webnovel

Mimpi Buruk?

Siang itu langit menjadi mendung dan segera penuh dengan hujan darah. Jeritan serta tangis menjadi suara latar dari lantunan senjata yang sedang bentrok.

Sebuah tragedi yang terpampang dalam sebuah karangan tulisan dan terangkai menjadi sebuah cerita harmoni. Dan sepertinya itu kini telah masuk ke dalam penghujung cerita tersebut.

*

Haris merupakan seorang operator warnet berumur 29 tahun yang saat ini sedang mengerjakan bab terakhir dari web novel miliknya.

Berkisah di dalamnya sebuah cerita cinta sepasang penguasa vampir yang berjuang agar di restui. Sebuah cerita fantasy romance dengan bumbu-bumbu aksi di dalamnya.

Namun kisah mereka harus berakhir tragis karena perperangan. Sebuah perang yang melibatkan antar ras, yaitu antara vampir dengan pahlawan manusia di negeri itu.

Di dalam perang tersebut, sang ratu dan raja vampir, mereka akan mengorbankan diri demi rakyat dan anak mereka, agar mereka semua dapat bertahan hidup setelah perang.

'Baiklah. Kalian akan di kenang oleh para pembacaku nanti. Nama kalian akan abadi di hati mereka'. Kata-kata penyemangat Haris untuk dirinya sendiri.

Haris menatap tajam ke arah layar komputer operator miliknya. Dengan satu alis terangkat, perlahan turun dengan pandangan yang menyipit.

'Humm, sepertinya itu cukup bagus untuk bagian akhirnya'. Senyum samar yang menunjukkan kepuasan muncul di wajah Haris. Itu merupakan novel yang telah di kerjakan olehnya selama enam bulan terakhir ini.

Sebelumnya, dia hanya bermain game di warnet miliknnya itu.

Karena Haris pernah merasa lelah dengan hidupnya yang dulunya sangat menyukai belajar. Yang dulunya suka menguak apapun yang mampu mengisi ruang ilmu pengetahuan miliknya.

Namun semenjak dia tamat kuliah, tidak ada satupun pekerjaan yang pasti didapat olehnya. Meski begitu, untuk tetap hidup, dia membutuhkan sebuah mata pencaharian.

Semua itu terjadi karena ketika dia melamar pekerjaan, mereka yang dipilih hanyalah orang dengan buah pengalaman di tangan mereka. Tanpa itu, di lihatpun tidak oleh si penerima kerja.

Frustasi dengan kenyataan yang berbeda dengan ekspektasinya, Haris memutuskan membuka sebuah warung internet. Setidaknya dia menjadi bos di sana.

Tempat di mana, remaja pada masa kini lebih memilih untuk bermain game dari pada belajar. Sebuah tempat untuk melepaskan frustasinya.

Hal tersebut juga membawa Haris terjerat ke dalam permaian game sebagai penghibur hatinya. Dia begitu asik dengan berbagai macam tipe permainan di komputer miliknya itu.

Namun semua itu berubah ketika enam bulan yang lalu.

Dia bertemu dengan seorang wanita imut yang mampir ke tempatnya untuk membuat sebuah web novel. Degup jantung haris mulai tak beraturan dan membuat irama romansa ketika itu.

Tertarik dengan wanita itu, membuat Haris mulai ikut mempelajari web novel tersebut. Dia mencoba menarik perhatian wanita tersebut dengan hal yang sama-sama dikerjakan.

Namun sang wanita tidak pernah kembali lagi ke tempat Haris. Tidak pernah sekalipun. Meski begitu, Haris sudah begitu asik dengan web novel miliknya yang sedang dikerjakan itu.

Itulah alasan awal mula Haris sampai pada menulis bab terkahir saat ini.

Dan di malam yang sunyi saat ini, di mana para remaja yang biasa main game sudah pulang, Haris masih menggerakkan jemarinya. Tidak ada orang lain selain dirinya dan imajinasinya.

Haris memainkan irama di otaknya yang menghasikan sebuah karangan cerita menarik untuk dibaca.

Suara tetesan air tiba-tiba terdengar, dan itu semakin lama terdengar semakin deras. Lalu suara petir ikut membuat kejutan ketika baris terakhir novel selesai di ketik oleh Haris.

Szzt!!

Cahaya terang dari bola lampu tiba-tiba menjadi padam. Menyisakan bekas cahaya yang perlahan ikut menghilang. 'Untung sudah aku simpan'. Respon dari refleks Haris melihat kegelapan yang datang seketika.

'Ah, pakai mati lampu. Sepertinya itu gara-gara cuaca ini'. Haris menghela nafasnya pelan dan panjang.

Dia merasa kegelapan itu membuatnya tidak berkutik. Tidak ada yang dapat di lakukan dengan keadaan seperti itu.

Haris perlahan membereskan lantai di sudut bawah dekat meja kerjanya. Tidak terlalu banyak, hanya membuat ruang untuknya agar dapat merebahkan tubuhnya.

'Sebaiknya aku tidur saja mungkin ya?'. Pikir Haris sambil menarik kain tipis menutupi tubuhnya sebagi selimut. Dan dia mulai memejamkan matanya sambil menunggu hari esok.

~~~

Beberapa saat menjelang, Sebuah percikan cahaya yang sangat amat terang muncul tepat di depan wajah Haris yang terpejam dengan menelentang. Hanya sepersekian detik saja kemudian cahaya itu kembali menghilang.

Namun dalam waktu yang sangat singkat itu, cahaya itu mampu menembus kelopak mata Haris yang terpejam.

'Ah, apa itu tadi? Sepertinya tadi aku merasa lampu sudah kembali menyala. Atau hanya perasaanku saja mungkin ya?'.

Dengan matanya yang separuh terbuka Haris melihat sekilas keadaanya. Namun itu masih gelap tanpa cahaya tidak seperti yang dipikirkannya.

Berdiri, Haris mencoba untuk bergerak sembari meraba-raba untuk mencari jalan.

Udara dingin sebelumnya membuat Haris merasa ingin ke toilet. Meski tanpa di sadarinya, bahkan saat itu sudah tidak ada lagi terdengar suara tetesan hujan.

Kesadaran yang masih belum lengkap karena tiba-tiba terbangun dari tidurnya, Haris mencoba mengamati. Dan ketika itu dia merasa bahwa, dia tidak dapat merasakan pijakannya saat berdiri.

'Apa ini?'. Keterkejutannya membuat semua kesadarannya kembali terkumpul. Haris yang panik mencoba untuk meraih sesuatu di sekitarnya. Tapi itu sia-sia seperti memukul udara kosong

Tubuhnya mulai bergidik, keringat mengucur di punggungnya dan otaknya mulai berpikir bebas. Perasaan takut yang pertama kali dirasakan olehnya itu membuatnya ingin menangis.

Namun kepercayaan diri yang biasanya memaksa menekan rasa takut itu. Meski tidak sempurna, Haris tetap berusaha.

Haris mencoba berteriak meminta bantuan. Tapi suaranya tidak mau keluar. Serta pandangannya masih terhalang oleh kegelapan jika ingin pergi meminta bantuan.

'Teet!'

'Terjadi sedikit kesalahan. Mencoba kembali menyingkronkan'

Suara tiba-tiba muncul entah dari mana yang mampu menembus ke dalam otak Haris. Dia seperti mendengar suara itu di dalam kepalanya. Bahkan jika itu telepati, dia ingin meminta bantuan kepada pemilik suara tersebut.

Haris mulai berputus asa dengan keadaannya yang tidak mampu melakukan apapun. Dia hanya mendesah pasrah meski di dalam hati.

Pikirannya seperti mengingat penyesalan-penyesalan yang ada dalam hidupnya. Karena merasakan keadaan yang seperti akan merenggut nyawanya itu.

Haris berpikir bahwa saat ini dia berada dalam proses kematian. Mungkin dirinya akan berada di neraka setelah ini. Atau di reinkarnasi seperti di dalam cerita-cerita novel yang telah dibacanya.

'Haah! Padahal aku masih belum merasakan memiliki pasangan', lagi-lagi desahan di dalam hatinya.

'Teet!'

'Proses selesai, Singronisasi berhasil! Sistem penguasa kegelapan telah terpasang'

Suara yang sebelumnya kembali hadir di benak Haris. 'Siapa sebenarnnya itu? Apa maskud dari kata-katanya itu?'. Haris mencoba menengok ke sekelilingnya di dalam kegelapan itu.

'Hah, tapi aku bahkan tidak bisa bertanya padanya'. Keluhnya pada suara itu.

Tiba-tiba di dalam kegelapan itu mulai muncul sebuat titik putih. Lalu titik kecil itu mulai menyebar dan berubah menajadi cahaya temaram yang menyamarkan kegelapan sebelumnya.

'Ah, kepalaku. Di mana ini?'. Haris yang mulai menyesuaikan penglihatannya mencoba mengamati.

Orang-orang yang terlihat asing duduk di kedua sisinya dan saat ini Haris sedang terbaring di tengahnya.

'Siapa mereka ini? Kenapa mereka ada di sini. Bahkan aku tidak mengenal mereka. Penculikan kah?'

Haris mulai bertanya pada dirinya dan memikirkan kemungkinan yang sedang terjadi. Dia tetap berbaring meski telah tersadar sambil mengamati.

Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Mencari tahu apakah sebelum ini ada kejadian yang dia lupakan. Namun tentu saja itu ada yang melintas di kepalanya.

'Teet!'

Pada saat yang sama, tiba-tiba dia melihat semacam layar tepat di depan wajahnya. Itu adalah sebuah layar yang berisikan sebuah data tentang seseorang.

Haris memicingkan matanya melihat ke layar yang sudah begitu dekat dengannya. Dia takut bahwa apa yang saat ini dia lihat adalah suatu halusinasi.

Namun itu tidak hilang ataupun berubah. Dia mulai memperhatikan keseluuhan layar tersebut.

Nama : Morey Silverstone

Gelar : Pangeran Kegelapan (?)

Level : 1 (0/100)

[HP : 50], [MP : 75],

[AGI: 7], [PHY. ATK : 9], [PHY. DEF : 9], [MAG. ATK : 12], [MAG. DEF : 17]

Skill : [Jantung Vampir] Tingkat A (Max),

[Penghisap Darah] Tingkat D/A (0/10.000),

Poin Atribut : 50

'Apa-- Apa ini sebenarnya?'. Ekspresinya menjadi kelihatan jelek dengan kening yang mengkerut.

'Ini bukannya seperti layar status dalam game?' Haris terbelalak dngan apa yang di lihatnya. 'Tidak, tidak mungkin ini..' Sebuah asumsi muncul bersamaan dengan itu. Namun Haris tidak yakin dengan apa yang dipikirkannya.

'Tunggu--, kalau tidak salah aku sedang tidur sebelum kejadian aneh mulai datang menimpaku. Mimpi!Yap, sudah jelas! Pasti ini mimpi bukan?'.

Haris mencoba memaksakan dirinya bahwa apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang nyata. Giginya mengatup dan menggeretak, kepalanya memerah karena tekanan yang tidak dapat dipahami oehnya seperti akan mengeluarkan asap.

Lalu menyapu pandangan ke sekitarnya, tidak ada satupun yang mengacuhkan dirinya. Mereka hanya terdunduk lesu dengan tubuh penuh luka. Pakaian yang sudah tidak berbentuk itu, mereka terlihat baru saja mengalami hal yang mengerikan.

Haris mencoba bangun dari posisinya. Ketika akan mengangkat kepalanya, tiba-tiba kepalanya berdenyut.

"Aghh!"

Sesuatu mulai menjalar masuk ke dalam kepalanya berupa kepingan-kepingan ingatan. Ingatan itu memaksa bersemayam di kepala Haris seperti kerumunan lebah menemukan madu.

"Sial! Ini sangat sakit".

Rintihan Haris yang terdengar lirih tidak begitu jelas bagi orang-orang di sisinya. Haris memegang kepalanya yang dari luar terlihat baik-baik saja.

Orang-orang yang berada di sisi Haris mulai melirik ketika Haris mulai menggeliat. Namun tatapan tidak peduli mereka itu, kembali membuat mereka membuang wajah.

Di samping itu, Haris terus menggeliat dengan mempertahankan posisinya. Dia tetap berada di tengah-tengah mereka yang tidak sedikitpun menggubris Haris.

Mereka hanya berekspresi seperti bukan urusan mereka. Karena saat ini mereka juga sedang menderita. Seperti itulah isyarat yang keluar dari wajah mereka itu.

'Sial! Sampai kapan ini akan berlangsung? Kepalaku sudah seperti mau pecah!'. Matanya merah seperti akan melompat dengan aliran darah yang begitu jelas di wajahnya.

Hampir setengah jam rasa sakit itu terus berjalan seiring dengan ingatan baru yang masuk itu. Ingatan itu seperti sebuah klip film yang bergabung hingga menjadi berdurasi panjang layaknya yang tertayang di bioskop, namun dengan kecepatan yang menandingi suara.

Perlahan Haris pun mulai hanyut dalam ingatan tersebut. Dia seperti masuk ke dalam ingatannya sendiri dan membintangi ingatan tersebut dengan apa yang terjadi.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

KobenGcreators' thoughts
Next chapter