webnovel

Prewedding Yang Berakhir Bencana

Kedua pasang manusia yang tengah dimabuk cinta tengah berada di sebuah kafe sambil menikmati setiap potong makanan yang tengah mereka santap.

"Tak terasa hari pernikahan kita hanya menghitung hari. Aku benar-benar sangat menantikannya," ungkap Rani dengan perasaan yang berbunga-bunga. "Kita akan hidup bahagia, memiliki keturunan yang hebat, dan menua bersamamu dengan ditemani oleh anak-cucu yang hebat."

Hapsoro tersenyum bahagia mendengar kalimat yang diucapkan oleh calon istrinya.

"Rani, aku ada ide. Bagaimana jika membuat foto prewedding yang begitu indah dan heboh?"

"Ide bagus," jawab Rani. "Seperti apa konsepnya?"

"Kita akan berfoto di padang rumput di gunung bromo. Selain itu, kita akan berlari bersama, dan tertawa bahagia sambil menyalakan flare yang mengeluarkan cahaya yang berwarna indah."

"Wah, itu sangat keren. Aku suka dengan konsep seperti itu. Mengingat kita akan menjadi pelopor prewedding dengan flare pertama di Indonesia." Rani terlihat senang dan seolah-olah pura-pura tidak tahu.

"Kita akan memecahkan rekor MURI dan mencatatkan nama kita dalam perjalanan sejarah Indonesia," balas Hapsoro dengan angan-angan tingginya.

.

.

Hapsoro dan Rani mendatangi teman mereka yang merupakan seorang Wedding Organizer. Mengingat hari ini adalah jadwal mereka untuk bertemu Andrea yang merupakan pemilik sebuah Wedding Organizer.

"Dre, saya ingin konsep preweddingnya di padang rumput Gunung Bromo. Bukan di hutan ataupun air terjun. Di sana, nanti kita berdua akan berfoto, dan berlari sambil membawa flare," ujar Hapsoro.

"Oh, begitu. Baiklah. Nanti akan kami sediakan flare untuk kalian berdua," balas Andre. "Apalagi saat ini sedang musim kering dan juga anginnya sepoi-sepoi. Cocok jika kalian menggunakan flare di sana."

"Kamu memang selalu tahu apa yang kita inginkan," ujar Hapsoro.

"Seorang Wedding Organizer harus selalu paham akan keinginan kliennya. Agar bisa menghasilkan momen terindah bagi kliennya. Karena kebahagiaan kalian, adalah kebahagiaan kami juga."

"Kamu memang terbaik, Dre," puji Hapsoro dan Rani secara bersamaan.

.

.

Setelah mengunjungi Andre. Hapsoro mengantarkan Rani ke rumahnya.

"Sudah dari si Andre?" tanya ibunya Rani.

"Sudah, bunda," jawab mereka berdua.

"Syukurlah kalau begitu. Semoga saja lancar. Bunda ingin menunjukkan pada teman-teman bunda bahwa prewedding kalian itu yang terbaik."

"Terima kasih banyak bunda atas restunya," balas Rani.

"Bunda mendoakan kalian. Semoga baik-baik saja sampai hari yang dinantikan."

"Aamiin, bunda. Terima kasih banyak atas restunya. Saya akan berjuang sebagai seorang ayah dan pemimpin bagi keluarga kecil kami."

"Bunda percaya padamu, Hapsoro. Mengingat kau adalah seorang abdi negara."

.

.

Dua unit mobil melaju menuju ke kawasan Gunung Bromo. Segala macam perijinan dan administrasi untuk mengadakan kegiatan prewedding di sana telah disetujui oleh pihak yang mengelola gunung bromo.

Mobil itu berhenti di sebuah bukit di bagian Gunung Bromo. Mereka turun dan segera keluar dari mobil dengan membawa peralatan fotografi dan bahan-bahan lainnya.

"Ah, indahnya," ungkap Rani memuji keindahan alam Gunung Bromo yang begitu indah.

"Bromo adalah salah satu hal terindah setelah dirimu," balas Hapsoro menggoda calon istrinya.

Rani tersipu malu dipuji oleh sang calon suami.

Setelah sampai di tempat yang memiliki posisi indah. Orang-orang segera memasang perlengkapan fotografinya. Sementara Rani dan Hapsoro tengah didandan agar terlihat bagus dan enak untuk dipandang.

Setelah selesai didandan. Hapsoro dan Rani mulai menjalani sesi fotografi.

Hapsoro mengenakan kemeja berwarna hitam yang bagus. Sementara Rani mengenakan busana yang kasual dan cocok untuk perempuan berbadan ramping seperti dirinya.

Sesi fotografi segera dimulai. Di mana mereka berpose dengan begitu anggun dan elegan. Mereka juga menunjukkan romantisme seolah-olah bahwa dunia ini adalah milik mereka berdua.

Setelah selesai menjalani sesi foto. Andre memberikan dua batang flare kepada Hapsoro dan Rani.

"Ini adalah sesi terakhir dalam prewedding ini. Ayo, tunjukkan pada dunia bahwa kalian telah menorehkan sejarah," ungkap Andre.

"Tentu saja, Dre," balas Hapsoro.

Sepasang flare itu dinyalakan dan kedua calon pengantin itu terlihat bahagia. Mereka berjalan bergandengan tangan dan menari-nari sambil memegang flare.

Angin pun berhembus semakin kencang sehingga membuat flare yang dipegang oleh kedua sejoli itu meledak dan apinya segera melalap rumpur-rumpur kering di sekitar mereka.

Hapsoro dan Rani berteriak kesakitan akibat ledakan flare tersebut dan menjerit dengan keras ketika si jago merah mulai membakar rumpur-rumput di sekitar mereka yang berakhir membakar tubuh mereka berdua.

Orang-orang begitu panik melihat kedua sejoli yang tengah terbakar oleh api tersebut. Mereka segera berlari untuk menyelamatkannya. Api yang membakar rerumputan itu semakin membesar karena hembusan angin yang begitu kencang. Hanya dalam hitungan menit, api itu membakar kedua calon pengantin itu beserta kru dari Wedding Organizaer tersebut.

Prewedding yang mereka impikan dan mereka bayangkan telah menjadi sebuah bencana. Di mana mereka telah menjadi sepasang pengantin yang telah direstui oleh kobaran api.