webnovel

BERTEMU BOS BESAR FRANDIKA GRUP

"gak perlu repot-repot buk, Rani juga udah mau pamit. soalnya mama sama papa kayaknya udah mau sampai." kata Rani.

"oh ya udah...,kalo gitu hati-hati ya." kata Sarah.

"baik buk...,kalo gitu Rani pergi dulu ya. assalamualaikum."

"waalaikumussalam." jawab Sarah dan Ardiansyah.

saat Rani dan Bima sudah balik Ardiansyah langsung tersenyum miris menatap mobil anaknya itu.

"kenapa yah..." tanya Sarah yang penasaran dengan suaminya itu.

"masih aja Bima mau sama itu wanita." kata Ardiansyah sehingga membuat Sarah heran.

"ayah kok ngomong gitu." tanya Sarah.

"buk...,wanita itu. Mama sama papanya tidak setuju dengan Bima." kata Ardiansyah sehingga membuat Sarah kaget.

"eh...,ayah jangan asal ngomong dong. gak mungkin keluarga Rani gak suka sama Bima." kata Sarah yang tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

"ya udah kalo gak percaya terserah..." ucap Ardiansyah.

setelah itu Ardiansyah langsung masuk kedalam kamar. sedangkan Sarah dia masih saja memikirkan apa yang dikatakan oleh suaminya barusan.

rasanya Sarah tidak percaya jika orang tua Rani tidak setuju dengan Bima, karena Bima sering main dan keluar bersama Rani.

jadi tidak mungkin orang tuanya tidak tau,kalo pun mereka gak suka sama Bima maka Bima tidak akan bisa lagi menemui Rani.

"apa benar orang tua Rani gak setuju sama Bima." ucap Sarah.

setelah itu Sarah langsung ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.

sedangkan Bima dia sudah mengantarkan Rani sampai depan rumah tetangganya setelah itu Rani berjalan kerumahnya sendiri.

"hati-hati ya sayang..." ucap Rani.

"makasih..." kata Bima.

Bima langsung memutar balik mobilnya saat dia memastikan Rani sudah masuk rumah,saat Bima putar balik ternyata mama sama papanya Rani baru saja sampai.

"untung gak telat." ucap Bima.

setelah itu Bima langsung menancapkan gas mobilnya menuju rumahnya, sebenarnya Bima dari tadi memikirkan bagaimana caranya dia menghadapi Naura malam ini.

"bagaimana aku menghadapi wanita gila aku. aku takut jika dia akan berbuat macam-macam." ucap Bima yang merasa gelisah dengan pertemuan dia dan Naura.

saat sampai rumah Bima langsung masuk kamar, tanpa menemui ibu dan ayahnya yang ada di dalam kamar.

sampainya di dalam kamar Bima langsung membuka bajunya dan bersiap-siap untuk membersihkan dirinya.

tapi handphone Bima berdering sehingga membuat Bima harus mengangkat teleponnya itu.

"Joni...,ngapain dia nelpon gue." ucap Bima.

setelah itu Bima langsung mengangkat telpon dari sahabat nya itu.

"hallo Jon..., ngapain Lo nelpon gue." tanya Bima to the poin.

"Lo jadi kan ketemu sama CEO itu." tanya Joni.

"iya jadi..., emangnya kenapa." tanya Bima.

"gak papa...,hanya memastikan." jawab Joni santai.

"ya udah...,gue tutup y telponnya." ucap Bima.

"eh tunggu..." kata Joni.

"apa lagi sih..,gue itu mau mandi..." ucap Bima dengan kesal.

"jadi Lo gak makan malam kan sama Naura." tanya Joni hati-hati.

"ya gak...,gimana gue mau makan malam. kan gue harus ketemu sama CEO itu." kata Bima.

"oh..." kata Joni dengan ber oh ria.

"emangnya kenapa..." tanya Bima dengan heran.

"eh..,gak papa. nanya aja. ya udah katanya mau mandi." ucap Joni mengalihkan topik pembicaraan.

"iya emang mau mandi. ya udah...,gue mandi dulu." kata Bima dan langsung menutup telponnya.

"aneh..." ucap Bima saat telpon itu sudah tertutup.

sedangkan Joni dia tersenyum dengan bangga saat mengetahui kalo Rani dan Bima tidak jadi makan malam bersama malam ini.

saat sudah selesai mandi Bima langsung bersiap-siap untuk menemui CEO gila itu dan dia juga harus pamit kepada kedua orang tuanya.

Bima mencari ayah dan ibunya di ruang keluarga tapi tidak ada, ternyata ayah dan ibunya lagi di luar sehingga membuat Bima tersenyum.

"ayah,ibu." panggil Bima sehingga membuat Sarah dan Ardiansyah menoleh.

"kenapa sayang..." tanya Sarah.

"kamu mau kemana." timpal Ardiansyah.

"mau ketemu sama CEO Frandika grup." jawab Bima sehingga membuat Ardiansyah melototkan matanya.

"mau ngapain." tanya Sarah.

"ya mau memberikan berkas ini." tunjuk Bima kepada map yang dia bawa.

"tunggu...,kamu udah di terima sama perusahaan itu." tanya Ardiansyah memastikan dugaannya.

"sepertinya iya yah..., do'ain aja mudahan benar-benar di terima." ucap Bima dengan kegirangan.

"masyaallah..., Alhamdulillah. terus di terima sebagai apa." tanya Sarah dengan kegirangan.

"em...,Bima juga gak tau. tapi CEO nya minta Bima untuk menemui dia malam ini." ucap Bima.

"baik lah..., sekarang kamu langsung berangkat gih...,nanti CEO nya nungguin kamu." kata Ardiansyah.

"siap yah...,ya udah Bima berangkat dulu. Assalamualaikum." ucap Bima.

"waalaikumussalam." jawab Ardiansyah dan Sarah.

setelah itu Bima langsung berangkat menuju tempat yang di share sama Naura. sebenarnya Bima juga bingung mereka akan bertemu di restoran mana tapi dia ikuti saja apa yang Naura bilang.

tidak beberapa lama waktu Bima untuk sampai di tempat yang di share oleh Naura.

"ini benar gak sih alamatnya." ucap Bima yang bingung.

Bima langsung menelpon Naura untuk menanyakan apakah dia benar atau salah alamatnya.

"hallo...,ini benar gak sih alamatnya. aku ada di depan rumah yang besar dan megah." tanya Bima dengan bingung.

"kamu udah sampai." tanya Naura balik.

"ya mana aku tau...,aku nanya kamu. kamu malah nanya balik." ucap Bima dengan sebal.

"oke tunggu...,aku keluar dulu." ucap Naura.

setelah itu Bima membuka kaca mobilnya dan memastikan teleponan dia dengan Naura.

saat Naura sudah sampai di depan gerbang dia langsung melihat keberadaan Bima.

"woy..." kata Naura sehingga membuat Bima melihat kearahnya.

"wow...,cantik." kata Bima dalam hatinya.

Bima tidak berhenti-henti memandang wajah Naura yang begitu cantik, seperti Dewi dari kayangan kecantikan yang luar biasa.

"oy...,ngapain sih natap aku sebegitu nya." kata Naura dan melambaikan tangannya.

"sorry..." ucap Bima.

Bima langsung keluar dari dalam mobil dan langsung tersenyum kepada Naura.

"shit..., senyuman yang manis." ucap Naura terang-terangan.

Bima langsung memasang wajah datarnya karena Naura mengatakan dirinya manis sehingga membuat dia mengurungkan niatnya untuk senyum.

"ayo masuk..." tarik Naura tangan Bima.

"kok kerumah megah ini..." tanya Bima yang heran.

"iya lah...,mau ketemu sama Dady." jawab Naura.

"hah...,jadi ini rumah kamu." kaget Bima.

"iya bodoh...,rumah siapa lagi coba." ucap Naura sebal.

"ck...,aku kan gak tau." ucap Bima.

"ya udah ayo masuk." tarik Naura lagi tangan Bima.

"gak usah narik-narik. aku bisa sendiri." ucap Bima.

"bagus dong..." kata Naura dan langsung melepaskan tangan Bima.

setelah itu Bima dan Naura langsung masuk kedalam sehingga membuat jantung Bima berdetak tidak karuan karena deg-degan untuk bertemu dengan bos besar Frandika grup.

"sebenarnya mau ngapain ya kita ketemu sama Dady kamu." tanya Bima.

"kamu itu nanya beneran atau hanya memastikan sih." tanya Naura dengan heran.

"ya nanya beneran lah..." jawab Bima.

"ck...,oke. kita ketemu sama Dady aku itu karena dia ingin memastikan kamu itu pantas apa gak bekerja di perusahaan Frandika grup." ucap Naura sehingga membuat Bima mengangguk-anggukkan kepalanya.

"jadi belum pasti si terima nih." tanya Bima lagi.

"berdo'a aja kamu di terima." ucap Naura.

setelah itu mereka kembali melanjutkan langkah mereka.

saat sudah sampai di dalam rumah megah itu Bima semangkin tidak bisa mengatur napasnya dengan benar karena terlalu deg-degan.

"tunggu di sini ya. aku mau panggil Dady dulu." ucap Naura.

"oke..." jawab Bima.

setelah itu Naura langsung pergi meninggalkan Bima di ruangan yang luas dan megah itu,banyak juga barang-barang yang mahal.

tidak berapa lama Bima menunggu akhirnya suara Naura terdengar lagi sehingga semangkin membuat Bima deg-degan.

Bima langsung berdiri dan langsung melihat laki-laki yang ada di samping Naura tersebut.

"pantesan anaknya cantik,kalo papanya saja tampan seperti ini." ucap Bima dalam hatinya.

aura Frandika sangatlah berwibawa dan begitu membuat orang tenang saat melihatnya. tapi tidak bisa di pungkiri kalo di balik wajah yang bak pangeran itu ada aura yang menyeramkan.

bersambung...

Next chapter