14 |14|. Bukan Penyusup

Dan ketika malam tiba, Chrysant akhirnya menyerah untuk bertahan. Ia tidak lagi pasrah seperti tadi, menunggu dan menahan. Ia sudah bertekad bulat untuk menyelinap pergi. Tapi sebelum itu, ia akan mengatur sesuatu yang mirip seperti orang tidur di atas dipan. Menggunakan beberapa kain yang dibungkus nya menjadi seperti guling, ia pun meletakkan benda itu diatas dipan lalu ditutupnya dengan selimut.

Mengintip sekilas dari celah pintu, ada dua orang penjaga yang berdiri di sana. Itu berarti tidak memungkinkan untuk nya keluar lewat pintu. Tapi setelah melihat adanya tangga, Chrysant pun sadar bahwa tempat ini memiliki lantai atas. Mata biru tuanya yang sedari tadi terluka meredam nyeri akhirnya tersenyum cerah.

Ia pun mengambil beberapa tael* perak dari kotak pemberian si wanita tua, lalu menaiki anak tangga hingga mencapai lantai atas.

Setelah memperhatikan setiap sudut ruangan yang kosong. Akhirnya Chrysant menemukan letak balkon yang bukan berada di depan, tapi itu terletak di bagian belakang. Senyumnya pun mengambang lebih lebar. Segera ia mendatangi belakang balkon itu dan menemukan latar belakang yang sangat memukau.

Pemandangan alam yang indah dan sinar perak rembulan yang menyihir. Sebuah pohon besar tumbuh tepat di depannya, dengan cabang-cabang yang nyaris hampir bertemu dengan pagar balkon.

Chrysant dulunya sering memanjat pohon, ketika ia hendak melarikan diri dari orang-orang yang mencoba membully dan menghinanya. Jadi ia sangat yakin dengan kemampuannya itu, ia dapat melompat dari balkon ini dan mencapai satu cabang besar yang kuat dari pohon itu. Lalu dengan begitu ia bisa keluar dari tempat ini tanpa ketahuan para penjaga.

Chrysant pun mulai memanjat besi balkon, masih dengan mengenakan gaun pernikahannya. Tapi itu sama sekali tidak menghambat nya. Ia pun melompat untuk menggapai satu cabang pohon terdekat. Begitulah ia turun dengan menuruni setiap badan pohon hingga berhasil menginjak bumi.

Buk!

Sialnya, suara kakinya yang menghentak bumi cukup memecah kesunyian malam.

"Siapa di sana?" Teriak salah seorang penjaga.

Chrysant terus membekab mulutnya dan bersembunyi di balik pohon. Jika ia ketahuan, maka semua usahanya sejauh ini akan berakhir sia-sia. Mendadak asam lambung nya kembali bergejolak. Tangannya pun menekan kuat perutnya untuk meredam nyeri.

"Ah, ini sangat sakit!" Keluhnya, sembari menggigit bibir.

"Seseorang segera periksa, apa ada orang disana" Teriak salah seorang penjaga.

Mendengar hal itu, Chrysant terus menyelinap di balik gelapnya malam, berlari kecil mendatangi sebuah pohon besar lainnya yang berada di dekat tembok besar. Melihat hal itu, ia kembali tersenyum di balik rasa nyeri. Dengan memanjat pohon itu, ia bisa langsung melompat keluar tembok manor ini.

Dengan begitu ia bisa meninggalkan tempat ini untuk mencari makan.

Baru saja Chrysant memeluk pohon besar itu dan siap untuk memanjat, seseorang menangkap keberadaannya dengan jelas dibawah sinar terang rembulan.

"Ada penyusup, ada penyusup!"

"Semua cepat kemari dan tangkap penyusup itu!"

'Tidak!' Dia ketahuan.

Ketika ia baru saja memanjat, sebuah panah melesat dengan cepat dan menancap tepat di kakinya. Chrysant yang tidak siap, terus jatuh dan berteriak kesakitan.

"Argh!" Siksaan apa lagi ini? Dehidrasi, perut yang sakit dan sekarang kakinya yang terluka.

'Nenek, bagaimana cucu ini bertahan dengan semua penderitaan ini?'

Begitu saja ia terduduk diatas tanah dan menangis melihat panah yang tertancap di kakinya.

"He he he, dasar penyusup! Siapa yang mengirim anda kemari?"

Begitu saja ia sudah dikelilingi oleh segerombolan penjaga. Chrysant mulai gelisah di tempat. Seperti biasa, Ia selalu merasa tidak aman dalam bertemu orang-orang. Rasa khawatir ditolak dan dihina membuatnya selalu berusaha keras untuk menghindar dan menjauh.

"A-aku bukan penyusup!" Tubuh kurusnya bergetar. Perasaan gelisah, nyeri dan sakit semua menjadi satu. Dengan linglung ia menjauhkan tatapannya dari melihat orang-orang. Ia sangat takut melihat tatapan menghina mereka.

"Bukan penyusup apa? Anda berani datang ke Sun wangfu kami, siapa yang mengutus anda kemari?" Suara penjaga itu terdengar keras, meretas kesunyian malam. Dan itu membuatnya mengingat beberapa majikan nya dulu yang kerapkali menggertak bahkan menendangnya pergi, seperti sampah.

Crysant mulai melupakan rasa sakit di perut dan kakinya. Sisi emosionalnya kembali bermain memengaruhi psikologisnya. Perlahan ia menggeleng-geleng kan kepalanya lalu memeluk dirinya kuat, tampak seperti orang yang sangat ketakutan

Orang-orang yang menonton menatapnya dengan keheranan, ada apa dengan gadis ini? Apa ia mencoba memperdaya mereka?

"Hey gadis! Jangan membodohi kami!" Gertak nya kehilangan kesabaran.

"Cepat katakan siapa tuan anda atau kalau tidak——"

Cringg!

Suara pedang yang lepas dari sarung nya, menggema di udara. Mendengar dentingan itu, Chrysant menengadah keatas dan cahaya rembulan bersimbah diatasnya membuat wajah pucat itu terlihat sangat jelas. Iris biru tuanya membesar melihat pedang yang diarahkan kepadanya, seketika ia membatu.

Semua penjaga tercengang melihat keindahan yang luar biasa itu. Tapi yang paling mengejutkan, adalah bola mata biru tuanya yang jernih di sana. Itu tampak seperti giok murni dan menyihir.

Penjaga yang memegang pedang, tanpa sadar menjatuhkan benda itu dari tangan nya.

Sun Ho Chyou baru saja kembali bersama Qi Changyi. Mereka mendarat ke Sun wangfu setelah beberapa kali melompat dan melayang di udara dengan qinggong nya.

Melihat keributan itu, segera mereka mendatangi tempat itu. Menemukan segerombolan penjaga mengelilingi satu orang gadis yang lemah tak berdaya, yang menatap ketakutan kearah pedang yang tergeletak di atas tanah.

"Ada apa ini?" Suara dingin Sun Ho Chyou bagai air es yang tumpah. Semua orang pulih dari keterkejutan dan terus bertekuk lutut ke bumi.

"Yang mulia!" Ucap mereka serentak, semua membungkuk memberikan busur hormat.

Sun Ho Chyou melambaikan tangannya ke udara dan mereka semua berdiri tegak kembali. Qi changyi terus menatap kearah gadis yang mengenakan gaun merah phoenix yang terduduk lesu di sana, bagaimana bisa ia disana? Apa ia mencoba melarikan diri?

"Lapor yang mulia, gadis ini adalah penyusup di Sun wangfu. Kami sudah bertanya siapa tuannya tapi ia menolak untuk mengaku. Tapi yang membuat kami semua terkejut—"

"Apa itu?" Sun Ho Chyou bertanya merasa tak sabar menunggu. Seorang gadis menyusup ke Sun wangfu? Ia punya nyali yang besar untuk melakukannya.

"Matanya sangat aneh, subjek ini hampir mengira nya-- gadis itu adalah penyihir"

Penyihir?

Mata elang Sun Ho Chyou, bersinar misterius. Tapi mendadak Qi changyi membungkuk dan membisikkan sesuatu yang sangat mengejutkannya.

"Kalian semua boleh pergi"

Dan semua penjaga pun bubar dan kembali bertugas seperti semula. Dengan membawa sedikit rasa penasaran, apa yang akan dilakukan tuannya pada gadis aneh itu? Tapi tentu saja mereka tidak memiliki keberanian untuk bertanya.

Kini yang tertinggal hanyalah Sun Ho Chyou dan Qi Changyi. Keduanya fokus menatap sosok yang lemah di bawah sana. Tampak seperti burung merpati putih yang terluka, jatuh ke daratan dengan sayap patah yang bergetar lemah menahan nyeri.

Chrysant kian gelisah di tempat. Wajahnya semakin ia tekuk ke bumi, mengigit bibir bawahnya. Ia menekan berbagai macam rasa sakit. Perut, luka kaki dan takut.

"Angkat wajahmu!"

Deg!

___

*Tael: Tael atau tahil adalah salah satu alat tukar atau mata uang di wilayah timur terdahulu. Berupa sebuah ukuran besar yang berkisar 37,8 kg.

avataravatar
Next chapter