webnovel

Preman Masuk Pesantren 2

Author: DaoistOVZDbS
Fantasy
Ongoing · 17.7K Views
  • 4 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Menceritakan anak laki-laki dan anak perempuan yang di pertemukan kembali di pesantren Al-Hikmah yang awalnya mereka saling mengejek, dan pada akhirnya mereka saling mencintai. Anak perempuan itu adalah cucu seorang pengusaha dan teman dari Kamil, sedangkan anak laki-laki itu adalah cicit pemilik dari pesantren Al-Hikmah atau anak dari Kamil.

Chapter 1episode 1

Enam belas tahun kemudian..

Jakarta,

Di rumah Kamil,

Di meja makan..

"Mas, Junior sudah bangun atau belum ya, kok tumben belum ada di meja makan bersama kita untuk sarapan?", tanya Titah.

"Belum lihat Junior juga sayang, habis sholat subuh tadi", jawab Kamil.

"Iya mi, tadi juga kita bertiga gak lihat mas Junior di musholah, ya kan Vy, Cit..?", tanya Renal juga.

"Iya..", jawab Silvy dan Citra.

"Ngek, Cengek"

"Muhun pak Kamil"

(Iya pak Kamil), jawab Cengek.

"Coba kamu ke kamarnya Junior, lihat Junior sudah bangun atau belum dan kalau sudah tolong bilang ke dia kalau saya tunggu untuk sarapan bersama, gitu ya", pinta Kamil.

"Muhun, laksanakan pak Kamil"

(Iya, laksanakan pak Kamil), Cengek melaksanakan perintah dari Kamil.

"واحد آخر نعم، إذا كنت لا تستيقظ، فلا تستيقظ، حتى أفعل ذلك أو الزوج الذي يستيقظ، يفهم؟"

(Satu lagi ya, kalau belum bangun jangan kamu bangunkan, biar saya atau suami yang membangunkan nya, paham?), tanya Titah lagi menggunakan bahasa Arab.

"Emm, pak Kamil.."

"Iya ngek, ada apa?", tanya Kamil.

"Eta arti na naon da, abdi henteu maham?"

(Itu artinya apa sih, saya tidak paham?), tanya Cengek juga.

"Eta arti na gancang anjeun ka kamar Junior"

(Itu artinya cepat kamu ke kamar Junior), jawab Kamil.

"Muhun, laksanakan pak Kamil"

(Iya, laksanakan pak Kamil), Cengek melaksanakan perintah dari Kamil lagi.

Di kamar Kamil Junior..

"Assalamu'alaikum den, loh kok sepi kamarnya, atau sudah berangkat pagi-pagi sekali, lapor ke pak Kamil saja deh", kata Cengek yang memeriksa kamar Kamil Junior.

Di meja makan lagi..

"Assalamu'alaikum", Cengek memberikan salam pada Kamil dan keluarga.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan keluarga menjawab salam dari Cengek.

"Bagaimana ngek?", tanya Kamil.

"Henteu aya ti kamar na pak Kamil"

(Tidak ada di kamarnya pak Kamil), jawab Cengek.

"Kamar na ngabala henteu bi?"

(Kamarnya berantakan tidak bi?), tanya Silvy.

"Henteu den, keneh rapih"

(Tidak den, masih rapih), jawab Cengek lagi.

"Berarti mas Junior gak pulang tuh bi..", kata Renal.

"Lamun henteu wangsul anjeunna kamana nya?"

(Kalau tidak pulang dia kemana ya?), tanya Kamil dengan bingung.

"Teuing.."

(Entah..), jawab Renal, Silvy, dan Citra.

"Coba mas Kamil telepon bapak saja, siapa tau Junior ada di sana", pinta Titah yang mulai panik memikirkan anak pertamanya.

"Biar Citra saja mi yang telepon akung", kata Citra.

"Ya sudah kamu tanya mas mu ya", sambung Titah.

"Oke mi..", seru Citra.

Di rumah pak Nano,

Di ruang tengah..

"Ndara saweg sarapan enjang, yen ngono tak nyapu wae lah, eh enten telepon"

(Ndara sedang sarapan pagi, kalau gitu ku nyapu saja lah, eh ada telepon), kata Darmi.

Percakapan Darmi dan Citra lewat telepon.

"Assalamu'alaikum", Darmi memberikan salam pada Citra.

"Wa'alaikumussalam bi Darmi", Citra menjawab salam dari Darmi.

"Inggih den Citra, enten menapa?, menapa enten ingkang sanguh embok bantu den?"

(Iya den Citra, ada apa?, apa ada yang bisa bibi bantu den?), tanya Darmi.

"Sanguh embok, tolong asih teleponnya dhateng kakung nggih kula kersa crios dengannya, enten ingkang karep kula tanya kan ugi embok"

(bisa bibi tolong kasih teleponnya ke kakung ya saya mau berbicara dengannya, ada yang ingin saya tanya kan juga bibi), jawab Citra.

"Oh nggih den.."

(Oh ya den..), seru Darmi.

Di meja makan..

"Assalamu'alaikum, amit, tedha apunten kanjeng ibu, kanjeng romo"

(Assalamu'alaikum, permisi, minta maaf kanjeng ibu, kanjeng romo), Darmi memberikan salam pada pak Nano dan bu Sri.

"Wa'alaikumussalam", bu Sri dan pak Nano menjawab salam dari Darmi.

"Enten menapa mi?"

(Ada apa mi?), tanya pak Nano.

"Enten telepon saka den Citra"

(Ada telepon dari den Citra), jawab Darmi.

"Oh nggih.."

(Oh ya..), seru pak Nano.

"Nggih sampun yen ngono panjenengan rapih kan meja makan ya"

(Ya sudah, kalau gitu kamu rapih kan meja makan ya), pinta bu Sri.

"Inggih kanjeng ibu"

(Iya kanjeng ibu), Darmi melaksanakan perintah dari bu Sri.

Di ruang tengah lagi..

Percakapan pak Nano dan Citra lewat telepon.

"Assalamu'alaikum nak", pak Nano memberikan salam pada Citra.

"Wa'alaikumussalam kung", Citra menjawab salam dari pak Nano.

"Ada apa?", tanya pak Nano.

"Ada yang ingin Citra tanyakan ke akung", jawab Citra.

"Soal apa nak?", tanya pak Nano lagi.

"Soal mas Kamil Junior, kung..", jawab Citra lagi.

"Junior, kenapa sama mas mu, nak?", tanya pak Nano lagi.

"Mas Junior ada di rumah akung gak, soalnya mas Junior gak ada di rumah kung?", tanya Citra juga.

"Gak ada nak, kemarin juga gak ke rumah akung", jawab pak Nano.

"Oh gitu ya kung, ya sudah kalau begitu terimakasih ya kung, assalamu'alaikum", kata Citra memberikan salam pada pak Nano.

"Wa'alaikumussalam nak", pak Nano menjawab salam dari Citra.

Di rumah Kamil,

Di meja makan lagi..

"Gimana dik?", tanya Renal.

"Kata akung gak ada, dari kemarin juga sama bi, mi, mas, teh", jawab Citra.

"Terus kemana?", tanya Kamil yang mulai panik seperti Titah.

"Coba aku telepon temannya, mungkin saja ada yang tau atau melihat mas Junior di kampus bi..", jawab Silvy yang akan menelpon teman dari Kamil Junior.

"Umi juga mau coba telepon tante Ridwan mungkin kemarin main ke rumahnya", sambung Titah.

"Abi juga mau telepon mas Junior", sambung Kamil juga.

"Mas Renal.."

"Apa?", tanya Renal.

"Kita ngapain, kan teh Silvy, umi, dan abi sibuk telepon temannya mas Kamil Junior?", tanya Citra juga.

"Gimana kita cari ke rumah temannya mas Junior saja yuk di sekitar sini kan ada rumah temannya mas Junior", jawab Renal.

Titah, Kamil, dan Silvy sibuk menelepon teman dari Kamil Junior, sedangkan Renal dan Citra sibuk mencari Kamil Junior ke rumah temannya di komplek dan mereka tidak mengetahui keberadaan Kamil Junior.

Sementara itu pak Nano kedatangan polisi dan dosen dari kampusnya memberitahu kalau cucunya atau Kamil Junior ada di kantor polisi, ternyata Kamil Junior ikut tauran dan sering membolos kuliah, Kamil Junior di keluar kan dari kampus karena sudah sering membolos pada pelajaran kuliah tertentu di kampus.

Mengetahui putranya sering membolos kuliah dan ikut tauran Kamil marah besar dan hp Kamil berbunyi ternyata pak kyai Abdullah yang menelepon, Kamil di minta untuk memimpin pesantren miliknya di Bogor yaitu pesantren Al-Hikmah.

Kamil pun berencana untuk pindah ke pesantren Al-Hikmah dan tinggal di sana serta berencana agar putranya menuntut ilmu di pesantren Al-Hikmah.

Di rumah pak Nano,

Di ruang tv..

"Mi, coba lihat di luar ada siapa", pinta bu Sri.

"Jagi kanjeng ibu"

(Siap kanjeng ibu), Darmi melaksanakan perintah dari bu Sri.

"Siapa diajeng?", tanya pak Nano.

"Tidak mengerti saya kangmas, Darmi lagi saya suruh melihatnya ke depan rumah kangmas", jawab bu Sri.

"Oh..", seru pak Nano.

Di depan rumah..

"Assalamu'alaikum, permisi mbak, benar ini rumahnya pak Nano, kakek dari Kamil Junior?", tanya dosen Kamil Junior.

"Wa'alaikumussalam, iya benar, maaf bapak ini siapa ya?", tanya Darmi juga.

"Saya dosen dari Kamil Junior", jawab dosen Kamil Junior.

"Oh mari pak, silahkan masuk", Darmi mempersilahkan dosen Kamil untuk masuk ke dalam rumah pak Nano.

"Oh iya mbak..", seru dosen Kamil Junior.

Di ruang tamu..

"Tunggu sebentar ya pak", kata Darmi.

"Iya mbak..", sambung dosen Kamil.

Di ruang tv lagi..

"Siapa mi?", tanya pak Nano.

"Dosen nya den mas Kamil Junior, kanjeng romo", jawab Darmi.

"Oh ya sudah, tolong bikin minum ya", pinta bu Sri.

"Jagi kanjeng ibu"

(Siap kanjeng ibu), Darmi melaksanakan perintah dari bu Sri.

Di ruang tamu lagi..

"Assalamu'alaikum", pak Nano dan bu Sri memberikan salam pada dosen Kamil.

"Wa'alaikumussalam", dosen Kamil menjawab salam dari pak Nano dan bu Sri.

"Maaf pak ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada bapak mengenai Kamil Junior", kata dosen Kamil.

"Baiklah pak, saya dengarkan, silahkan", sambung pak Nano.

"Jadi seperti ini pak..", dosen Kamil menjelaskan nya pada pak Nano.

Satu jam kemudian..

Masih di ruang tamu..

"Apa!!, jadi Kamil Junior, cucu saya di keluarkan dari kampusnya dan juga dia sering membolos, benar-benar keterlaluan Kamil Junior hmm..", pak Nano kaget dan marah mendengar penjelasan dari dosen Kamil Junior.

"Iya pak, emm sudah itu saja, dan ini surat untuk tanda bukti Kamil Junior di keluarkan dari kampus", dosen Kamil Junior memberikan surat pada pak Nano.

"Iya pak, nanti saya sampaikan pada kedua orang tua Kamil Junior", kata pak Nano yang semakin marah dan kesal.

"Baik kalau begitu saya pamit kembali ke kampus lagi pak, assalamu'alaikum", dosen Kamil Junior berpamitan pada pak Nano dan istri.

"Wa'alaikumussalam", pak Nano dan bu Sri menjawab salam dari dosen Kamil Junior.

Lima belas menit kemudian..

Masih di ruang tamu..

"Kamil dan Titah harus tau kangmas", kata bu Sri.

"Iya kamu benar diajeng, tolong ambilkan hp di kamar ya diajeng", sambung pak Nano.

Di depan rumah lagi..

"Assalamu'alaikum, permisi..", pak polisi memberikan salam pada pak Nano.

"Wa'alaikumussalam", pak Nano menjawab salam dari pak polisi.

"Maaf pak menganggu apa benar ini rumah pak Nano, kakek dari Kaamil Sayhan Thabrani atau Kamil Junior?", tanya pak polisi.

"Iya pak benar, ada apa ya pak dengan cucu saya?", tanya pak Nano juga.

"Maaf pak, silahkan duduk, mi bikin minum mi untuk tamu", pinta pak Nano.

"Jadi seperti ini pak..", pak polisi menceritakan semuanya pada pak Nano kalau ternyata Kamil Junior ikut tauran.

"Apa!!, haduh.., Junior, Junior", pak Nano kaget saat mendengar penjelasan dari pak polisi dengan memegangi dadanya.

"Kangmas, kenapa?", tanya bu Sri.

"Diajeng tolong beritahu ke Kamil dan Titah untuk ke rumah, sekarang diajeng..", jawab pak Nano.

"Baik kangmas..", seru bu Sri.

"Begini saja pak, bapak silahkan datang ke kantor saja, saya tunggu di sana karena saya mendapatkan panggilan lagi dari komandan saya", kata pak polisi.

"Oh baik pak, nanti saya akan datang ke kantor", sambung pak Nano.

"Baik kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum", pak polisi pergi meninggalkan rumah pak Nano.

"Sibuk kangmas", kata bu Sri yang mencoba menelepon Kamil dan Titah untuk memberikan kabar pada Kamil dan Titah mengenai anak mereka.

"Dua-duanya diajeng?", tanya pak Nano.

"Iya kangmas, pasti Titah dan Kamil panik mencari keberadaan Kamil Junior", jawab bu Sri.

"Lalu bagaimana ini, mereka harus tau kabar dari anak mereka, Kamil Junior", kata pak Nano yang mengeluh mendengar kabar dari cucunya yang berada di kantor polisi dan ikut tauran.

Komplek Puspa Raya - Gang Kamboja 1.

"Dik.."

"Iya mas Renal, kenapa?", tanya Citra.

"Nyari dimana lagi mas Kamil Junior nya, sudah cari ke sana dan ke sini hasilnya tetap saja nihil alias zonk", jawab Renal.

"Iya ya mas, eh hpnya mas Renal bunyi tuh..", kata Citra.

"Oh iya, eh ada whatsapp dari uti", sambung Renal.

"Apa kata uti, mas Kamil Junior di rumah nya akung ya?", tanya Citra.

"Bukan dik", jawab Renal.

"Terus apa dong mas?", tanya Citra lagi.

"Haa..", Renal kaget melihat chat di hpnya.

"Kenapa sih mas?", tanya Citra lagi.

"Kamu lihat sendiri nih", jawab Renal memberikan hpnya.

Percakapan bu Sri dan Renal lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum kasep, tolong bilang ke abi dan umi kalau kita di tunggu di kantor polisi, mas Kamil Junior di kantor polisi, karena ikut tauran", pesan dari bu Sri.

Masih Komplek Puspa Raya - Gang Kamboja 1.

"Haa..", Citra juga kaget melihat chat di hp kakaknya.

"Dik kita pulang yuk, kasih tau umi dan abi", kata Renal.

"Yuk, eh tapi sebelum kita pulang, mas gak bales whatsapp nya uti dulu", sambung Citra.

"Oh iya, ya sudah mas Renal balas chat whatsapp dari itu dulu ya baru kita pulang", kata Renal lagi.

"Iya mas..", seru Citra.

Percakapan bu Sri dan Renal lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum kasep, tolong bilang ke abi dan umi kalau kita di tunggu di kantor polisi, mas Kamil Junior di kantor polisi, karena ikut tauran", pesan dari bu Sri.

"Wa'alaikumussalam uti, iya nanti Renal sampaikan ke umi dan abi kalau Renal dan Citra sudah sampai di rumah uti", jawab Renal.

Masih Komplek Puspa Raya - Gang Kamboja 1.

"Yuk pulang..", seru Renal.

Di rumah Kamil,

Di depan rumah..

"Bagaimana bi?", tanya Titah.

"Sama saja mi, nihil.., umi sendiri gimana?", tanya Kamil juga.

"Sama bi, zonk..", jawab Titah.

"Assalamu'alaikum", Renal dan Citra memberikan salam pada Kamil dan Titah.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Renal dan Citra.

"Loh kalian darimana?", tanya Titah lagi.

"Nyari mas Kamil Junior, bi, mi", jawab Renal.

"Terus ketemu?", tanya Kamil lagi.

"Enggak, malah uti whatsapp kita dan..", jawab Citra yang terpotong oleh Renal.

"Ini bi, mi, umi dan abi bisa baca kok chat aku sama uti", jawab Renal juga yang memotong pembicaraannya Citra.

"Coba mana, sini abi lihat", Kamil meminta hpnya Renal.

"Ini bi..", Renal memberikan hpnya pada ayahnya.

Percakapan bu Sri dan Renal lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum kasep, tolong bilang ke abi dan umi kalau kita di tunggu di kantor polisi, mas Kamil Junior di kantor polisi, karena ikut tauran", pesan dari bu Sri.

"Wa'alaikumussalam uti, iya nanti Renal sampaikan ke umi dan abi kalau Renal dan Citra sudah sampai di rumah uti", jawab Renal.

Masih di depan rumah..

"Apa!!", Kamil kaget dan mulai marah ketika mengetahui anaknya berada di kantor polisi karena ikut tauran.

"Astaghfirullahalazim mas, kenapa?", tanya Titah.

"Tunggu sebentar ya sayang, aku mau menelepon bapak untuk menanyakan Kamil Junior dan nanti kamu juga tau apa yang aku maksud sayang", jawab Kamil.

You May Also Like

CEO Jutek Dan Perisainya

Khafi Arjuna Naufal dan Zahira Zakiyah Nadira adalah individu yang terpisah, tetapi kehidupan keduanya terhubung kembali dengan cara luar biasa, yaitu takdir. Khafi adalah seorang CEO dengan lima saudara, dia anak ketiga, kepribadian yang jutek membuat banyak orang tidak suka dengannya, Khafi juga memiliki Jin dengan menjelma sebagai merpati, Jin itu memiliki kekuatan sihir yang hebat. Hingga membuat Khafi mengetahui segala masa lalunya yang belum tuntas dan menyakitkan. Rasa bersalah dari masalalunya membuat dia sangat ingin menuntaskan masalahnya di dunia masadepan. Dahulunya dia adalah seorang kesatria. Sementara di masa depan dia CEO ternama. Kekayaan yang dimilikinya membuat dia diincar oleh beberapa musuh dari masalalunya juga, dari seorang wanita yang menginginkannya, sampai dari CEO lain yang sering diacuhkan Khafi, mereka yang tidak terima mengirimi mantra sihir jahat kepada Khafi. Hingga keadaan yang tidak memungkinkan, seorang Alim meminta keluarganya mencarikan gadis yang berhati baik dan tulus serta penglihatan batin yang terbuka, yang akan menjadi perisai untuk Khafi. Keluarga Khafi hendak menikahkannya dengan Tiana, gadis yang disarankan seorang Alim. Namun, Tiana pura-pura sakit parah, dan meminta Zahira yang adik tirinya, untuk menggantikannya, agar keluarga Khafi memberi uang untuk pengobatan, nyatanya uang itu untuk kesenangan Tiana sendiri. Keluarga Khafi menerima pengantin pengganti dari Tiana, karena tahu kalau Zahira gadis yang sangat baik dan seorang Alim pun setuju. Namun, tidak dengan Khafi yang sangat membenci Zahira, karena pikiran Kahfi, Zahira menikahinya demi uang. Khafi pun acuh tak acuh dan setiap hari Zahira merasa terluka oleh prilaku Khafi kepadanya. Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Bagaimanakah, masalalu Khahfi yang masih terhubung di zaman moderent? Apakah Khafi bisa berubah? Apakah Zahira bisa bertahan dengan pernikahannya?

Ririnby · Fantasy
5.0
164 Chs

Difraksi Fragmen

Edwin Albern, bocah berusia tujuh tahun dipaksa oleh keluarganya berkeliling dunia hanya untuk melihat sisi gelap dari kehidupan manusia. Dunia yang dia tinggali ternyata lebih busuk dari pada yang dia kira, tempat di mana martabat manusia dan nilai kehidupan tidak dapat ditentukan. Kebahagiaan yang dia lihat selama ini seolah-olah hanya kebohongan yang dipamerkan. Pembunuhan, pembantaian, perbudakan dan kekejaman lainnya telah bocah itu saksikan dengan kedua matanya sendiri. Tidak ada tempat aman! Hak asasi manusia tidak lebih dari catatan yang kapan saja bisa diabaikan. Setiap kota yang dia kunjungi selalu ada manusia yang melakukan kejahatan semudah bernapas. Sejak berusia lima tahun dia sudah mengetahui bahwa keluarganya adalah mafia, mereka tidak lebih dari sekelompok penjahat. Karena Edwin yang kecil dan polos dipenuhi idealisme keadilan membuatnya menjaga jarak dengan keluarganya. Bahkan kematian orang tuanya beberapa bulan setelah dia mengetahui pekerjaan mereka tidak sedikit pun menyentuh hatinya. Tapi pandangan hidupnya berubah setelah upacara pemakaman. Kakaknya, anggota keluarganya yang tersisa menceritakan segala hal tentang keluarganya. Mereka mungkin dikenal sebagai mafia, tapi kenyataannya yang mereka lakukan adalah berbeda. Mereka melakukan pekerjaan demi melindungi tempat mereka. Sepotong kebohongan terungkap, tentang dua orang yang bermain peran bahkan rela menipu putranya sendiri. Setelah perjalanannya selesai, bocah kecil itu membuat keputusan, bahwa sekarang adalah gilirannya bermain peran.

MattLain · Fantasy
5.0
276 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT