itu, terus memperhatikannya dengan tenang dan was-was.

Hingga sepasang mata itu terbuka lebar, memperlihatkan sepasang iris biru tua yang seindah batu giok murni. Melihat itu, si wanita tua kembali tercengang. Tidak hanya warna rambutnya yang unik, bola mata nya juga?

'Sepertinya ia berasal sangat jauh dari suatu tempat. Di mana itu?'

"Igeos-eun eodie isseubnikka? [2]" Chrysant yang baru saja memperoleh kesadarannya, terus bertanya. Sedikit nyeri di bagian kepalanya, membuat ia memukul kepalanya ringan. Lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekitar yang tampak seperti hutan dan...

musim gugur?

Seketika ia tersentak.

Bukankah musim semi baru saja datang? Bagaimana mungkin bisa menjadi musim gugur begitu saja?

Si wanita tua yang mendengar ucapan gadis itu, berkerut alis tak mengerti.

'Apa yang baru saja gadis ini katakan?'

"Ah, kau sudah sadar!"

"N-nuguseyo?[3]" Chrysant bereaksi agak panik dan kacau. Detak jantung nya melaju cepat dan peluh keringat dingin mulai bercucuran.

Ia tidak punya pengalaman baik terhadap setiap orang yang ditemuinya dan setiap itu terjadi, ia selalu dilanda kecemasan.

Mendengar satu kata asing lagi dari si gadis, sepasang alis wanita tua itu kembali terjalin erat tak mengerti, 'dia bilang apa lagi?' batinnya.

"Gadis, apa yang kau katakan?"

Chrysant yang mendengar itu, semakin merasa aneh. Bahasa wanita tua itu asing di telinganya, ini hutan yang luas dan musim gugur. Sebenarnya dimana ia berada sekarang?

"Ah, kau pasti bukan dari negeri ini. Bahasa mu terasa asing dan wajah mu juga" Sesaat si wanita tua mulai bingung. Jika bahasa mereka berbeda, bagaimana cara mereka untuk berinteraksi?

Sebuah ide pun terlintas. Bahasa isyarat? Perlahan ia mulai memperagakan sesuatu dengan tangan nya, berharap si gadis mengerti. Ia mengarahkan jari telunjuk nya pada si gadis lalu memiringkan sedikit kepala seakan bertanya, 'kamu siapa?'

"C-Chrysant" Chrysant yang mengerti dengan gugup memperkenalkan dirinya.

Dari mata tuanya, ia dapat melihat ketulusannya. Wanita tua di depannya ini, mengingatkan nya pada si wanita pengurus panti yang sudah membesarkannya dulu, perlahan ia mulai memberanikan diri untuk ikut memainkan bahasa isyarat.

Ia menunjuk pada tempat ini dan berkedik bahu seakan bertanya, tempat apa ini?

"Oho, kau sedang berada di hutan, tepatnya di negri fanrong"

Chrysant hanya diam, dengan tatapan tak mengerti. Ia sama sekali tidak memahami ucapan wanita tua itu. pun tak tau harus berbuat apa.

Melihat hal itu, wanita tua itupun tak tau harus berbuat apa. Menggunakan bahasa isyarat pun juga sedikit susah. Terakhir, ia pun memutuskan untuk mengajak si gadis ikut bersama nya.

Bagaimanapun ini adalah hutan, hewan buas apapun bisa saja muncul.

Perlahan si wanita tua mencoba memapahnya untuk bangun. Awalnya Chrysant mencoba untuk mengelak. Tapi melihat dan merenungi tatapan tulus nya, ia pun sedikit merasa tenang.

"Gadis, ikutlah dengan wanita tua ini. Hutan ini tidak baik untuk mu terlalu lama di sini"

Walau tidak mengerti, tapi Chrysant hanya mengangguk saja.

Si wanita tua itupun, membawanya pergi meninggalkan hutan. Kemudian mereka sampai pada sebuah gubuk kecil.

Chrysant pun sadar, maksud dari wanita tua itu tadi adalah membawa nya pergi meninggalkan hutan dan mengajaknya untuk mampir di gubuk kecilnya.

Chrysant menatap aneh pada seikat bunga krisan yang ada di tangannya. Mereka masih segar dan sedikit pun tidak terlihat layu. Sesaat, ia kembali mengenang si wanita penjual bunga yang memberikan bunga itu padanya. Dan adegan ketika ia mencium bunga itu sampai akhirnya kehilangan kesadaran dan terdampar di tempat asing ini.

'Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi!' Batinnya, keningnya berkerut rumit.

Mungkinkah ia terjebak di tempat ini, berkaitan erat dengan seikat bunga krisan pemberian wanita penjual bunga itu?

"Chisan, ini adalah gubuk kecil" Si wanita tua itu memperagakan sesuatu, jari telunjuknya menunjuk ke gubuk kecil, lalu ke dirinya. "Tempat wanita tua ini tinggal"

Chrysant yang mendengar penyebutan nama nya yang salah, tersenyum kecil.

"Em!" Ia mengangguk, sebagai tanda bahwa ia paham dengan yang dimaksudkan wanita tua itu tadi.

"Panggil aku--" Si wanita tua menunjuk pada dirinya dan mengucapkan sesuatu dengan mulutnya.

"Ne-nek" Ia ingin gadis itu memanggilnya dengan sebutan itu.

Mengenang gadis itu yang terdampar di hutan, rupa dan namanya yang asing. Ia menebak, pasti gadis itu baru saja di buang oleh keluarganya yang berasal dari tempatnya yang sangat jauh.

Seseorang yang tergeletak tak berdaya di tengah hutan belantara, kalau tidak buang lalu apa lagi?

Tidak peduli apapun alasan, apakah itu karena kecelakaan atau dibuang. Ia sudah bertekad untuk mengangkat gadis muda itu sebagai cucunya.

"Nenek?"

____

[1]= fanrong, salah satu nama negeri dalam cerita ini yang bersifat fiksi dan tidak terdapat dalam sejarah. Tempat terdampar nya Chrysant.

[2]= Dimana ini?

[3]= Siapa?

avataravatar
Next chapter