1 01

Jakarta

Di rumah romo

Di kamar Titah..

"Bapak punika sampun sayah satumunten asih tau panjenengan kagem boten nosani kalepatan ingkang jumbuh, setunggal panjenengan asring pisan membolos sekolah punapa malih dipunkala jam piwucal matematika, datheng-kalih panjenengan remen sampyuh kaliyan rencang sekelas kaliyan ugi remen sampyuh kaliyan putranipun pak rt pun Malik, datheng-tiga panjenengan remen tauran kaliyan murid sekolah sanes kantos bapak kaliyan ibu wonten aturi dening pihak sekolah. panjenengan ubanggi boten ulangi malih yektos wonten ulangi lajeng ubanggi kados punika malih kaliyan samangke panjenengan nosani kalepatan ingkang jumbuh malih lajeng samangke panjenengan ajeng ubanggi malih, bapak sampun boten pracados malih kaliyan punapa ingkang panjenengan ucapkan"

(Bapak ini sudah capek selalu kasih tau kamu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, pertama kamu sering sekali membolos sekolah apa lagi disaat jam pelajaran matematika, ke-dua kamu suka berkelahi dengan teman sekelas dan juga suka berkelahi dengan anaknya pak RT si Malik, ke-tiga kamu suka tauran dengan murid sekolah lain sampai bapak dan ibu di panggil oleh pihak sekolah. Kamu janji tidak ulangi lagi ternyata di ulangi lalu janji seperti itu lagi dan Sekarang kamu mengulangi kesalahan yang sama lagi terus sekarang kamu mau berjanji lagi, bapak sudah tidak percaya lagi dengan apa yang kamu ucapkan)

"Pak ampun makotena sami lare kiyambak"

(Pak jangan seperti itulah sama anak sendiri)

"Kersanipun bu, kersanipun.. telas bapak jengkel maraki putramu ingkang satunggal punika, ingkang remen membolos sekolah, ingkang remen sampyuh, kaliyan ingkang remen tauran, punapa ginanipun boten wonten ta?"

(Biar Bu, biar.. habis bapak jengkel menghadapi anak mu yang satu ini, yang suka membolos sekolah, yang suka berkelahi, dan yang suka tauran, apa manfaatnya tidak ada kan?), tanya ayah Titah.

"Nggih sayangipun ampun ngeten asihan putra kita sedaya pak.., nggih sampun kita sedaya ngendikakaken benjing malih sumangga, sakmenika kita sedaya nendra kaliyan panjenengan nduk nendra nggih sampun ratri benjing sekolah ta?"

(Ya tapi jangan seperti ini kasihan anak kita pak.., ya sudah kita omongin besok lagi yuk, sekarang kita tidur dan kamu nak tidur ya sudah malam besok sekolah kan?), tanya ibu Titah juga.

"Nggih bu, aku nedra"

(Ya Bu, aku tidur), jawab Titah yang melaksanakan perintah dari ibunya.

"Nggih sampun sumangga"

(Ya sudah yuk)

Keesokan paginya..

Di meja makan..

"Loh Titah pundi bu?"

(Loh Titah mana bu?), tanya ayah Titah.

"Titah taksih wonten kamar"

(Titah masih di kamar), jawab ibu Titah.

"Oh, sayangipun sampun siram utawi busanakaken seragam sekolah?"

(Oh, tapi sudah mandi atau pakaian seragam sekolah kan?), tanya ayah Titah lagi.

"Haduh menawi menika kawula boten mangertos pak, sekedhap"

(Haduh kalau itu saya tidak mengerti pak, sebentar), jawab ibu Titah lagi.

"Nggih.."

(Ya..), seru ayah Titah.

"Jo, Paijo..", ibu Titah memanggil Paijo.

"Nggih kanjeng ibu"

(Ya kanjeng ibu), jawab Paijo.

"Kemriki sakedhap.."

(Kesini sebentar..), pinta ibu Titah.

"Nggih, wonten punapa kanjeng ibu?"

(Ya, ada apa Kanjeng ibu?), tanya Paijo.

"Panjenengan mriksa Titah gih.. sampun rapih utawi dereng, menawi sampun ajak kemriki kagem sarapan"

(Kamu lihat Titah gih.. Sudah rapih atau belum, kalau sudah ajak kesini untuk sarapan), jawab ibu Titah.

"Jagi kanjeng ibu"

(Siap Kanjeng Ibu), Paijo melaksanakan perintah dari ibu Titah.

Di kamar Titah lagi..

"Assalamu'alaikum cah ayu"

"Wa'alaikumussalam, ya lik jo.."

"Oh sudah rapih ta, yuk di tunggu Kanjeng ibu untuk sarapan bersama"

"Ya..", seru Titah.

Di meja makan lagi..

"Assalamu'alaikum pak, bu.."

"Wa'alaikumussalam"

Di ruang tengah..

"Halah halah, kok patung kaliyan barang antik nya kanjeng romo makin kathah mawon nggih, eh teleponne ungel, assalamu'alaikum"

(Halah Halah.. kok patung dan barang antiknya kanjeng romo makin banyak aja ya, eh teleponnya bunyi, assalamu'alaikum)

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Maaf ini siapa dan ingin berbicara dengan siapa ya?", tanya Darmi.

"Saya pak kyai Abdullah dari Sukabumi, saya ingin berbicara dengan pak Nano, apakah beliau ada?", tanya pak kyai Abdullah juga.

"Oh ada, tunggu sebentar ya saya panggil kan dulu kanjeng romo nya", jawab Darmi.

Di meja makan lagi..

"Sudah Hayuk sarapan"

"Assalamu'alaikum, permisi minta maaf.."

"Wa'alaikumussalam"

"Iya mi ada apa?", tanya ayah Titah.

"Wonten telepon kanjeng romo"

(Ada telepon kanjeng romo), jawab Darmi.

"Saking sinten?"

(Dari siapa?), tanya ayah Titah lagi.

"Saking pak kyai Abdullah"

(Dari pak kyai Abdullah), jawab Darmi lagi.

"Oh nggih sampun, siro niga sarapan rumiyen kemawon nggih, bapak kresa angkat telepon saking pak kyai Abdullah rumiyen"

(Oh ya sudah, kalian bertiga sarapan dulu saja ya, bapak mau angkat telepon dari pak kyai Abdullah dulu)

"Inggih pak.."

(Iya Pak..), seru semua yang ada di meja makan.

Di ruang tengah lagi..

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh pak Nano"

"Bagaimana apakah pak kyai Abdullah sudah ada di pesantren darussalam?", tanya ayah Titah.

"Alhamdulillah sudah pak Nano, memangnya ada apa?", tanya pak kyai Abdullah juga.

"Saya mau menitipkan anak saya ke pesantren darussalam yang pak kyai Abdullah pimpin", jawab ayah Titah.

"Oh, ya sudah bawa saja bapak anaknya ke pesantren darussalam, kira-kira kapan bapak mau bawa anak bapak ke pesantren darussalam?", tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Insyaallah besok atau lusa pak kyai, saya bawa anak ke pesantren darussalam", jawab ayah Titah lagi.

"Baik kalau begitu saya tunggu di pesantren darussalam ya"

"Iya pak kyai Abdullah terimakasih atas waktu nya"

"Sama-sama pak Nano, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Wa'alaikumussalam, menutup telepon, jo, Paijo.."

"Nggih kanjeng romo"

(Ya kanjeng romo), jawab Paijo.

"Kamu sekarang siapkan mobil, hari ini saya mau Titah di antar dan di jemput sama kamu"

"Oh ya kanjeng romo, permisi"

"Ya, astaghfirullahalazim lupa aku, Jo.."

"Inggih kanjeng romo"

(Iya kanjeng romo), jawab Paijo.

"Ada tugas kedua untuk kamu"

"Apa itu kanjeng romo?", tanya Paijo.

"Nanti saya wa kamu", jawab ayah Titah.

"Oh ya sudah, permisi kanjeng romo"

"Nggih.."

(Ya..), seru ayah Titah.

Di meja makan lagi..

"Tah.."

"Iya pak.."

"Kunci motor kamu mana?", tanya ayah Titah.

"Untuk apa ya pak?", tanya Titah juga.

"Mana kunci motor kamu, jangan banyak tanya"' ayah Titah meminta kunci motornya Titah.

"Pak sabar, nduk, cah ayu kasih saja kunci motormu ke bapakmu", kata ibu Titah.

"Nggih bu, ini pak kunci motornya", Titah memberikan kunci motor kepada ayahnya.

"Mulai hari ini Paijo yang mengantar dan menjemput kamu", kata ayah Titah.

"Maksud bapak di antar dan jemput sekolah gitu?, tanya Titah.

"Iya..", jawab pak Nano.

"Tapi..", seru Titah.

"Jangan membantah, bu tas kerja bapak bu..", ayah Titah meminta tas kerja pada istri.

"Ini pak..", ibu Titah memberikan tas kerja pak Nano.

"Ya sudah kalau begitu bapak kerja dulu, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Sukabumi

Di pesantren darussalam

Di halaman depan pesantren darussalam..

"Assalamu'alaikum pak kyai Abdullah"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Aya naon sep?"

(Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa sep?), tanya pak kyai Abdullah.

"Kuring hoyong bertanya pak kyai Abdullah"

(Saya ingin bertanya pak kyai Abdullah), jawab Asep.

"Taros naon?"

(Tanya apa?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Naon leres isuk aya santriwati anyar di pesantren darussalam ieu?"

(Apa benar besok ada santriwati baru di pesantren darussalam ini?), tanya Asep juga.

"Muhun, aya santriwati anyar isuk, anjeunna adalah anak tina sobat kuring jeung anjeunna akan kari disini serta diajar ilmu agama disini"

(Iya, ada santriwati baru besok, dia adalah anak dari teman saya dan dia akan tinggal disini serta belajar ilmu agama disini), jawab pak kyai Abdullah.

"Oh..", seru Asep.

"Muhun, aya deui Asep anu hoyong di tanyakan?"

(Iya, ada lagi Asep yang ingin di tanyakan?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Teu aya pak kyai Abdullah"

(Tidak ada pak kyai Abdullah), jawab Asep.

"Nya atos lamun begitu kuring punten"

(Ya sudah kalau begitu saya permisi)

"Mangga, pak kyai Abdullah.."

(Silahkan, pak kyai Abdullah..)

"Muhun Asep"

(Iya Asep)

"Hiji deui deh boleh teu?"

(Satu lagi deh boleh gak?), tanya Asep.

"Nya boleh atuh.."

(Ya boleh dong..), jawab pak kyai Abdullah.

"Pak kyai Abdullah hayang kamana?"

(Pak kyai Abdullah mau kemana?), tanya Asep lagi.

"Hayang pergi sarua anak kuring atuh"

(Mau pergi sama anak saya dong), jawab pak kyai Abdullah lagi.

"Kamana?"

(Kemana?), tanya Asep lagi.

"Ka pasar sekalian untuk isuk, menjamu sobat anak kuring kitu"

(Ke pasar sekalian untuk besok, menjamu teman saya gitu), jawab pak kyai lagi.

"Oh kitu.."

(Oh gitu..), seru Asep.

"Muhun, lamun begitu kuring pergi ka pasar sareng anak kuring"

(Iya, kalau begitu saya pergi ke pasar dengan anak saya), kata pak kyai Abdullah.

"Abah.."

"Muhun.."

(Iya..), jawab pak kyai Abdullah.

"Kamil atos siap abah, janten pergi ayeuna pan?"

(Kamil sudah siap abah, jadi pergi sekarang kan?), tanya Kamil.

"Janten atuh, yuk.."

(Jadi dong, yuk..), jawab pak kyai Abdullah lagi.

"Hayuk.."

"Hemm..", keluh Asep.

"Kunaon sep?"

(Kenapa sep?), tanya pak kyai Abdullah.

"Eta mah cucunya pak kyai Abdullah, bukan anak na pak kyai Abdullah.."

(Itu mah cucu na pak kyai Abdullah, bukan anaknya pak kyai Abdullah..), jawab Asep yang mengeluh.

"Eta anak kuring, tapi angkat na juga sarua Kamil"

(Itu anak saya, tapi perginya juga sama Kamil), kata pak kyai Abdullah lagi.

"Oh..", seru Asep.

"Ngerti mang?", tanya Kamil.

"Teu aden kasep"

(Gak Aden ganteng), jawab Asep.

"Hedeh.., tulalit, haha..", keluh Kamil sambil tertawa.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Yuk yah, mil, keburu beurang"

(Yuk yah, mil, keburu siang..), kata ustazah Rohayati.

"Yuk, sep jaga anu leres"

(Yuk, sep jaga yang benar), sambung pak kyai Abdullah.

"Siap pak kyai Abdullah", sambung Asep juga.

"Assalamu'alaikum mang..", Kamil memberikan salam kepada mang Asep.

"Wa'alaikumussalam", mang Asep menjawab salam dari Kamil.

"Assalamu'alaikum mang Asep..", Fitroh memberikan salam pada mang Asep.

"Wa'alaikumussalam den kasep Fitroh, aya naon?"

(Wa'alaikumussalam den ganteng Fitroh, ada apa?), Asep menjawab salam dari Fitroh dan bertanya pada Fitroh.

"Eta anu barusan pergi ayah bukan?"

(Itu yang barusan pergi ayah bukan?), tanya Fitroh juga.

"Nu manten?"

(Yang mana?), tanya Asep lagi.

"Anu nembe mang.."

(Yang barusan mang..), jawab Fitroh.

"Anu tadi?"

(Yang tadi?), tanya Asep lagi.

"Muhun.."

(Iya..), jawab Fitroh lagi.

"Oh eta mah abah, den kasep Kamil, sarua indung juragan"

(Oh itu mah abah, den ganteng Kamil, sama ibu juragan), kata Asep.

"Oh, terus ayah kuring kamana?"

(Oh, terus ayah saya kemana?), tanya Fitroh lagi.

"Lamun juragan atos pergi habis subuh tadi"

(Kalau juragan sudah pergi habis subuh tadi), jawab Asep lagi.

"Kamana mang?"

(Kemana mang?), tanya Fitroh lagi.

"Haduh lamun eta mamang teu tau, aya naon emang na den kasep Fitroh?"

(Haduh kalau itu paman tidak tau, ada apa memangnya den ganteng Fitroh?), tanya Asep juga.

"Duit bensin jieun berangkat kuliah teu cukup, niatna hayang nyuhunkeun tambih ayah.."

(Uang bensin buat berangkat kuliah gak cukup, niat nya mau minta tambah ayah..), jawab Fitroh lagi.

"Oh..", seru Asep.

"Muhun mang, nya atos deh lamun begitu Fitroh siap-siap jieun kuliah wae, assalamu'alaikum mang Asep"

(Iya mang, ya sudah deh kalau begitu Fitroh siap-siap buat kuliah saja, Assalamu'alaikum mang Asep), Fitroh memberikan salam pada Asep.

"Wa'alaikumussalam", Asep menjawab salam dari Fitroh.

Jakarta

Di sekolah Titah..

"Iih sebel..", Titah mengerutu dan kesal atas keputusan ayah nya.

"Hati-hati cah ayu..", Paijo meledek Titah.

"Tau ah..", keluh Titah.

"E, e, e, eh.. Hp ku bunyi, ada wa dari kanjeng romo, baca dulu habis itu baru di balas"

Percakapan Paijo dan pak Nano lewat WhatsApp.

"Assalamu'alaikum jo, sesuai dengan apa yang saya omongi tadi pagi dirumah, kalau saya mempunyai dua tugas untuk kamu, tugas pertama sudah kamu laksanakan belum?", tanya ayah Titah.

"Wa'alaikumussalam sudah kanjeng romo, lalu tugas keduanya apa ya kanjeng romo?", tanya Paijo juga.

"Kamu urus pindah sekolahnya Titah, saya mau hari ini sudah beres", kata ayah Titah.

"Siap kanjeng romo"

"Ya sudah kalau begitu nanti kasih laporan ke saya"

"Siap kanjeng romo"

"Oke assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam, kanjeng romo"

Surat pindah sekolah pun selesai di urus oleh Paijo atas perintah pak Nano, dan keesokan pagi baru pak Nano memberitahu kalau putri nya akan di kirim ke pesantren dan melanjutkan sekolah di pesantren.

Pak Nano juga berharap ketika putri nya sudah selesai menimba ilmu di pesantren akan menjadi anak yang saleha.

Keesokan paginya..

Sukabumi

Di pesantren darussalam

Di dapur pesantren darussalam..

"Sudah lengkap semua untuk sarapan"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Sudah sarapannya untuk santriwan dan santriwati bi?", tanya umi Fatimah.

"Atos atuh umi.."

(Sudah dong umi..), jawab Ella.

"Ya sudah kita bawa ke ruang makan pesantren saja yuk bi.."

"Hayuk dan siap umi"

Diruang makan pesantren darussalam..

"Kunaon a?"

(Kenapa a?), tanya Kamil.

"Perasaan kamari aa tingali mama, anjeun, jeung abah loba banget belanjaannya, terus kunaon ayeuna janten segini mil?"

(Perasaan kemarin aa lihat mama, kamu, dan abah banyak banget belanjaannya, terus kenapa sekarang jadi segini mil?), tanya Fitroh juga.

"Oh eta, eta untuk tamu abah, sobatna ayah hayang kesini"

(Oh itu, itu untuk tamu abah, temannya ayah mau kesini), jawab Kamil.

"Oh kitu, eh mil.."

(Oh gitu, eh mil..)

"Kunaon deui a?"

(Kenapa lagi a?), tanya Kamil lagi.

"Tunggu maksudna anjeun kumaha da, sobatna ayah atau tamunya abah?"

(Tunggu maksudnya kamu bagaimana sih, temannya ayah atau tamunya abah?), tanya Fitroh juga.

"Sobatna ayah, tamunya abah juga a.. Pan anaknya hayang di masukan ke pesantren ieu"

(Temannya ayah, tamunya abah juga a.. Kan anaknya mau di masukan ke pesantren ini), jawab Kamil lagi.

"Oh.. Santriwan junior", seru Fitroh.

"Bukan a.."

"Bukan.."

"Muhun a santriwati"

(Iya a santriwati)

"Oh santriwati", seru Fitroh lagi.

"Muhun.."

(Iya..), sambung Kamil.

Jakarta

Di rumah romo

Di meja makan..

"Loh lik jo mau kemana ta bawa tas dan barang banyak sekali?", tanya Titah.

"Titah kamu kenapa masih pakaian sekolah?, Ganti gih, Darmi..", tanya ayah Titah yang memanggil Darmi.

"Nggih kanjeng romo"

(Iya kanjeng romo), jawab Darmi.

"Baju yang saya suruh beli untuk Titah mana?", tanya ayah Titah lagi.

"Niki kanjeng romo"

(Ini kanjeng romo), jawab Darmi.

"Ini nduk, mi, Darmi.."

"Kamu bantu Titah nggih"

"Oh nggih kanjeng romo"

(Oh ya kanjeng romo)

"Loh bu, itu kan..", Titah kaget melihat kopernya di bawa oleh ibunya.

"Nduk cepat"

"Nggih pak.."

(Ya pak..)

Di kamar Titah lagi..

"Loh bi Dar..", Titah kaget ketika melihat isi lemarinya kosong kemudian Titah memanggil Darmi.

"Nggih cah ayu"

(Ya anak cantik), jawab Darmi.

"Kok lemari ku kosong dan baju ku juga kemana?", tanya Titah.

"Sudah diangkat Paijo dan dibawa oleh Kanjeng Ibu tadi cah ayu..", jawab Darmi lagi.

"Jadi yang tadi itu.."

"Nggih, niki cah ayu"

(Ya, ini anak cantik)

"Haaa, apaan nih bi Dar?", Titah kaget lagi diberikan baju gamis dan kerudung oleh Darmi.

"Niki sing asmane rasukan gamis cah ayu dan niki hijab utawi kerudunge"

(Ini yang namanya baju gamis anak cantik dan ini hijab atau kerudung nya), jawab Darmi lagi.

"Haaa gak salah bi Dar..?", tanya Titah lagi.

"Mboten cah ayu"

(Tidak anak cantik), jawab Darmi lagi.

"Nggih sampun deh.."

(Ya sudah deh..)

"Nggih.."

(Ya..), seru Darmi.

Di meja makan lagi..

Percakapan pak Nano dan pak ustaz Abdillah lewat telepon.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh pak ustaz Ubaidillah"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh no.."

"Saya, istri, dan anak saya sudah siap untuk berangkat ke sukabumi nggih"

"Oh iya no.."

"Baik kalau begitu saya tutup dulu telepon nya dan kita lanjut kan di sana saja ya pak ustaz Ubaidillah.."

"Iya no, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh pak ustaz Ubaidillah"

Pak Nano sekeluarga berangkat ke Sukabumi, dan di perjalanan barulah pak Nano menjelaskan pada anak nya yang bernama Titah, bahwa ia akan di masukan ke pesantren darussalam untuk menimba ilmu di sana. 

avataravatar
Next chapter