4 Second Kiss

Helen bolak-balik dari tempat tidurnya, dirinya tidak bisa tidur mengingat kejadian tadi di apartemen Bryan. Disentuh bibirnya masih ada cap kecupan dari Bryan.

Jantungnya juga berdebar-debar terus tidak mau berhenti. Helen menutup matanya dengan punggung lengannya.

"Apa yang aku lakukan?!

... Kenapa bisa seperti ini?!" melantur Helen bicara diri sendiri.

"Apakah aku sudah mulai jatuh cinta? Tidak, tidak, mana mungkin suka sama

sinting itu? Kenapa dia lakukan itu?! Aaarrgh!!"

Helen bangun dan duduk sambil mengacak rambutnya karena frustrasi memikirkan kejadian di apartemen Bryan.

Sedangkan Bryan posisi berbaring menatap langit kamarnya, merasakan ciuman panas beberapa menit yang lalu.

"Rasanya manis, kenyal dan seperti gulali," gumam Bryan senyum-senyum "dia cantik, manis, sepertinya aku suka sama dirinya," lanjutnya bergumam.

*****

Esok paginya, Helen bergegas berangkat ke kantor. Gara-gara semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian di apartemen Bryan. Membuatnya terjadi tercetak kantung mata di bawahnya.

Sampai di kantor, berpapasan pula Helen dan Bryan di dalam lobi gedung tersebut. Helen yang sudah terlambat dua menit tidak biasanya.

- celetuk Helen dalam hati mengomel diri sendiri.

"Selamat pagi, Pak." Seperti biasa Helen menghormati dan menyambut hangat di pagi hari.

Kalau Bryan jangan diheran lagi, ekspresi tetap garang dan datar. Padahal di dalam dirinya cekikikan.

Bryan masuk ke dalam lift lalu disusul oleh Helen. Di dalam lift hanya ada mereka berdua. Helen seperti biasa tidak terlalu membawa suasana pribadi di dalam. Bedanya dengan Bryan, Bryan dari tadi memperhatikan tubuh Helen dari atas hingga ke bawah.

Mungkin otak Bryan sedang tergeser, ya mungkin juga otaknya tergeser karena kejadian semalam tidak sengaja lakukan hal berbeda.

Lift berdenting tandanya sampai tempat kerja mereka. Helen memberi jalan untuk Bryan lebih dulu barulah dirinya sesuai dengan perarturan perusahaan.

Helen meletakkan tas selempangnya di atas meja kerjanya. Dia akan memulai pekerjaannya sekarang. Jadwal untuk hari ini akan lebih banyak menguras tenaga. Seperti biasa pekerjaan rangkap semua.

Baru juga akan memulai membuka agendanya, deringan telegram berbunyi nyaring di sebelah komputernya. Siapa lagi kalau bukan Bryan yang telepon.

gerutu Helen, tidak perlu diangkat kalau itu kode segera menghadap.

Helen membuka pintu tanpa harus mengetuk pintu lagi, pada dasar hanya dia dan Bos seorang.

"Jadwal hari ini—"

"Kamu sudah sarapan?" potong Bryan selanjutnya, Helen belum juga menyebutkan jadwal rapat untuk hari ini. Sudah dipertanyakan pembahasan lain.

"Belum, Pak. Mungkin nanti setelah jam makan siang. Untuk jadwal hari ini akan ada rap—"

"Sarapan dulu. Saya sudah memesan makanan sebentar lagi datang." Bryan kembali memotong pembicaraan.

"Tidak perlu, Pak. Terima kasih. Saya ulangi sekali lagi, Jadwal hari ini akan ada rapat dari PT. Adinda Jay—"

Belum selesai menyebutkan semua jadwal rapat untuk hari ini. Datang lagi suara membuat Helen harus sabar dengan keadaannya.

"Permisi, Pak. Tadi Pak Bryan ada memesan makanan dari

, ya?" Seseorang bersuara, siapa kalau bukan

pekerja di gedung ini.

Helen menarik napas dalam-dalam, kemudian dia mulai menenangkan dirinya kembali dengan cara menghibur diri sendiri.

"Ah ya, taruh saja di meja itu. Kamu boleh pergi," jawab Bryan kemudian.

itu masuk kemudian meletakkan bungkusan nasi kotak di atas meja tersebut.

Setelah

-nya keluar dari ruangan Bryan kemudian Helen pun kembali melanjutkan dengan pekerjaannya sebagai sekretaris yang profesional.

"Untuk jadwal hari ini akan ada rapat dari PT. Adinda Jaya Pratama pukul 10 pagi, kemudian—"

Bryan berdiri dari duduknya kemudian kembali memotong pembicaraan Helen lagi. Helen meremas pulpennya serta agenda di tangannya. Mimpi apa semalam sampai harus kembali soal seperti ini!

"Ayo sarapan! Mumpung masih hangat?! Saya tahu kamu belum sarapan. Jangan berdiri saja."

Bryan duduk di sofa empuk kemudian membuka bungkusan kotak ayam geprek super makyos top markotop.

Helen tidak boleh tergoda hanya karena makanan di depannya. Dia harus menahan rasa lapar di perutnya yang sudah berdemo meminta diisikan. Bryan sudah memisahkan bungkusan itu menjadi dua bagian.

Bryan melirik Helen masih setia berdiri. "Kenapa berdiri?! Ayo makan?! Untuk jadwal hari ini saya sudah tahu. Tidak perlu kamu jelaskan," ucap Bryan sedikit menegaskan.

Helen diam menatap matanya yang tajam itu seperti ular siap mematoknya, Helen terpaksa menuruti. Tapi, Helen bagaimana bisa menolak kalau ayam geprek-nya tercium hingga hidungnya bikin perut siap meminta diisi.

Makan berdua di ruangan Bos, membuat karyawan di luar mulai menggosip tidak enak lagi. Tapi siapa yang akan tahu kalau di ruangan Bryan, kedap suara. Mau orang menggosip apa pun tidak terdengar sedikit pun.

Bryan makan tetap menggunakan sendok dan garpu, sedangkan Helen makan pakai tangan. Karena makanan seperti ini memang nikmat menggunakan tangan lebih berasa bumbu-bumbu gurihnya dan cita rasanya.

Bryan sudah selesai makan, sedangkan Helen masih belum selesai karena ayam dan nasinya masih tersisa di atas kertas minyak.

Tak lama kemudian, Helen pun selesai juga sarapan pagi ini. Dia serasa sangat kenyang hingga tidak sengaja dirinya bersedawa di depan Bosnya. Memang terlihat sangat jorok sih. Tidak masalah untuk Bryan, asal sekretaris kenyang dan bertenaga.

"Maaf," ucap Helen sangat malu sekali.

Bryan tersenyum, "Tidak apa-apa. Kenyang? Apa mau lagi?" balas Bryan kemudian menawarkan lagi.

"Tidak perlu, ini sudah kenyang dan perut saya tidak sebanding dengan perut Bapak," tolak halus oleh Helen.

Helen mulai membersihkan sampah ada di atas di meja mereka tadi makan. Bryan terdapat sesuatu di sudut bibir Helen. Sisa saus sambalnya itu apalagi saat ini Helen sedang mengelap meja dengan tisu basah dan tisu kering.

Helen terhenti dengan aktivitasnya, kembali lagi jantung berdebar-debar tidak normal. Apa yang terjadi di sini. Bryan mulai melakukan tidak biasanya lagi.

Kecupan di sudut bibir Helen, Helen seperti ingin meloncatkan dua bola matanya. Bryan menjauhkan wajahnya dari wajah Helen.

Helen seperti tidak bernyawa lagi untuk pagi ini. Pagi ini terjadi tidak diduganya. Apa mimpinya masih belum bangun juga. Bryan tersenyum tipis kembali merasakan manis di sudut bibir Helen.

- teriak Helen dalam hati. Dirinya tidak sanggup berada di sini lagi.

"Manis," gumam Bryan pelan.

avataravatar
Next chapter