1 Merebut atau Direbut

Malam ini semua mahasiswa semester enam dari jurusan pendidikan bersiap untuk memilih sekolah sebagai tempat PPL (praktik pengalaman lapangan). Sebenarnya PPL akan dilaksanakan ketika semester tujuh, tetapi kami memang harus memesannnya di semester enam ini. Karena PPL juga dilaksanakan lebih awal jika dibandingkan perkuliahan semester lainnya. Kira-kira lebih awal sekitar dua bulan dari jadwal semester baru yang semestinya.

Dalam pelaksanaan PPL ini, pihak kampus telah bekerjasama dengan banyak sekolah dibeberapa kota sebagai tempat kami melaksanakan PPL. Kami bebas memilih sekolah yang kami inginkan selama masih tak keluar dari daftar nama sekolah yang diberikan pihak kampus. Tetapi setiap sekolah memiliki kuota yang berbeda-beda, ada yang menerima 10 mahasiswa, ada yang menerima 12 mahasiswa, dan ada yang menerima 14 mahasiswa. Dari jumlah tersebut akan dibatasi lagi masing-masing jurusan maksimal dua mahasiswa setiap sekolah. Hal tersebut tentu akan menjadi hal yang menantang bagi kami, karena siapa cepat dia dapat. Seperti saat ini, kami rela stand by di depan laptop untuk bersiap memilih sekolah yang kami inginkan.

Pihak kampus menginformasikan bahwa pemilihan sekolah dapat dilakukan malam ini tepat pukul 00.00 WIB. Jadi kami semua bersiap supaya sekolah yang kami inginkan tak direbut orang lain.

"Sya, kita jadi milih sekolah negeri itu kan?" ujar Nini.

"Iya, moga nggak diambil orang ya. Kita kan tahu sekolah itu pasti jadi incaran banyak orang karena jaraknya yang dekat." Ujarku.

Malam ini Nini menginap di indekosku karena dia ingin satu sekolah denganku ketika PPL. Kami berdua memang ingin barengan pas PPL, kami satu jurusan jadi sangat memungkinkan bagi kami untuk bersama.

Rasanya tiba-tiba jantung kami berdetak lebih cepat dari biasanya, karena tinggal beberapa menit lagi pemilihan sekolah akan dibuka. Aku telah siap dengan laptopku begitu juga dengan Nini.

"Bismillah Ni, satu menit lagi!"

"Iya Sya, deg-degan sumpah."

Tepat pukul 00.00 kami berdua membuka laman kampus dan masuk menggunakan NIM (nomor induk mahasiswa) dan password kami. Kami saling menatap untuk memberi isyarat bahwa disaat bersamaan kami harus mengklik sekolah yang kami inginkan. Sedetik kemudian kami mengecek apakah kami dapat sekolah itu atau tidak. Ternyata hanya aku yang masuk di sekolah tersebut.

"Sya, aku nggak masuk. Gimana dong, masak aku sendirian?"

"Tenang Ni, kita hapus aja terus kita pilih sekolah kedua kita."

Aku pun langsung menghapusnya dan disaat bersamaan kami berdua kembali memilih sekolah tujuan kami yang kedua. Syukurlah, setelah kami cek kami berdua mendapatkan kuota di sekolah tersebut. Kami berdua sangat bersyukur dan saling berpelukan.

"Tadi aku panik banget Sya, takutnya aku sendirian gitu."

Aku tersenyum menanggapi perkataan Nini itu. Tak berselang lama grup rombel kami pun riuh. Ada yang curhat tidak bisa bareng dengan temannya ataupun tidak mendapatkan sekolah yang mereka inginkan. Ya, tapi bagaimana lagi kami tak bisa berbuat banyak.

"Kita beruntung banget ya Sya, kita bisa bareng dan dapat sekolah yang kita inginkan meski itu pilihan kedua."

"Iya, kita harus bersyukur Ni!"

Malam kian larut tetapi kami berdua masih terlarut dalam obrolan seputar PPL. Kami bertanya-tanya kira-kira siapa saja yang akan menjadi rekan kami selama PPL. Dan yang membuat kami lebih penasaran adalah mereka dari jurusan apa saja. Tentunya PPL ini menjadi ajang untuk mendapatkan teman baru lintas jurusan dan fakultas.

"Ni mau langsung tidur?"

"Iya Sya, aku udah ngantuk lagian besok kita kuliah pagi."

"Ya udah, kamu duluan aja aku mau tahajud dulu ya."

"Oke,"

Aku pun beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudu. Setelahnya aku kembali ke kamar, aku melihat Nini telah terlelap. Aku pun segera melaksanakan tahajud dan menyusul Nini setelahnya.

Pukul 05.00 kami terbangun untuk melaksanakan salat subuh berjamaah di masjid. Kebetulan indekosku berada tepat di samping masjid. Setelah dari masjid Nini bersiap untuk pulang ke indekosnya. Jarak indekosku dan Nini sekitar tiga menit perjalanan jika menggunakan sepeda motor. Sangat dekat bukan, kalau jalan kaki hanya sekitar lima menit.

"Aku anter atau kamu mau jalan?"

"Aku jalan aja deh itung-itung olahraga."

"Ya udah, hati-hati!"

Nini pun meninggalkan indekosku. Setelah Nini pulang aku pun mulai menyiapkan sarapan dan setelah itu bergegas mencuci baju lalu mandi karena hari ini aku ada kuliah pagi. Teman se-kosku juga sudah bangun karena dia juga kuliah pagi. Setelah aku selesai mandi temanku langsung mandi. Aku bergegas sarapan dan tak lupa aku juga mengajak temanku untuk sarapan bersama. Setelah sarapan kami berdua berangkat ke kampus, kebetulan kami satu fakultas jadi searah.

***

Kuliah pagi ini telah selesai, kami memutuskan untuk ke taman jurusan. Di sana teman-teman masih membicarakan masalah pemilihan sekolah semalam. Kebanyak dari mereka kecewa karena tak bisa memilih sekolah yang mereka inginkan.

"Harusnya di plotin aja dari pada saling rebut gitu kan." Rizma

"Iya, masak saling merebut atau direbut." Fani

Itulah yang menjadi topik hangat pagi ini. Banyak yang kecewa tetapi tak ada yang dapat mereka lakukan selain menyayangkannya.

"Kasihan mereka ya?" Nini

"Iya,"

"Oh ya Sya, tugas dari Pak Wisnu udah kamu kerjain?"

"Udah tapi belum selesai, aku masih nyari referensi lagi."

"Aku malah belum sama sekali, ya udah mumpung ada jeda kita ke perpus yuk cari referensi."

Aku mengangguk setuju. Sesampainya di perpus kami langsung mencari buku-buku yang kami butuhkan. Kebetulan di sana aku bertemu dengan Ridwan, kami pun ngobrol seputar tugas dan saling berbagi referensi.

"Makasih bukunya ya, tapi bukuku di indekos mau aku anter ke indekosmu?"

"Sama-sama, nanti malam aku ambil aja di indekosmu. Kamu nggak pergi kan?" ujar Ridwan.

"Nggak sih, nggak papa nih?"

"Nggaklah, nanti aku kabari kalau mau ke indekosmu."

"Oke,"

Ridwan pun pamit karena dia harus menemui temannya. Tak lama Nini menghampiriku karena dia telah menemukan buku yang dia butuhkan.

"Tadi ketemu Ridwan?"

"Iya dan dia pinjemin aku bukunya nih."

"Kalian tuh kompak banget kalau masalah tugas."

Aku tertawa mendengar perkataan Nini. Ya, kami berdua memang bisa dibilang mahasiswa yang rajin di rombel. Tentunya kami tak segan saling membantu. Dan kami juga sama-sama tak suka menunda pekerjaan.

***

Kuliah telah usah sekitar satu jam yang lalu. Tiba-tiba ada pesan masuk dari seseorang, dia mengatakan kalau kami satu sekolah PPL. Aku pun segera menghubungi Nini untuk menanyakan hal tersebut. Ternyata benar dia akan satu sekolah dengan kami, dia bilang besok malam akan mengadakan pertemuan dengan semua orang yang PPL di sekolah tersebut. Besok malam aku akan berangkat bersama Nini ke tempat yang telah diberitahukan. Siapa sajakah kira-kira mereka, apakah aku mengenal seseorang di timku itu? Ataukah semuanya wajah baru yang tak kukenal?

avataravatar
Next chapter