1 Satu

Lyana turun dari kereta kudanya, menatap kagum sebuah bangunan bergaya Eropa di hadapannya. Gadis itu sungguh terpukau, dirinya seperti melihat bangunan pada zaman dulu yang hanya bisa dia baca lewat buku-buku sejarah.

"Keren!" ujarnya. Jika saja kedua temannya melihat semua ini mereka pasti akan sama takjubnya melihat apa yang tengah di lihat Lyana. Entah kenapa gadis itu merasa sangat rindu dengan kehidupan sebelumnya, bagaimanapun caranya Lyana harus bisa menemukan jalan dan kembali ke dunianya yang dulu.

Tiba-tiba Lyana teringat akan percakapannya dengan Ella tadi malam. Pelayan pribadinya itu memberitahu apa yang tidak diketahui Lyana. Dunia tempatnya berada kini adalah Bougainville, wilayah kekuasaan Raja Jared dan Ratu Caitlyn. Ayahnya adalah Duke Alexander yang tidak lain adalah kerabat jauh dari Ratu Caitlyn.

Dan fakta lainnya adalah Lyana merupakan tunangan dari Pangeran Javier, Pangeran arogan yang terkenal suka menindas. Pangeran Javier merupakan adik dari putra Mahkota Shane.

"Hah." Lyana menghela nafas panjang. Saat ini ia harus segera masuk ke sekolah barunya. Sekolah khusus Para Bangsawan, dan di sana dia juga akan satu sekolah bersama tunangannya Javier.

Gadis itu melangkah memasuki lorong sekolah menuju asrama, setelah sebelumnya melapor ke kantor kepala sekolah. Di sana dia di beri kunci kamar untuk tempatnya tinggal nanti. Sekolah ini memang menyediakan asrama bagi murid-muridnya, terdiri dari Asrama khusus Laki-laki dan Asrama khusus Perempuan. Masing-masing kamar berisikan dua orang.

Sekilas sekolah ini hampir sama seperti sekolahnya di dunia yang Lyana tinggali dulu. Hanya beberapa yang beda, seperti pelajaran seni berpedang, sihir, bela diri, tata krama, memasak dan lain sebagainya. Bangunan-bangunannya tampak sudah tua, meski masih bisa berdiri dengan kokoh.

Di sini banyak murid baik dari kalangan bangsawan, kerajaan maupun penyihir. Tidak sembarang orang yang bisa sekolah di sini, kebanyakan mereka yang terpilih di sini merupakan salah satu keluarga yang paling berpengaruh.

Lyana merupakan salah satu dari Putri bangsawan yang mendapat undangan untuk bersekolah di sini. Di sini semua murid bisa dengan bebas memilih kelas, seperti halnya Lyana yang memilih kelas seni pedang.

Meski ia adalah wanita namun di sini tidak ada aturan yang melarang wanita untuk mengangkat senjata. Selain itu, sebelum menjadi Lyana dia adalah bos dari sebuah geng terkenal di kotanya dulu, dia juga cukup di takuti. Jadi tidak ada salahnya jika ia sedikit mengasah kemampuannya.

Lyana sampai di kamarnya. Dia tidak melihat siapapun di sana, sepertinya teman sekamarnya datang terlambat. Gadis itu meletakkan semua barang-barangnya dan duduk di salah satu ranjang kecil. Di sana hanya dua ranjang kecil, kamar mandi dan sebuah kaca full body yang langsung menyatu dengan lemari pakaian.

Kamar itu tidak terlalu besar namun cukup untuk dua orang, ia tidak perlu membawa banyak barang karena di sana semua sudah tersedia. Setidaknya kamar ini cukup nyaman di banding kamarnya yang dulu.

"Sial, tubuh gadis ini sangat lemah!" ujarnya sambil berkaca. Lyana berkaca dengan terus memperhatikan penampilannya, ia sangat menyayangkan tubuh berototnya dulu. Kini lengan dan kakinya nampak lembek, sepertinya dia harus lebih rajin berolahraga, pikirnya.

Lyana terus melamun di depan kaca tanpa menyadari seseorang masuk dan menatap Lyana aneh.

"Ehm, permisi?" sapa orang itu.

Lyana berbalik dan mendapati seorang gadis sebayanya tengah menatapnya aneh. "Siapa kamu?" tanya Lyana.

Gadis itu segera merubah ekspresinya menjadi anggun, "perkenalkan nama saya Sophia, salam kenal. Apa anda adalah teman sekamar saya?" ujar Gadis itu dengan formal, membuat Lyana sedikit tidak nyaman.

"Namaku Lyana. Salam kenal, Sophia. Sepertinya begitu," ujar Lyana dengan kaku, gadis itu sangat tidak terbiasa dengan aturan tata krama bangsawan. "Bisakah, kamu bersikap biasa saja?" pinta Lyana.

Sophia yang mendengar permintaan Lyana terkejut, tidak menyangka Lyana akan berkata seperti itu. "Tentu saja, boleh aku memanggilmu Lyana?" tanyanya Sophia dengan cepat mengubah gaya bahasanya. Lyana mengangguk.

"Akhirnya, aku menemukan seorang teman yang bisa mengerti bagaimana membosankannya berprilaku seperti itu, huh." cerocos Sophia. Gadis itu tampak berbeda dengan gadis yang menyapanya tadi.

"Aku sangat tidak suka belajar etika bangsawan, banyak sekali larangannya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Huh, untunglah aku bertemu denganmu," ujar Sophia dengan semangat.

Lyana memandang takjub Sophia, gadis itu berbicara tanpa henti. "Ah, maafkan aku. Aku terlalu banyak bicara." Sophia terlihat sangat malu.

"Tidak apa-apa, aku juga senang bisa bertemu denganmu. Sama sepertimu, aku juga tidak terlalu suka dengan aturan. Jika bisa memilih lebih baik menjadi rakyat biasa saja," balas Lyana. Gadis itu tersenyum manis, nampaknya ia sudah bisa menyesuaikan diri.

"Kamu masuk kelas seni pedang?" tanya Sophia ketika melihat seragam baru khusus untuk murid seni pedang. Tidak semua kelas memiliki seragam khusus hanya beberapa diantaranya, seperti seni pedang dan memasak.

Lyana mengangguk,"ya aku ikut kelas seni pedang."

Sophia memandang Lyana takjub, "wow, luar biasa! aku juga sangat ingin tapi aku tidak bisa. Aku di paksa untuk mengikuti kelas memasak," ujarnya dengan nada lemah.

Lyana sangat mengerti, beberapa keluarga bangsawan memang tidak mengijinkan Putri mereka untuk mengangkat senjata.

Namun lain halnya dengan Lyana, meski sempat bersitegang dengan ayahnya, gadis itu tetap teguh pada pendiriannya. Lyana berasalan bahwa dengan dia belajar seni pedang, ia akan mampu menjaga dirinya sendiri.

"Aku dengar di kelas seni pedang kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, Pangeran Javier juga mengikuti kelas itu."

Kening Lyana mengernyit, "Pangeran Javier? Apa dia begitu terkenal?"

Sophia menatap Lyana tidak percaya, "apa kamu benar-benar tidak tahu? Pangeran Javier adalah pria paling diinginkan semua putri bangsawan di kerajaan ini! Dia sangat terkenal dan juga sangat tampan. Sayangnya, ada kabar kalau Pangeran Javier sudah dijodohkan dari kecil. Aku sangat penasaran Putri bangsawan mana dia?"

Lyana tampak gugup mendengar perkataan Sophia, tapi untunglah kabar pertunangannya dengan Pangeran Javier tidak di publikasikan. Jika tidak, entah bagaimana nasibnya nanti. Lyana tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan dunianya sekarang, dia hanya ingin fokus pada misinya untuk pulang dan berkumpul kembali dengan teman-temannya.

"Tapi bukankah perilaku Pangeran Javier itu terkenal buruk?" Lyana mencoba mengalihkan perhatian.

Sophia mengangguk setuju. "Kau benar, dia adalah Pangeran yang arogan tidak seperti yang Mulia Putra Mahkota,"

"Apa yang Mulia Putra Mahkota juga bersekolah di sini?" tanya Lyana, pasalnya sangat sedikit sekali informasi yang bisa dia dapat seputar Putra Mahkota.

Sophia mengangkat bahunya, "entahlah, aku tidak tahu." Sophia membuka semua barang-barang bawaannya dan merapikannya.

"Akh, aku lelah aku akan langsung tidur. Besok adalah hari penyambutan siswa baru, kita jangan sampai terlambat," ujar Sophia mengingatkan Lyana.

avataravatar
Next chapter